Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

27 Februari 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Koreksi Kopitiam Oey

Kami tersanjung oleh artikel majalah Tempo edisi 20-26 Februari 2012 tentang Kopitiam Oey, yang disebut sebagai kedai kopi yang "omzetnya bisa mencapai Rp 4 miliar sebulan–angka yang maknyus!". Tapi penting diketahui, angka itu disimpulkan berdasarkan perhitungan wartawan Tempo sendiri.

Sayangnya, mak jegagik, angka itu bukanlah kenyataan di atas kertas. Kopitiam Oey di Jalan H Agus Salim (Sabang), Jakarta Pusat, adalah gerai satu-satunya yang dimiliki sepenuhnya oleh Bondan Winarno dan merupakan "kapal bendera" yang paling berhasil dibanding gerai-gerai Kopitiam Oey lainnya.

Memang benar, pada hari-hari akhir pekan kami dapat kebanjiran tamu hingga rata-rata 250 orang per hari dengan belanja rata-rata Rp 35-40 ribu per orang. Tapi 13 gerai Kopitiam Oey lainnya—yang merupakan milik para mitra yang kami kelola dengan perjanjian manajemen—masih belum dapat menyamai kinerja gerai pertama.

Beberapa gerai bahkan masih terus merangkak untuk mencapai titik impas. Omzet beberapa gerai baru kami ada yang kurang dari Rp 1 juta per hari. Bahkan gerai Kopitiam Oey di Bali telah ditutup setelah merugi selama dua tahun.

Seraya kami mohon doa wartawan dan pembaca Tempo agar kami dapat mencapai omzet Rp 4 miliar sehari, bahkan lebih, kami mohon untuk sementara angka duga-duga itu dicabut terlebih dulu. Terima kasih atas liputannya yang positif.

Wasis Gunarto
Direktur Utama
PT Kopitiam Oey Indonesia

Terima kasih atas koreksi Anda. Dengan ini, angka tersebut kami ralat.
–Redaksi


Hak Jawab Mulyadi

Majalah Tempo edisi 20-26 Februari 2012 memuat artikel berjudul "Menteri Freddy dalam Catatan Nazar". Di sana disebutkan bahwa saya, Mulyadi, menerima uang dari PT Anugrah. Padahal kami tidak pernah menerima uang satu perak pun dari yang bersangkutan, sehingga hal itu menimbulkan fitnah dan pencemaran nama.

Berita tersebut sangat merugikan karena pembaca bisa menganggapnya sebagai kebenaran. Ini dapat menyebabkan pembunuhan karakter terhadap kami. Sebab, bisa saja hal tersebut dianggap sebuah rekayasa oleh pihak tertentu dengan memanfaatkan media untuk kepentingan tertentu pula.

Hak jawab ini sekaligus menjadi bantahan dan keberatan terhadap berita tersebut.

Mulyadi
Wakil Ketua Komisi Perhubungan
Dewan Perwakilan Rakyat

Terima kasih atas tanggapan Anda. Keterangan itu dikutip dari dokumen pengeluaran PT Anugrah. Bantahan Anda sudah termuat dalam berita.
—Redaksi


Kecewa Danamon

Saya adalah pemegang kartu kredit Danamon nomor 5422-6035-0005-6007. Saya amat kecewa terhadap pelayanan Access Center Danamon yang sulit sekali dihubungi. Padahal saya bermaksud menutup kartu kredit saya. Tapi, setiap kali menghubungi Danamon, saya selalu saja dipingpong oleh mesin maupun petugas operator.

Akhirnya saya meluangkan waktu untuk datang langsung ke kantor cabang Bank Danamon di Jambi. Anehnya, sebulan setelah penutupan itu, tagihan tetap datang. Saya merasa terpojok dan lelah menghadapi pelayanan macam ini. Mohon penjelasan Bank Danamon.

Chairiah Iskandar
Jalan H.A. Manap, Telanpura, Jambi

Tanggapan Danamon

Kami telah menghubungi Ibu Chairiah Iskandar dan menyelesaikan permasalahan ini. Koreksi tagihan sudah dilakukan dan penutupan kartu kredit telah rampung pada Oktober 2011. Sejak November tahun lalu, lembar tagihan sudah tidak dikirimkan lagi. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami Ibu Chairiah. Terima kasih.

Rita Rompas
Customer Care Head
PT Bank Danamon Indonesia Tbk


Kecewa BNI

Saya pemegang kartu kredit BNI Gold dengan nomor 4109 0500 0116 5589. Pada April 2011, saya berencana menutup kartu kredit ini. Untuk itu, semua tagihan saya lunasi, sebelum menghubungi petugas BNI via telepon untuk menutup kartu. Petugas mengkonfirmasi bahwa kartu kredit saya sudah ditutup permanen dan saya harus menggunting kartu.

Tak disangka-sangka, delapan bulan kemudian, pada Desember 2011, seorang petugas BNI menghubungi saya. Dia menagih tunggakan kartu kredit Rp 3.090.000. Saya kaget luar biasa. Anehnya, ketika ditanya untuk apa tagihan itu, petugas BNI tidak bisa menjawab. Alasannya, kartu sudah ditutup sehingga detail tagihan tidak bisa dilihat.

Saya pun mengajukan protes keras ke BNI, tapi tidak ada tanggapan. Saya sama sekali tidak tahu bahwa ada tagihan tertunggak atas nama saya. Biasanya semua tagihan diberitahukan kepada pemegang kartu. Tagihan terakhir BNI saya terima pada Maret 2011, dan sudah saya lunasi pada April 2011.

Jika memang berutang, saya siap melunasi kewajiban saya. Saya hanya ingin tahu, mengapa setelah delapan bulan tagihan itu baru disampaikan.

Arief Hariyanto
Jalan SMP 196, Pondok Ranggon, Jakarta.

Tanggapan BNI

BNI telah menghubungi Bapak Arief Hariyanto dan menjelaskan permasalahan yang terjadi. Dapat kami sampaikan bahwa keluhan tersebut telah diselesaikan pada 13 Januari 2012 beserta penerbitan surat lunas dari Collection—Divisi Bisnis Kartu BNI—yang diterima langsung oleh Bapak Arief Hariyanto.

Kami berkomitmen memberikan layanan terbaik dan berterima kasih atas kepercayaan Bapak Arief Hariyanto untuk senantiasa menggunakan produk dan layanan BNI.

Tribuana Tunggadewi
Corporate Secretary BNI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus