SEJAK kasus Bank Summa meletup hingga nota keuangan RAPBN disampaikan oleh Presiden Soeharto ke DPR, dua pekan lalu, Menteri Keuangan J.B. Sumarlin termasuk pejabat yang super- sibuk. Ia juga merupakan menteri yang selalu dikejar-kejar wartawan, termasuk wartawan TEMPO. Nah, Selasa pekan lalu menteri penting itu muncul di kantor kami di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Ia datang untuk memenuhi undangan kami. Sesungguhnya Sumarlin bukanlah pejabat tinggi yang pertama yang bersedia memenuhi undangan seperti ini. Menteri Dalam Negeri Rudini, Menpora Akbar Tan- djung, Menpan Sarwono Kusumaatmadja, dan banyak lagi lainnya, sudah lebih dulu datang ke Kuningan. Tapi kedatang- an Sumarlin ini punya makna tersendiri bagi kami, karena berbagai alasan tadi. Selain soal Bank Summa menjadi berita penting, pemerintah baru saja mengumumkan nota keuangan RAPBN yang diikuti dengan kenaikan harga bahan bakar minyak dan listrik. Tentu saja kedatangan Sumarlin ini membuka kesempatan yang amat berharga bagi kami untuk me- ngorek informasi yang lebih lengkap. Pada mulanya tak ada tema khusus yang ditentukan ketika kami melakukan diskusi dengan Sumarlin di ruang rapat Majalah TEMPO. Tapi Menteri yang mengaku sebagai pembaca setia TEMPO ini sudah membaca apa yang kami inginkan. ''Kalau begitu kita bicara soal Prospek Ekonomi Indonesia 1993,'' katanya membuka pembicaraan yang santai itu. Ia pun menguraikan prospek dimaksud. Dari uraiannya itu tergambar bahwa prospek ekonomi Indonesia di tahun 1993 cukup optimistis. ''Kalau duduk di tempat saya ini ya harus optimistis,'' Sumarlin berkelakar. Diskusi itu dipandu oleh Wakil Pemimpin Redaksi Fikri Jufri. Dalam acara itu hadir Pemimpin Redaksi Goenawan Mohamad, anggota direksi dan sejumlah wartawan TEMPO. Banyak hal yang kami peroleh dari pertemuan yang singkat itu. Misalnya, mengapa deregulasi otomotif sampai sekarang belum juga terlaksana, atau hal-hal yang menyangkut Bank Summa, dan berbagai masalah lainnya. Ini semua bahan yang amat penting, bila sewaktu-waktu kami akan menulis masalah itu. Kehadiran Sumarlin di TEMPO memang ada ceritanya. Awal Desember tahun lalu kami menugasi Linda Djalil, wartawati kami yang biasa mangkal di Sekretariat Negara, mewawancarai Sumarlin, berkaitan dengan kasus Bank Summa. Setelah beberapa hari menguber Menteri akhirnya Linda diterima Sumarlin di ruang kerjanya di Departemen Keuangan. Di sela-sela wawancara itulah Linda menawari Sumarlin untuk berkunjung ke kantor TEMPO. Pada mulanya, menurut Linda, Sumarlin tampak tak begitu serius menanggapi undangan itu. ''Untuk apa. Nanti saya dikira mencari popularitas,'' begitu ia mengelak. Tapi begitu wawancara hampir berakhir, Linda kembali mengajukan tawarannya. Kali ini Sumarlin mengangguk setuju. Sumarlin datang dengan santai ke TEMPO, hanya ditemani oleh sopirnya, tanpa ajudan atau pengawal. Tanda-tanda formal sebagai menteri juga tak dipakainya. ''Saya mau santai ke sana, biar rekan-rekan wartawan juga tak sungkan pada saya,'' katanya. Seusai diskusi Pak Marlin meninjau dapur TEMPO. Ia mengunjungi ruang redaksi, perpustakaan, dan ruang dokumentasi. Di akhir kunjungan itu Sumarlin menyampaikan kesan-kesannya. ''Kelihatan betul kalian pekerja keras. Suasana di kantor Anda lucu, ya? Santai tapi kerja keras. Suasananya demokratis sekali. Saya senang melihatnya,'' katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini