Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

13 Juni 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hak Jawab Kepala Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden

MENANGGAPI pemberitaan majalah Tempo edisi 6-12 Juni 2016 pada Laporan Utama yang berjudul "Lobi Kilang di Kamar 777", ada yang perlu diluruskan dan kami menyampaikan keberatan. Beberapa hal yang dimuat di majalah Tempo tidak berdasarkan fakta dan tidak akurat. Berikut ini beberapa hal tersebut.

1. Berita foto Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto bersama Chief Executive Officer (CEO) Rosneft Oil Company Igor Ivanovich menandatangani sesuatu dan disaksikan Menteri Badan Usaha Milik Negara di kamar 777 adalah tidak benar. Perlu kami sampaikan bahwa ruangan 777 Hotel Radisson Blu Congress Sochi hanya diperuntukkan dan digunakan Presiden Joko Widodo untuk bertemu dengan para CEO. Jadi tidak ada fakta sebagaimana yang ditulis majalah Tempo.

2. Tempo menulis ada seorang anggota staf Istana Kepresidenan yang meminta agar media tidak memuat foto tersebut. Ini sama sekali tidak benar. Foto tersebut beredar melalui grup WhatsApp dan bukan staf Istana yang mengedarkan ataupun meminta agar foto itu tidak dimuat. Jadi tidak benar staf Istana melarang memuat foto tersebut sebagaimana yang ditulis. Kami minta Tempo mengoreksi kekeliruan ini agar tidak menimbulkan salah penafsiran dan bisa menimbulkan fitnah kepada pihak Istana.

Demikian hak jawab ini kami sampaikan dengan harapan dimuat selengkapnya sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik jurnalistik. Atas bantuan dan kerja samanya, kami ucapkan terima kasih.

Bey Machmudin
Kepala Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden

Terima kasih atas penjelasan Anda. Soal kamar 777 kami peroleh dari banyak narasumber.


Televisi Mempengaruhi Perilaku Anak

TELEVISI merupakan media yang paling akrab dengan masyarakat Indonesia. Hampir semua orang memiliki benda tersebut. Seiring dengan berkembang pesatnya ilmu teknologi, media ini bisa berubah menjadi ancaman bagi kita. Terutama keluarga yang akan menjadi korbannya, khususnya anak-anak, yang sedang dalam masa perkembangan. Karena itu, pengawasan orang tua sangat diperlukan dalam menggunakan media ini agar dapat meminimalkan pengaruh buruk.

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, di sisi lain pengaruhnya semakin besar, baik positif maupun negatif. Khususnya pada anak-anak, yang mudah terpengaruh. Pola pikir anak yang belum bisa membedakan mana yang benar dan yang salah menjadi faktor penyebab perubahan perilaku anak. Mereka berpikir bahwa apa yang ditayangkan di televisi adalah hal nyata yang benar terjadi. Karena itu, dibutuhkan pengawasan yang lebih oleh orang tua terhadap aktivitas anaknya, terutama saat sedang asyik menonton acara di televisi. Apalagi sekarang ini banyak acara di televisi menampilkan tayangan pornografi, kekerasan, dan tindakan kriminal yang secara jelas ditayangkan tanpa memperhatikan siapa saja yang akan menontonnya.

Berbagai upaya dilakukan pihak pengelola saluran televisi dalam membuat acara yang bervariasi, tapi banyak yang mengabaikan dampak yang akan diakibatkan dari acara yang ditayangkan tersebut bagi penontonnya. Misalnya adegan kekerasan, pelecehan, pembunuhan, dan perpeloncoan. Mereka berpikir dengan semakin banyak membuat acara yang bervariasi akan mempertahankan atau bahkan meningkatkan eksistensi saluran masing-masing.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan akademi dokter anak-anak di Amerika, anak yang dibiarkan menonton televisi akan banyak menyerap pengaruh merugikan. Terutama pada perkembangan otak, emosi, sosial, dan kemampuan kognitif. Menonton televisi terlalu lama akan menyebabkan penyambungan sel saraf dalam otak tidak berjalan sempurna (Mahayoni, 2007).

Ketika muncul sifat peniru anak yang menganggap semua tayangan yang ia lihat adalah fakta, itu akan menyebabkan perubahan perilaku anak yang sangat fatal. Bisa saja mereka meniru adegan yang berbahaya, seperti pada acara yang menampilkan adegan perkelahian, pembunuhan, dan pelecehan seksual. Mungkin anak tidak secara langsung mempraktekkannya. Namun hal itu dimulai dengan hal kecil, ketika ia bermain dengan temannya dan mencoba meniru adegan yang ia lihat di televisi, seperti berkelahi dengan temannya sendiri. Selain itu, saat ini banyak anak yang membohongi orang tuanya untuk hal tidak baik. Misalnya meminta uang dengan alasan untuk kebutuhan sekolah atau kuliah, padahal uang itu mereka gunakan buat kesenangan mereka sendiri, membeli barang yang mereka sukai, dan sejenisnya. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh buruk televisi yang menyebabkan anak menjadi manusia konsumtif.

Sidiq Prasetya
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


Hak Jawab Yulianis

SESUAI dengan kesepakatan di Dewan Pers pada 9 Juni 2016 antara Yulianis dan Tempo, kami muat penggalan kutipan persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, 24 Februari 2016. Pemuatan ini sekaligus merupakan hak jawab Yulianis atas tulisan berjudul "Kisah Nazaruddin di Partai Biru" di majalah Tempo edisi 7-13 Maret 2016.

Yulianis mempersoalkan alinea terakhir tulisan itu: "Tanpa ragu Yulianis menjawab, total dana senilai Rp 293 miliar untuk suksesi Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat diserahkan lewat Aan Ikhyauddin dan Iwan, sopir Nazaruddin." Ia menganggap kutipan itu tidak akurat.

Setelah kami lakukan pengecekan ulang, betul ada kekeliruan pengutipan dan telah diralat pada edisi 14-20 Maret 2016.

Namun, agar tidak terjadi kesimpang-siuran informasi, Tempo dan Yulianis sepakat memuat penggalan tanya-jawab antara terdakwa Muhammad Nazaruddin dan Yulianis di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Nazaruddin (N): Saya mau nanya sama Ibu soal uang yang dibawa ke Bandung. Kan, ini persidangan sudah selesai. Lima dolarnya juga semua sudah. Ibu tadi jelaskan uang US$ 2 juta diambil dari perusahaan-perusahaan. Terus ada US$ 3 juta itu dari mana?

Yulianis (Y): Kan, waktu itu yang bawa Iwan sama Aan. Saya tidak tahu uangnya dari mana.

Hakim (H): Intinya Saudara tahu dari sumbangan?

Y: Iya, sumbangan.

N: Sumbangan dari mana itu, Ibu kan bendahara?

Y: Kan, Bapak yang tahu. Saya sempat tanya sama Bapak, Pak ini dari siapa.

N: Saya kasih tahu. Uang yang untuk jadikan Mas Anas itu.

H: Sudah. Itu uang sumbangan?

Y: Saya tidak tahu, Pak. Jadi....

N: Karena enggak ada uang sumbangan itu, uang dari Mas Anas itu. Habisnya waktu selesai kongres itu Rp 293 miliar.

H: Tadi yang dikatakan US$ 3 juta tahunya dari sumbangan-sumbangan. Sumbangan dari siapa, Saudara tidak tahu, ya?

Y: Iya, Iwan dan Aan, itu cuma bawa kayak gelondongan. Kami nyatet, gitu lho, Pak. Jadi yang nyatet bukan saya juga, ada Oktarina juga Dewi dan Neli.

Yulianis menyatakan membawa Rp 30 miliar dan US$ 2 juta yang diambil dari brankas kantor, serta US$ 3 juta yang dibawa Iwan dan Aan, ke Kongres Partai Demokrat di Bandung. Uang Rp 30 miliar dan US$ 2 juta, menurut dia, tidak terpakai. Sedangkan uang US$ 3 juta tersisa US$ 1.258.000. Sisa itu dikembalikan ke brankas Permai.

Kami minta maaf atas kekeliruan itu.

Redaksi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus