Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

23 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salut Edisi Sjahrir

EDISI Khusus 100 Tahun Sutan Sjahrir, perdana menteri pertama Indonesia, di Tempo sungguh membuka sejarah siapa itu Sjahrir. Kita menjadi lebih tahu dan pembaca yang tak suka sejarah menjadi paham. Saya kira Tempo perlu terus menulis tokoh-tokoh sejarah seperti Tjokroaminoto, Cipto Mangunkusumo, Sutomo, Jenderal Sudirman. Bukan itu saja, tokoh lain yang layak ditulis seperti Tan Tjeng Bok, Nyonya Meneer, W.R. Supratman, termasuk Kartosuwiryo, Sumokil, Kahar Muzakkar, Daud Beureuh.

Nama-nama itu saya acak saja. Saya yakin Tempo lebih tahu mana yang layak dijadikan edisi khusus. Semoga semakin konsisten menyadarkan masyarakat untuk mengetahui arti penting sejarah.

ALI SOEKARDI
Medan, Sumatera Utara

Media Kita Tumpul Analisisnya

Dalam menelaah rekam jejak bursa calon presiden, media kita tumpul analisisnya. Akibatnya, seorang calon petualang, sekalipun punya rekam jejak yang sangat dipertanyakan (terkait isu serius seperti pelanggaran HAM, misalnya), bisa menebar citra hanya dengan menggencarkan iklan di televisi tanpa dikritisi ataupun dikontrol siapa pun. Sekadar bermodal banyak uang, seseorang mendadak bisa bercitra sebagai pembela rakyat jelata. Pada pemilu Amerika, seorang fresh seperti Obama pun melalui uji rekam jejak yang ketat. Di Indonesia sekarang, uji ini nyaris nihil—kalaupun ada, hanya terfokus pada presiden incumbent Susilo Bambang Yudhoyono. Barangkali media kita sekarang analisisnya malah kalah kritis ketimbang pendahulu mereka, katakanlah 10-15 tahun lalu.

YOKO S.
Yogyakarta

Barang Hilang di Hotel Treva

Pada 12 Maret 2009, saya kehilangan tas laptop beserta isinya: laptop, external hard disk, flash disk, uang, dan kabel data di dalam kamar nomor 619 Hotel Treva International di Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat. Anehnya, tak ada kerusakan pada kunci kamar. Kejadiannya antara saat saya sarapan pagi pukul 07.30 WIB di lantai 2 dan kembali pukul 08.40 WIB. Sewaktu saya masuk, saya dapati laptop dan yang lain tidak ada lagi di dalam kamar. Lalu saya melaporkannya melalui telepon hotel ke operator dan dilanjutkan ke manajemen hotel.

Malamnya, saya juga melaporkan kejadian ini ke Polsek Menteng atas saran dan dengan diantar petugas keamanan hotel. Esoknya, tas saya ditemukan di kamar 621, juga tanpa ada kerusakan kunci kamar. Saya diminta bersabar hingga tanggal 21 Maret, karena manajemen sedang mengurus perkara ini. Tapi bagi saya tak ada kemajuan berarti. Manajemen mengatakan, berdasarkan hasil rapat direksi, hotel tak mau mengganti barang-barang yang hilang itu. Mereka memberi hasil notulensi rapat tapi tanpa kop dan tanda tangan direksi. Hingga saat ini saya hanya menunggu hasil penyelidikan polisi dan berharap barang saya yang hilang bisa kembali, karena Hotel Treva International tidak mampu memberikan kompensasi walaupun hanya memberi pinjaman.

YOGA NUGRAHA
Bekasi, Jawa Barat

Tanggapan Hotel Treva

KAMI prihatin dengan kejadian yang menimpa Saudara Yoga Nugraha. Kami ingin meluruskan beberapa hal:

  1. Hotel kami selalu memberikan layanan terbaik kepada para tamu dan telah melakukan prosedur standar keamanan hotel bintang tiga. Dalam formulir registrasi juga telah dicantumkan bahwa ”Hotel tidak bertanggung jawab atas kehilangan uang, perhiasan, barang berharga lainnya di kamar.” Para tamu termasuk Saudara sudah menyetujui sebelum check in. Artinya, para tamu mesti waspada dengan barang-barangnya sendiri.
  2. Kami sudah melaporkan soal ini ke Polsek Menteng sesaat setelah menerima laporan, mendatangkan anjing pelacak, menyisir area hotel, investigasi staf serta body checking, dan hingga kini kami tetap kontak dengan polisi.

Kami menyesalkan surat pengaduan Saudara karena dilakukan sebelum ada kesimpulan dari polisi. Pernyataan Saudara berdampak negatif terhadap hotel kami dan merugikan kami secara moril dan materiil.

A.G. HAMID CHANIAGO
General Manager Hotel Treva
International

Mencari PT Megatama Nusa Sukses

SAYA membaca satu surat di Tempo edisi 15 Februari 2008 atas nama Bapak A.M. Ardian yang mengeluhkan raibnya pengembang Hambalang Golf & Country Estate. Saya satu dari ratusan korban yang nasibnya sama dengan Bapak Ardian. Saya membeli lima kapling di kompleks ini pada 1994 dan ditelantarkan begitu saja oleh PT Megatama Nusa Sukses. Kepada pembeli lain, mari kita selesaikan bersama masalah ini agar hak kita kembali seperti seharusnya.

F. WIDJAJA
Palmerah, Jakarta Pusat

Korupsi Menggerus Kebudayaan

KORUPSI menggerus kebudayaan Indonesia yang dibangun ratusan tahun oleh bangsa ini. Barisan koruptor Indonesia makin panjang dan bersaf-saf dan berada di mana-mana. Kerusakan hebat yang ditimbulkan dari watak koruptif adalah kebobrokan moralitas berupa keserakahan, tak peduli, egoistis, dan sifat tega serta kejam terhadap teman sebangsa. Para koruptor menjadi manusia yang tak punya lagi visi dan misi kebangsaan, tidak kreatif dan inovatif serta membiarkan dirinya tenggelam terbawa arus krisis etika, estetika, dan hati yang tak berkesudahan.

Bangunan kebudayaan bangsa akan roboh karena daya berpikir anak bangsanya tidak lagi kreatif dan inovatif. Sebab, yang dipikirkan hanyalah bagaimana mengambil dan mengambil terus kekayaan bangsa besar ini. Tingkah laku yang sangat negatif dan tercela itu disebut korupsi.

SON YUWONO
Tangerang, Banten

PBB Bukan Sumber Pendapatan

TIDAK adil jika pemerintah menggenjot pendapatan dari pajak bumi dan bangunan. Seolah-olah PBB itu pajak penghasilan. Kalau suatu daerah defisit, mereka menaikkan nilai jual obyek pajak. Pola pikir seperti ini harus dihentikan. Di negara maju, saat seseorang pensiun, pemerintah mengembalikan uang itu dalam bentuk asuransi kesehatan, tunjangan hari tua, uang muka rumah, dan lain-lain. Di sini, sudah pensiun masih ditarik PBB yang naik terus tiap tahun.

Semoga wakil-wakil rakyat periode yang akan datang mampu menyamakan kesejahteraan kita dengan negara maju, berupa asuransi kesehatan, tunjangan hari tua, dan tidak seperti saat ini, menjadikan PBB sebagai bagian untuk memenuhi defisit anggaran belanja.

LIE GAN YONG
Rawamangun, Jakarta Timur

Proyek-proyek Jakarta

MACET dan banjir. Inilah dua soal besar yang dihadapi Jakarta. Sayangnya, banyak proyek untuk mengatasi dua soal itu masih di atas kertas. Bus Transjakarta itu baik. Tapi membangun koridor tanpa dibarengi armada yang memadai membuat koridor telantar, bahkan rusak sebelum dipakai. Pembangunan Kanal Banjir Timur dan Barat juga tak kelar-kelar. Di Duri Pulo, Jakarta Pusat, pembangunan kanal malah menyalahi bestek. Akibatnya, justru masalah yang muncul.

Salah satu solusi yang digadang-gadang mampu mengurangi tingkat kemacetan di wilayah DKI Jakarta adalah proyek monorel. Tiang-tiang pancang telah berdiri kokoh. Tapi hingga sekarang kelanjutannya makin enggak jelas. Terbengkalai hampir 1,5 tahun, moda angkutan massal yang dijanjikan dapat mengatasi kemacetan itu justru menambah beban jalan dan memperparah kemacetan.

Baru-baru ini, seperti yang dimuat di sebuah media cetak, untuk mengatasi kemacetan di ruas jalan-jalan protokol di Ibu Kota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membangun jalan-jalan alternatif agar beban jalan utama berkurang. Semoga saja rencana tersebut dieksekusi sepenuh hati, dengan baik, bukan hanya di atas kertas, sekadar rencana.

MAROLOP SIMATUPANG
Duren Sawit, Jakarta Timur

Iklan Politik Omong Kosong

Hampir semua iklan partai dan calon presiden serta legislatif hanya berisi slogan-slogan yang bersifat normatif ataupun hanya obral janji-janji kosong. Tidak satu pun menawarkan suatu konsep atau program yang nantinya akan bermanfaat langsung bagi hajat hidup masyarakat.

Biaya iklan politik tentunya tidaklah murah, dan akan lebih bijaksana apabila dana tersebut dipergunakan oleh para calon anggota Dewan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat di daerah pemilihannya. Para calon anggota Dewan juga akan lebih dikenal oleh para calon pemilih karena bukan rahasia lagi bahwa kebanyakan calon tidak bertempat tinggal di daerah pemilihannya. Dengan demikian, tujuan kampanye akan lebih mengenai sasaran.

SAMESTO NITISASTRO
Depok, Jawa Barat

Soal Rangkap Jabatan

ELITE partai yang menjadi pejabat publik sebaiknya menanggalkan salah satu jabatannya. Dulu Presiden Soekarno juga jengkel karena partai sering menjegal kerja menteri sehingga kabinet tak kunjung bisa menyelesaikan program kerja. Siapa pun yang terpilih sebagai presiden seyogianya mempertimbangkan soal rangkap jabatan ini. Jangan seperti sekarang, menteri merangkap ketua partai. Ini pasti menimbulkan konflik kepentingan.

MOCH. MOCHTAR
Surabaya, Jawa Timur

Golput Sama dengan Putus Asa

Bagi saya, golput merupakan keputusasaan. Kalau banyak yang golput kemudian mereka yang golput itu menjadi penentang pemerintahan yang lantang di kemudian hari, bisa jadi ini adalah kesalahan mereka sendiri. Sebab, walaupun hanya ada yang buruk dan lebih buruk, menurut saya kita tetap lebih baik memilih yang buruk agar yang lebih buruk tidak menjadi pemimpin kita. Relakah kita dipimpin oleh orang yang terburuk di antara semua kandidat yang ada?

Saya berharap jawabannya tentu tidak.

MARUR SYU’DI
Kemayoran, Jakarta Pusat

Kampanye dengan Damai

KITA berharap agar kampanye kali ini tidak menjadi sesuatu yang menakutkan dan mencemaskan, atau malah mengkhawatirkan banyak pihak, sehingga harus menghentikan semua aktivitas. Oleh karena itu, petugas keamanan harus dikerahkan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan, karena ini memang bagian dari tugasnya.

Kampanye damai adalah sebuah keniscayaan. Kita harus meyakini bahwa tidak ada tempat bagi kekerasan di dalam sebuah ruang demokrasi. Kampanye adalah ajang kompetisi untuk memberikan solusi atas berbagai permasalahan bangsa. Dalam konteks ini, kita berharap semua pihak tetap menghormati aturan main dalam kampanye.

LINDA SURACHMAN, SH
Cilandak, Jakarta Selatan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus