Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

<font size=2 color=#990033>Mahmud Abbas:</font><br />Kami Meminta Indonesia Mendesak Obama

31 Mei 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti tak peduli terhadap kecaman dunia internasional, Israel terus membangun permukiman Yahudi seraya meng gusur rumah warga Palestina di Tepi Barat. Toh, Presiden Palestina Mahmud Abbas memutuskan tetap akan berunding dengan negara Zionis itu lewat perantaraan Amerika Serikat, Selasa pekan ini. Berbeda dengan Hamas, dia berkukuh bahwa perundingan masih merupakan jalan yang paling masuk akal untuk mencapai perdamaian di antara kedua pihak.

Mahmud Abbas, yang punya panggilan Abu Mazen, memang dikenal sebagai tokoh moderat di antara pemimpin Palestina sejak era Yasser Arafat. Dalam konflik melawan Israel, reputa si nya melambung sebagai ahli diplomasi dan perunding ketimbang pemimpin perjuangan bersenjata. Dia kerap menekankan bahwa konflik Pales tina-Israel adalah urusan perebutan tanah, bukan agama. Itu sebabnya, dia menegaskan bahwa negara-negara Arab dan muslim boleh membuka hubungan diplomatik dengan Israel bila negara Yahudi itu sudah menarik pasukan dari tanah Palestina yang diduduki sejak 1967.

Sebagai pemimpin Palestina, Abbas juga tahu kapan harus berhenti berada di depan. Dia berkali-kali menegaskan tak akan mencalonkan diri dalam pemilihan umum yang digelar dalam waktu dekat. Dia ingin mendorong regenerasi kepemimpinan Palestina. ”Bila saya tetap maju, orang lain tak akan mengajukan diri,” katanya.

Pekan lalu, Abbas melawat ke Indonesia dan menemui Presiden Yudhoyono untuk membicarakan peran yang bisa dimainkan Indonesia dalam proses perdamaian Palestina dan Israel. ”Indonesia sebagai negara berpengaruh bisa lebih banyak berperan dalam perundingan Israel dan Palestina,” ujar Abbas kepada Bambang Harymurti dan Nugroho Dewanto dari Tempo. Didampingi Duta Besar Palestina Fariz Meh dawi, Abbas menjawab pertanyaan sambil mengisap Marlboro.

Apa tujuan kedatangan Anda ke Indonesia?

Kami memiliki hubungan yang erat dan kuat sejak dulu, dan Anda tentu tahu bangsa Indonesia, semuanya mendukung Palestina untuk mencapai kemerdekaan. Karena itu, kami mesti menjaga hubungan ini dan memberikan pandangan tentang situasi politik terbaru di Palestina. Tentu saja ini adalah hubungan setara, kita bicara tentang peran Indonesia dalam proses perdamaian secara keseluruhan (di Timur Tengah).

Peran apa yang penting dimainkan Indonesia dalam proses itu?

Kami pikir, beberapa negara ber pengaruh, seperti Indonesia, India, Afrika Selatan, dan Brasil. Semua negara ini bisa memainkan peran yang terjalin dengan pihak lain, seperti Eropa, Rusia, dan Amerika. Mereka setuju bahwa negara-negara ini bisa sangat berperan dalam proses perdamaian. Tentu tak bisa kita tinggalkan Asia Tenggara dan Pasifik. Di sini ada organisasi yang kuat, ASEAN, dan Pasifik, yang saya yakin, di dalamnya Indonesia akan memimpin organisasi penting ini. Jadi, dari pandangan ini, mereka bisa menjalankan peran mereka dengan signifikan.

Ini kunjungan ketiga Anda ke Indonesia, apa yang membedakannya dengan dua kunjungan sebelumnya?

Dalam kunjungan sebelumnya kami sepakat atas banyak hal. Sekarang, kita lihat, karena kami akan bicara tentang implementasi kesepakatan-kesepakatan sebelumnya. Saya pikir, kita akan menemukan kesepakatan lain, terutama bila kita bicara tentang perdamaian di Timur Tengah, kita juga akan mengaktifkan kerja sama kota kembar Yerusalem dan Jakarta.

Bagaimana, menurut Anda, dukungan bangsa Indonesia selama ini?

Akan saya katakan, kami bersyukur saudara kami di Indonesia membantu kami. Mereka sudah berada di pihak kami, sejak awal, tentang Yerusalem dan Al-Aqsa, sama seperti keyakinan kami.

Kami dengar Indonesia akan melatih seribu warga Palestina. Ini akan masuk agenda pembicaraan?

Itu sudah berjalan. Selain itu, Indonesia akan berpartisipasi dalam Konferensi Ekonomi Kedua di Betlehem, Palestina, yang akan berlangsung selama tiga hari mulai 2 Juni.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan datang pada 14 Juni. Anda ingin Indonesia bicara sesuatu kepada Obama?

Tentu saja. Kami bicara dengan Presiden Yudhoyono. Pertama, kami menyampaikan pandangan kami tentang tujuan pembicaraan dan kapan tepatnya. Kami juga menyampaikan apa yang sudah dan belum kami capai dalam perundingan (dengan Israel). Apa yang kami inginkan agar Indonesia bisa bicara dengan Presiden Obama. Kami meminta Indonesia tak sekadar bicara, tapi juga mendesak Obama, dengan membantunya mengambil kebijakan yang tepat atas persoalan dengan Israel. Lebih cepat tentu lebih baik.

Apa kebijakan yang tepat itu?

Tentu saja kesepakatan, perjanjian di antara kami, Palestina dan Israel, pada masalah utamanya (yaitu soal tanah, pembangunan permukiman oleh Israel di wilayah Palestina). Juga pengakuan negara Palestina. Ini tujuan utamanya.

Pembentukan negara Palestina pada 2012, menurut Anda, akan tetap bisa direalisasikan?

Kami membangun insitusi, memapankan semua persiapan dan apa yang dibutuhkan untuk itu. Kami sedang mempersiapkan diri untuk deklarasi, tapi bukan deklarasi sepihak dari Pales tina saja. Kami akan mengumumkannya bersama komunitas internasional secara menyeluruh, dengan orang-orang Israel. Mungkin ini akan perlu melalui Dewan Keamanan Perserikat an Bangsa-Bangsa. Yang jelas tak akan sepihak dari kami saja.

Bagaimana dengan aktivitas Israel yang masih terus membangun permukiman?

Sekarang, Israel sedang ditekan dunia internasional. Mereka mendesak Israel menghentikan segala aktivitas pembangunan permukiman Yahudi. Saya yakin Israel akan menurut. Sebab, bila tidak, pembicaraan tak akan bisa dilanjutkan.

Bagaimana dengan kemungkinan pertukaran lahan dengan Israel?

Kami masih berupaya mencapai kesepakatan tentang ini. Ini inti masalah nya, antara kami dan Israel. Kami mengajukan persentase yang kami inginkan, dan mereka juga demikian. Angka ini masih ketemu kesepakat annya. Tinggal bagaimana menjembatani perbedaan angka ini. Inilah peran Amerika dan empat negara sebagai mediator.

Pemilu Palestina sudah dekat, Anda yakin menang? Bagaimana kalau Hamas yang menang?

Kalau Hamas menang, tentu mereka bisa memerintah Palestina secara resmi, semua wilayah, sebagai presiden, sebagai republik.

Banyak yang bilang, kalau pemilu dilakukan sekarang, Hamas akan kalah.…

Saya tak tahu. Ya itu, terserah keputusan Hamas.

Anda masih tetap tak akan maju sebagai kandidat.…

Ya, ini sudah keputusan saya. Bila saatnya pemilihan, saya tak akan maju lagi. Kalau saya maju, akan menutup peluang calon lain. Mereka akan mengajukan diri, kalau saya tak maju.

Ada kandidat yang Anda dukung dari Fatah? Marwan Barghouti mungkin.…

Tak ada, saya tak punya kandidat. Itu pilihan rakyat Palestina, kalau mau Marwan Barghouti, silakan. Dia pemim pin di Palestina, dan partai, tentu dia bisa menjadi kandidat presiden. Dia anggota saya, tentu saya mendukungnya.

Anda akan meninggalkan arena perjuangan ini setelah sekian lama memimpin bangsa Palestina?

Tentu tidak, saya akan tetap melanjutkan perjuangan. Tapi, dari sisi yang berbeda. Saat ini saya belum ada rencana spesifik, yang jelas saya masih punya banyak pekerjaan yang mesti diselesaikan.

Anda akan menjadi seperti Nelson Mandela?

Saya tak bisa menyamakan diri dengan Mandela yang tersohor itu.

Soal kekerasan, Anda masih yakin perjuangan bersenjata tak akan manjur?

Saya masih yakin perundingan di antara kami, Palestina dan orang-orang Israel, adalah jalan terbaik, yang akan menghasilkan kesepakatan. Dari dulu saya tak percaya kekerasan, teror, dan paksaan akan menghasilkan hal yang baik.

Itu sebabnya, Anda mengecam penyelundupan senjata oleh Hamas ke Tepi Barat baru-baru ini?

Tentu, itu bukan hal baik. Meski sekarang Hamas pun mengecam peluncuran roket dari Jalur Gaza. Tapi masih ada yang melakukannya. Saya yakin itu bukan perbuatan anggota Hamas. Mereka punya posisi yang sama dengan kami.

Anda akan minta Indonesia membantu Anda menengahi perselisihan antara Fatah dan Hamas?

Sekarang, Anda tahu, negara ini diakui oleh negara-negara Arab dan komunitas internasional. Mesir sudah memasukkannya dalam dokumen resmi negara mereka. Dokumen itu sudah rampung pada awal Oktober lalu, dan kami tanda tangani. Fatah menandatangani, tapi Hamas masih menolak. Kami (Fatah) meminta Hamas segera tanda tangan. Sebab, itu akan menjadi jalan untuk penyelenggaraan pemilu, presiden dan parlemen.

Anda yakin Indonesia bisa menekan Hamas?

Tentu saja, Indonesia adalah negeri yang disegani di antara seluruh (nega ra) muslim. Jadi kami berharap hubungan yang terjalin dengan Hamas juga bisa digunakan untuk meyakin kan mereka, untuk menandatangani dokumen itu.

Banyak orang Indonesia yang ingin ke Aqsa, tapi tak bisa karena segan dengan Palestina yang belum menjadi negara berdaulat.…

Mereka bisa datang sekarang. Kami paham itu bukan berarti Indonesia menormalisasi hubungannya dengan Israel. Ketika orang Indonesia datang ke Aqsa, artinya normalisasi hubungan dengan Palestina. Malah tak cuma Indonesia, seluruh dunia, datanglah ke Aqsa, tak usah sungkan. Silakan datang, melihat kedaulatan orang-orang Palestina dan penderitaan mereka serta membantu mereka. Ini adalah undangan.

Apakah sudah memungkinkan mendarat di bandar udara Palestina?

Sayang, kami belum punya bandar udara. Tapi kalian bisa datang lewat Yordania dan melalui jembatan di sana, bisa langsung masuk ke wilayah Palestina.

Menurut Anda, kapan Indonesia bisa membuka hubungan diplomatik dengan Israel?

Setelah penarikan pasukan Israel dari tanah Arab yang diduduki. Itu berdasarkan Inisiatif Perdamaian Arab yang menjadi Inisiatif Perdamaian Negara Muslim. Indonesia dan negara lainnya ikut menandatangani inisiatif ini. Jadi, saat Israel menarik pasukan dari wilayah yang diduduki sejak 1967, setiap negara Arab dan muslim boleh menormalisasi hubungannya.

Bagaimana dengan proyek kapal perdamaian.…

Kami berharap masyarakat internasional mendukung agar bisa membantu warga Palestina. Warga kami menderi ta karena situasi sekarang ini, karena benteng-benteng Israel yang meng urung kami. Saya pikir, orang Indonesia bisa ikut serta di kapal semacam itu.

Mahmud Abbas

Tempat dan tanggal lahir: Safed, 26 Maret 1935

Pendidikan:

  • Sarjana hukum dari Universitas Damaskus, Suriah
  • Doktor sejarah dari Moscow Oriental College Karier:
  • Anggota pertama Palestinian National Liberation Movement (Fatah)
  • Perdana Menteri Palestina (Maret-September 2003)
  • Presiden Palestina (2004)
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus