Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Klarifikasi TV One
SEHUBUNGAN dengan berita majalah Tempo pada edisi 28 November-4 Desember 2011, berjudul "Geram Silly karena Televisi", kami ingin memberikan klarifikasi sebagai berikut.
- TV One tidak terlibat dalam penyelenggaraan acara amal (yang juga menjadi bagian dari launching sebuah salon kecantikan) yang digagas Fifie Buntaran.
- TV One hadir di acara itu atas undangan Fifie Buntaran (reporter TV One datang pada saat acara sudah berlangsung).
- Acara itu juga dihadiri beberapa media lain (termasuk dua wartawan televisi lain).
- Pada acara itu, TV One tidak menemukan fakta adanya penipuan atau setting-an saat acara pengumpulan amal (jika benar ada penipuan atau setting-an, kami pasti akan mengangkatnya menjadi angle berita yang menarik).
- TV One tidak mengetahui isi pembicaraan antara Fifie dan Silly serta antara Fifie dan Inna Lang. Kami diundang Fifie Buntaran untuk meliput acara launching salonnya pada 19 Oktober 2011. Belakangan Inna Lang memberi tahu kami bahwa akan ada acara fashion show dan acara amal (charity) dalam launching salon tersebut. Informasi tersebut dibenarkan Fifie secara terpisah.
Pada saat acara berlangsung, 10 November 2011, tim liputan kami diberi tahu oleh Inna Lang bahwa penerima dana amal dalam acara itu adalah "seorang designer fashion show yang keluarganya sakit di Bandung".
Selesai acara, Fifie menghampiri tim liputan TV One dan tampak bingung ketika dimintai konfirmasi soal siapa yang kelak akan menerima dana dari malam amal itu. Dia kemudian memperkenalkan tim kami kepada Silly. Tapi tim kami tidak banyak terlibat percakapan dengan Silly, karena niat kami hanya mendokumentasikan kegiatan amal para sosialita. Demikian penjelasan kami. Terima kasih.
Totok Suryanto
GM Internal Affair TV One
Wartawan kami sudah mewawancarai Anda sebagai wakil dari TV One. Penjelasan Anda telah dimuat dalam artikel yang dimaksud.
—Redaksi
Kecewa Kartu Kredit Stanchart
SAYA adalah pengguna kartu kredit Visa dan Mastercard dari Standard Chartered (Stanchart) Bank dengan nomor kartu 4934-8910-8127-0922 (Visa Platinum) dan 5149-3425-8128-6298 (Mastercard Platinum). Selama ini saya selalu melakukan pembayaran penuh sebelum jatuh tempo dan tidak pernah menemukan masalah dalam penggunaan ataupun pembayaran kartu.
Masalah baru muncul pada September 2011. Ketika itu saya mendapat total tagihan Rp 6.619.339 (Rp 2.883.285 untuk Visa dan Rp 3.736.054 untuk Mastercard). Tanggal jatuh tempo untuk tagihan ini adalah 25 September 2011.
Saya pun segera melakukan pembayaran melalui Klik BCA untuk kartu Visa Platinum sebesar Rp 6.629.339. Saya memang hanya membayar ke rekening kartu Visa karena saya tahu ada sistem dual account payment di Standard Chartered Bank.
Pada tagihan bulan berikutnya, Oktober 2011, pembayaran saya itu tercatat diterima oleh Visa pada 23 September 2011. Tapi, yang membuat saya terkejut, saya dikenai denda keterlambatan pembayaran (late charges fee) sebesar Rp 200 ribu di Mastercard. Pasalnya, sistem dual account payment di Stanchart baru mengirim pembayaran saya ke Mastercard pada 27 September 2011, dua hari setelah tenggat.
Saya pun mengajukan protes ke Stanchart pada 10 Oktober lalu. Petugas di sana menjelaskan bahwa pembayaran dual payment harus dilakukan dua hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo. Itulah pertama kalinya saya tahu ada aturan itu. Sebelumnya, sama sekali tidak ada pemberitahuan. Karena kecewa, saya pun menutup kedua kartu kredit itu.
Masalah ternyata belum selesai. Meski sudah membayar lunas semua tagihan sebesar Rp 5.015.189, saya masih belum bisa menutup kedua kartu itu. Pihak Stanchart mengaku butuh dua hari kerja untuk memproses permintaan saya. Ketika dihubungi lagi, mereka kembali meminta waktu dua hari untuk melakukan dual account payment dari kartu Visa ke kartu Mastercard. Saya pun menunggu.
Sepekan kemudian, masalah belum juga beres. Ternyata ada kesalahan sistem yang membuat pembayaran saya belum ditransfer ke Mastercard. Kesabaran saya ada batasnya. Untuk bank sebesar Stanchart, pelayanan kartu kredit macam ini amat mengecewakan.
Erwinda Wijaya
Jalan Agung Barat, Sunter
Tanjung Priok
Saran untuk Festival Film Tempo
ULASAN Tempo tentang film-film terbaik Indonesia pada 2011 yang dimuat di edisi lalu amat menarik. Banyak informasi baru soal film dalam negeri yang diulas, apalagi karena sebagian film belum ditayangkan atau sudah tayang tapi kalah pamor dibanding film impor.
Sayangnya, ulasan Tempo agak kebablasan. Ketika membaca tulisan soal film terbaik Indonesia 2011, The Raid, beberapa paragraf terkesan membeberkan alur cerita dari awal. Adegan-adegan tertentu dibahas detail. Karena sangat ingin menonton film ini langsung di bioskop—tanpa harus tahu lebih dulu jalan ceritanya—saya memutuskan berhenti membaca artikel itu. Demikian juga ketika saya membaca tulisan lain soal film The Lovely Man. Saya kecewa ketika Tempo membocorkan alur cerita soal anak sang waria, yang belakangan diketahui hamil.
Gara-gara dua artikel itu, saya jadi berhenti membaca laporan Tempo soal film-film terbaik 2011 tersebut. Saya khawatir kehilangan gairah saat datang ke bioskop untuk menyaksikan film-film yang diulas. Jika saya sutradara film-film itu, saya tentu akan kecewa karena kejutan yang saya siapkan untuk penonton dibocorkan begitu saja.
Untuk laporan Festival Film Tempo tahun depan, saya minta hal-hal yang bisa mengganggu antusiasme penonton macam ini dihindari. Cukuplah kami diberi gambaran cerita atau kritik maupun pujian atas performa aktor, tanpa perlu terlalu detail membahas alur cerita. Terima kasih.
Andre Gunawan
Jakarta
Terima kasih atas tanggapan Anda. Adegan terperinci pada film kami uraikan sejauh untuk mendukung tulisan, tanpa bermaksud membocorkan akhir cerita (spoiler). Masih banyak kejutan lain pada film-film itu.
—Redaksi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo