Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Klarifikasi Pernyataan Fahmi Idris
DALAM rubrik Pokok & Tokoh pada Tempo edisi 10-16 Mei 2010, halaman 120, tertulis predikat kelulusan Fahmi Idris adalah summa cum laude.
Kami perlu memberikan klarifikasi bahwa berkenaan dengan predikat kelulusan pada program Strata 2 konsentrasi Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, kami tak mengenal preĀdikat kelulusan summa cum laude. KaĀmi hanya mengeluarkan predikat kelulusaĀn mahasiswa: memuaskan, sangat memuaskan, dan cum laude. Terima kasih.
IDA NURLINDA
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran
Klarifikasi Harta Karun
DALAM tulisan tentang harta karun di Cirebon pada Tempo edisi 24-30 Mei 2010, halaman 66, paragraf 7, tertulis: āBanyak pemain melakukan pengangkatan tanpa izin atau dengan izin palsu. āSemua memiliki beking masing-maĀsing.āā
Masih pada paragraf yang sama tertulis: ā... juga pemburu lain seperti Tilman Walterfang yang membawa harta dari kapal karam Dinasti Tang di perairan Batu Hitam, Belitung Timur.ā
Melalui surat ini saya mengklarifikasi bahwa saya tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat tersebut saat wawancara. Terima kasih.
ADI AGUNG TIRTAMARTA
Direktur Utama PT Paradigma
Putra Sejahtera
Terima kasih atas penjelasan Anda. Kami menyimpulkan pernyataan Anda dalam diskusi dengan redaksi.
Hentikan Perampokan Berkedok RBT
SAYA hendak menyampaikan Āprotes kepada operator seluler Esia dan Axis Āserta semua operator seluler yang melakukan pemotongan pulsa secara otomatis melalui perpanjangan masa berlangganan ring back tone (RBT) atau nada sambung telepon seluler. Ini adalah bentuk āpemaksaanā operator kepada pelanggan. Pemasangan atau perpanjangaĀn ring back tone seharusnya berdasarkan permintaan pelanggan. Operator seharusnya tak memutuskan sepihak dengan secara otomatis memotong pulsa.
Bayangkan, untuk satu ring back tone, pelanggan dikenai biaya Rp 7.000-9.000. Dengan jumlah pelanggan yang besar, ini bisa dikatakan sama dengan perampokan terselubung. Saya bahkan tidak tahu ring back tone apa di telepon seluler saya. Tahu-tahu pulsa saya habis karena dipotong otomatis. Mohon kepada regulator industri telekomunikasi mengatur tindakan operator yang merugikan ini.
ERVAN REYNALDY
Kebantenan, Jati Asih, Bekasi
021-91329***/08128787***
Kecewa terhadap Gold Gym
PADA 27 November 2009, saya masuk keanggotaan Gold Gym Thamrin City dengan kontrak selama setahun. Pada 15 Januari 2010, saya dinyatakan terkena kanker payudara stadium 3b. Saya lantas memutuskan cuti keanggotaan selama dua bulan dengan membayar Rp 100 ribu per bulan.
Pada April, tiba-tiba dalam tagihan kartu kredit ada pembayaran keanggotaan klub Gold Gym. Tentu saja saya memprotes dan mengajukan pengundurĀan diri. Untuk mengundurkan diri itu, saya harus membayar Rp 500 ribu. Saya setuju karena saya hanya akan membayar Rp 150 ribu. Sebab, sebelumnya lewat kartu kredit, saya sudah membayar Rp 350 ribu.
Tapi pada Mei, lagi-lagi pada tagihĀan kartu kredit saya tercantum pembayaran Rp 350 ribu. Artinya, saya belum dicatat telah mengundurkan diri. Untuk itu, lagi-lagi saya harus setor Rp 150 ribu untuk menambah biaya pengunduran diri sayaāyang kedua kali. Saya marah karena merasa ditipu Gold Gym.
Head Manager Gold Gym Merry meĀngatakan kepada saya bahwa peraturan tetap begitu tanpa pertimbangan apa pun. Aneh, padahal kesalahan bukan ada pada diri saya.
LAILA ALJUFRIE
[email protected]
Bank Mirip Rentenir
DALAM rapat umum pemegang saham bank-bank belum lama ini, dengan bangga direksi memamerkan kenaikan laba yang besar. Imbalannya, Bank Mandiri membagikan bonus untuk direksi komisaris Rp 85 miliar, Bank Danamon Rp 55 miliar, dan Bank Tabungan Negara hampir Rp 16 miliar. Tentu saja bonus itu hak pengurus bank yang berhasil menggemukkan bisnis bank.
Tapi para bankir, otoritas moneter, dan pemegang saham bank perlu diingatkan, laba besar itu tak layak dibanggakan. Sebab, laba itu bukan hasil optimalisasi fungsi utama bank sebagai lembaga intermediasi. Bagaimana mungkin bank bisa meraih laba besar kalau rasio penyaĀluran kreditnya masih rendahādi bawah 75 persen? Laba besar itu karena āpemeĀrasanā duit konsumen yang tecermin dalam bunga kredit yang tinggi dibanding bunga deposito yang hanya 6 persen.
Saya, debitor salah satu bank, misalnya, dikenai bunga 14 persen. Sudah berjalan dua setengah tahun tidak turun sedikit pun. Padahal dulu bank menjanjikan kalau bunga pasar turun, bunga kredit juga disesuaikan. Saat ini selisih bunga simpanan dengan bunga kredit mencapai 6-7 persen. Ini terlalu tinggi dibanding bank-bank di negara lain yang hanya 2-3 persen.
Sebetulnya bank-bank kita masih jauh dari efisien dan profesional. Mereka lebih mirip rentenir. Menggemukkan laba bukan dengan berupaya keras membiayai sektor-sektor yang layak dibiayai, melainkan dengan āmemerasā konsumen. Bank memutar duit di pasar uang yang ujungnya juga membebani orang baĀnyak. Mereka juga menelan bunga obligasi bantuan likuiditas Bank Indonesia yang bersumber dari anggaran pendaĀpatan dan belanja negara.
KHAIRUL AZHAR
Jalan H Taiman, Jakarta Timur
Dealer Toyota Mengecewakan
SAYA membeli satu unit mobil baru Toyota Kijang Innova G-2010 pada pertengahan April 2010 dari Sahabat Motor Kelapa Gading. Showroom itu mengĀambil mobil dari dealer Astrido Toyota dengan alamat: kompleks Ruko Pinangsia Blok Futuris Nomor 72-73, Karawaci, Tangerang. Spesifikasi mobil adalah nomor rangka: MHFXW12C9A2159191 dan nomor mesin: 1TR6915942.
Setelah lebih dari lima pekan sejak mobil diserahterimakan, tidak ada surat tanda nomor kendaraan/pelat nomor yang diberikan. Ketika diminta atau diĀtanyakan kepada penjual mobil tersebut, banyak alasan yang diberikan. Mereka tak memberikan kejelasan waktu STNK/pelat nomor akan diberikan.
Saya menanyakan kepada Toyota Astra Motor, apakah status mobil dengan spesifikasi di atas resmi atau ilegal? Jika resmi dikeluarkan oleh Toyota Astra Motor, mengapa STNK/pelat nomor belum diberikan juga meski sudah lebih dari sebulan? Mohon Toyota Astra Motor menanggapi keluhan ini.
Dr CHRISTINE M. PURBA
Baranangsiang Indah, Bogor
Fan Koes Plus
SAYA adalah penggemar berat Koes Plus sejak usia 10 tahun. Saya senang sekali akhirnya Tempo menampilkan perjalanan band legendaris ini pada edisi 10-16 Mei 2010. Lebih senang lagi karena ternyata band favorit saya ini masih eksis walaupun salah satu anggotanya sudah wafat, Tonny Koeswoyo.
Cuma sayangnya, tulisan itu tidak menampilkan nama penulis atau reporter Tempo yang mengikuti perjalanan sang legenda hingga ke Sampit, Kalimantan. Saya harap tulisan ini ada sambungannya dan nama penulis atau reporternya dituliskan.
DENI WAHYUDI
[email protected]
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo