Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

29 November 2010 | 00.00 WIB

Surat Pembaca
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Berpikirlah Positif

MENURUT saya, tidak perlu ada protes atas ucapan Andi Arief: ”Yesus pun bisa menangis,” yang termuat di majalah Tempo edisi 8-14 November lalu. Jelas-jelas itu ucapkan kelakar tanpa nada pelecehan. Saya—keturunan ketiga dari garis lurus keluarga Katolik—sama sekali tidak merasa keberatan, apalagi tersinggung dengan ucapan tersebut. Bukankah tertawa bisa bermakna simpati, bahkan empati?

Kalau manusia dirasuki pikiran ngeres, sudut pandangnya kerap mengarah ke hal-hal yang negatif. Misalnya fakta di Yogyakarta. Sebuah penampungan pengungsi korban bencana Merapi dipaksa pindah karena dikaitkan dengan kepercayaan. Padahal, menurut Ketua Tanfidziah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Yogyakarta Profesor Dr Nizar Ali, menolong manusia tak perlu melihat perbedaan agama, golongan, kelompok, atau ras. Itu prinsip ajaran Islam yang disebut ukhuwah bashariyah atau ukhuwah insaniyah.

F.S. Hartono
Purwosari Sinduadi, Yogyakarta
081392984***

Tanggapan Kementerian Pendidikan Nasional

PADA surat pembaca Tempo edisi 8-14 November 2010, Saudara Siska Aditya mempertanyakan bantuan dana untuk mengikuti konferensi di Jepang. Judul tulisannya: ”Menagih Janji Menteri Pendidikan Nasional”. Kami mengucapkan terima kasih atas tulisan tersebut. Kami yakin hal itu merupakan bentuk kepedulian dalam memajukan dunia pendidikan.

Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan kebijakan terkait dengan peserta didik berprestasi dan konsisten melaksanakannya. Salah satu bentuk nyata dari kebijakan tersebut adalah diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 62 Tahun 2009 tentang pemberian beasiswa kepada siswa jenjang pendidikan menengah dan tinggi peraih medali Olimpiade Sains Internasional (OSI) atau setara. Peraih emas akan diberi beasiswa sampai program doktor, perak sampai program magister, dan perunggu sampai program sarjana.

Misalnya, pada 2009, 17 siswa pemenang medali OSI melanjutkan studi strata satu di luar negeri dan 14 siswa di dalam negeri dengan beasiswa pemerintah. Adapun pada 2010, ada 27 orang. Mahasiswa dengan prestasi tingkat nasional, termasuk di bidang olahraga dan seni, diberi beasiswa S-2 di dalam negeri.

Terkait dengan usul bantuan dana yang diajukan Siska Aditya, berdasarkan penilaian Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, proposal tersebut tidak lolos seleksi karena tidak memenuhi persyaratan administrasi—yang bersangkutan telah lulus sarjana pada saat penilaian. Juga karena berbagai pertimbangan lain, seperti kelayakan proposal dan ekuitas. Prinsip ekuitas diterapkan karena perguruan tinggi tertentu cenderung mendominasi perolehan bantuan.

Prestasi yang diraih Siska Aditya dalam ajang Young Scientist di Amerika Serikat dan Program Kreativitas Mahasiswa tidak masuk kriteria prestasi yang dapat diberi penghargaan tadi. Untuk bantuan dana mengikuti kegiatan di luar negeri, pemerintah mengutamakan kegiatan yang berasal dari hasil seleksi ketat, adanya peran peserta dalam kegiatan, dan adanya sharing (dana atau fasilitas) dari penyelenggara.

M. Muhadjir
Kepala Komunikasi Kementerian Pendidikan Nasional

Tanggapan Rina Iriani

ATAS nama Bupati Kabupaten Karanganyar Rina Iriani Sri Ratnaningsih, kami perlu menanggapi berita hukum majalah Tempo edisi 15-21November 2010, halaman 89, dengan judul ”Jadi Tersangka, Tunggu Presiden” tentang korupsi kepala daerah. Pada caption foto Rina Iriani tertulis, ”Kasus: Tengah diperiksa kejaksaan dalam dugaan korupsi pembangunan perumahan bersubsidi Griya Lawu Asri.”

Menurut kami, berita tersebut sama sekali tidak benar, dapat menyesatkan serta merugikan klien kami. Faktanya, klien kami hingga saat ini belum pernah diperiksa oleh kejaksaan atau institusi penegak hukum mana pun terkait dengan dugaan korupsi tersebut. Kesannya, klien kami juga tersangka dalam kasus korupsi sebagaimana diberitakan.

Kuasa hukum
Rina Iriani Sri Ratnaningsih
Daniel Tonapa Masiku, SH

Terima kasih atas informasi dan tanggapannya. Kami mohon maaf atas kekeliruan ini. –Red.

Cover Majalah

SAYA pembaca setia Tempo. Saya puji majalah ini karena keberanian dan kedalamannya dalam mengulas berbagai hal. Satu hal yang membuat saya agak terkejut adalah ilustrasi cover depan majalah Tempo edisi 15-21 November 2010 yang membahas soal Gayus Tambunan berpelesir ke Bali.

Cover depan dengan judul ”Kabur, Yuk” serupa dengan cover komik anak-anak semasa saya kecil, yaitu komik Bob Napi Badung. Bahkan judulnya tidak diubah sama sekali. Hanya ada perubahan pada gambar kepala dan penambahan kacamata. Kalau tidak salah, pemegang hak kopinya adalah Dupuis, Brussel, Belgia, dengan judul asli komik Bobo.

Saya tidak menemukan keterangan pada Tempo yang menyebut bahwa gambar tersebut disadur atas izin penerbit. Kasus serupa menimpa seorang dosen. Namanya hancur dan gelar profesornya dicabut. Semoga hal itu tidak terjadi pada Tempo. Semoga masukan ini diterima dengan baik. Terima kasih.

Benny B. Tjandrasa
Bandung

Kami berpendapat ikon-ikon yang dipelesetkan (bisa berupa lukisan, poster film, komik, atau lainnya) sudah cukup dikenal pembaca, jadi tidak perlu keterangan lebih lanjut. Terima kasih atas masukannya, untuk penerbitan yang akan datang, kami akan mencantumkan data gambar yang dipelesetkan. —Red.

Bob ’Gayus’ Napi Badung

SAYA tersenyum nyaris seharian ketika melihat sampul Tempo edisi ”Kabur, Yuk”. Saya kagum pada kenakalan tim desain Tempo, yang dengan amat kreatif dan jail memparodikan komik Bob Napi Badung karya Paul Deliege itu.

Bob—dalam versi aslinya adalah Bobo dan di Belanda namanya jadi Jaf—adalah narapidana di penjara Inzepocket yang dihukum 20 tahun karena mencuri sepeda. Cuma sepeda? Ya, tapi sepeda hakim. Kelucuan Bob dalam komik itu digali di seputar upaya Bob untuk selalu kabur, dan selalu gagal.

Di sinilah parodi itu tercipta, Gayus ”yang bukan pencuri sepeda” tidak perlu segigih Bob untuk kabur dari penjara, dan dia berhasil. Uang hasil mengakali pembayaran pajak negara jauh lebih efektif daripada sekop.

Sampul Tempo adalah bagian yang selalu saya nikmati. Saya selalu menunggu ide-ide nakal. Inilah salah satu bagian yang ngangenin dari Tempo.

Hasan Aspahani
Penyair, jurnalis, pecandu komik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus