HAMPIR setiap hari, lembaran surat kabar, majalah, serta layar gelas, dihiasi berita di sekitar kematian Raden Mas Atas Rifardi Sukarno Putro. Mengapa kasus kematian Aldi -- panggilan Rifardi -- menjadi menarik? Agaknya, karena dalam cerita ini terbawa nama Ria Irawan, artis terkenal yang belakangan ini namanya meroket lewat sinetron di RCTI. Kemudian, di balik kematian ini berembus pula cerita tentang pemakaian narkotik atau penyalahgunaan obat, yang rupanya kini menggerogoti kehidupan banyak remaja berpunya di kota besar. Selain itu, rasa ingin tahu masyarakat menjadi-jadi, sebab sudah tiga minggu peristiwa terjadi, namun polisi belum juga berhasil mengungkap tuntas penyebab kematian anak muda gedongan itu. Jadi, dalam cerita ini, ada tokoh, ada ketegangan, dan ada misteri. Klop. Para wartawan pun siang-malam berlomba menguber sumber yang relevan: Ria dan ibunya, Ade Irawan, polisi, dokter, dan sebagainya. Kami mengakui bahwa upaya menampilkan peristiwa dan misteri kematian Aldi di rumah Ria Irawan, 12 Januari lalu, memang sulit. Sebagai majalah berita yang terbit mingguan, kami kewalahan. Apa yang kami peroleh hari ini, yang tak mungkin segera kami terbitkan, besoknya sudah muncul di halaman koran- koran. Dalam situasi seperti ini, toh kami harus tetap bersaing. Yang kami andalkan -- tentu bukan kecepatan menyiarkan -- adalah kejelian memilih angle cerita. Selain itu, kami juga harus berupaya mencari bahan-bahan yang lebih lengkap. Hanya dengan itu kami dimungkinkan untuk menyuguhkan sesuatu yang agak lain bagi pembaca. Untuk itulah, begitu peristiwa ini meledak, kami segera membentuk tim peliputan kasus Ria Irawan. Tim ini terdiri dari Redaktur Pelaksana Zakaria M. Passe, Penanggung Jawab Rubrik Kriminalitas Widi Yarmanto, Kepala Biro Jakarta Toriq Hadad, dan para reporter Ivan Haris Prikurnia, Taufik T. Alwie, Rihad Wiranto, Joewarno, Kukuh Karsadi, serta Ricardo Indra. Di dalam tim ini disertakan dua fotografer: Rully Kesuma dan Hidayat S. Gautama. Toriq, dibantu Ivan, memegang komando -- selain turut pula terjun ke lapangan -- atas pasukan reporter yang bergerak di lapangan. Ivan yang alumni Jurusan Kriminologi Universitas Indonesia itu kini sedang magang di kompartemen Kriminalitas. Repotnya, salah satu sumber utama, Ria Irawan, lebih banyak bungkam di depan pers. Sumber yang paling banyak membantu pers, tampaknya, hanya polisi. Namun, kami tak pernah putus asa untuk terus berusaha menguber Ria. Alhamdulillah, stringer Kemala Atmojo, yang kenalan dekat Ria Irawan, berhasil menemui Ria di rumah Ade Irawan. Sejumlah pertanyaan TEMPO dijawab Ria. Kemala Atmojo adalah Redaktur Pelaksana Matra, majalah bulanan yang masih satu grup dengan TEMPO. Hasil wawancara khusus Kemala memperkuat Laporan Utama TEMPO nomor ini. Dengan mewawancara itu, kerja keras tim liputan kami tak sia- sia. Soalnya, bukan Ria dan pacarnya Rizal saja yang mengalamai penurunan berat badan, sejak kasus itu merebak, tapi juga anggota tim itu. Selama hampir tiga minggu mereka ikut bergadang bersama belasan wartawan Ibu Kota, di halaman kantor polisi Cilandak, menunggui Ria atau Rizal yang diperiksa sejak sore hingga dini hari. Padahal, hasil piket di kantor polisi itu sering cuma sebuah kutipan singkat "no comment" dari Ria maupun ibunya, Ade Irawan. Hasil kerja mereka kami tampilkan dalam bentuk Laporan Utama untuk dua nomor berturut-turut, termasuk nomor ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini