Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

<font color=#FF9900>Pesan Berdarah</font> untuk Direktur

Pembunuhan Nasrudin diduga berkaitan dengan soal keuangan perusahaannya. Tapi polisi belum mengarah ke soal dugaan penyelewengan itu.

23 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANDI Nasrudin Zulkarnain tak memenuhi janji makan malam bersama keluarganya. Hari itu, Sabtu dua pekan lalu, harusnya ia mengajak istrinya, Arinda Irawati, dan dua anaknya makan malam di restoran pilihan mereka. Namun maut keburu menghadang Nasrudin, yang baru enam bulan menjabat Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, ”cucu” badan usaha milik negara PT Rajawali Nusantara Indonesia.

Dua pengendara sepeda motor tak dikenal memepet sedan BMW B-191-E silver miliknya saat laju kendaraannya terhalang ”polisi tidur” di Jalan Hartoyo, Tangerang. Mobil tersebut baru sekitar 500 meter dari padang golf Modern Land, tempat Nasrudin bermain golf.

Saat itulah salah seorang pria yang membonceng sepeda motor mengeluarkan pistolnya. Dua peluru melesat cepat menembus kaca samping mobil dan langsung bersarang di batang otak Nasrudin. Meski dia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Mayapada, Tangerang, dan dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta, nyawa pria 49 tahun itu tak tertolong. Ia meninggal setelah koma sekitar 20 jam.

Tewasnya Nasrudin mengejutkan banyak koleganya. Hingga Jumat pekan lalu, polisi menyatakan masih belum menemukan motif pembunuhan itu. Banyak isu beredar seputar penembakan ini, dari soal asmara hingga soal korupsi.

Andi Syamsudin, adik kandung Nasrudin, sempat mendesakkan pemeriksaan atas Arinda, istri kedua korban, karena tewasnya sang kakak diduga terkait dengan hubungan asmara. ”Kematian almarhum ada indikasi keterlibatan orang dalam, jadi penyidik harus memeriksa istri korban,” kata Syamsudin kepada koresponden Tempo di Makassar, Irmawati.

Tudingan itu membuat Arinda memilih mengurung diri dan sempat menolak menerima wartawan. Ia bahkan meminta pengacara Supriyanus menangkis tuduhan itu. Menurut Supriyanus, kliennya bersiap meminta perlindungan Komisi Nasional Perempuan atas tudingan yang diterimanya.

Berbeda dengan Syamsudin, sejumlah kawan dekat Nasrudin justru yakin pembunuhan Nasrudin terkait dengan pekerjaannya. Menurut anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Bulan Bintang, Ali Mochtar Ngabalin, dua bulan sebelum meninggal Nasrudin sempat menemuinya. Nas, demikian rekannya itu biasa dipanggil, sempat meminta dukungan dari Ngabalin jika suatu hari ada masalah di kantornya. ”Saya diminta mem-backup-nya,” ujar Ngabalin. Hanya, kata politikus ini, ia tak sempat menanyakan secara spesifik masalah yang dikeluhkan adik angkatannya di organisasi Pelajar Islam Indonesia itu. ”Ini yang saya sesali, mengapa tidak menanyakan lebih jauh,” katanya.

Sejumlah pihak menyebutkan pembunuhan Nasrudin terkait dengan perkara korupsi di lingkungan PT Rajawali Nusantara Indonesia yang tengah diusut Komisi Pemberantasan Korupsi. Tapi soal ini dibantah Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bidang Penindakan Chandra Hamzah. Menurut Chandra, PT Putra Rajawali Banjaran tidak terkait kasus korupsi impor gula yang kini ditanganinya. ”Tidak ada rencana KPK memanggil dia sebagai saksi,” ujar Chandra.

Menurut Ngabalin, kematian Nasrudin mengingatkan dirinya saat ayah tiga anak itu meminta dukungan menjadi Direktur PT Putra Rajawali Banjaran beberapa bulan lalu. Saat itu, menurut Ngabalin, Nasrudin sempat mengungkapkan dua alasan kenapa memilih menjabat di sana. Pertama, di tempat itu ia mengaku bisa lebih banyak berbuat untuk umat. Kedua, dengan kedudukannya itu ia bisa menyelamatkan banyak uang negara.

Apa yang dimaksud dengan menyelamatkan uang negara ini, Ngabalin mengaku tak paham. Namun ia yakin di sinilah sumber malapetaka yang menimpa sejawatnya. Terbukti, ujarnya, belum lagi genap enam bulan duduk di kursi Direktur Putra Rajawali, Nasrudin dihabisi.

Pembunuh Nasrudin jelas profesional. Mereka dipastikan telah mempelajari kebiasaan dan aktivitas korban sehari-hari, termasuk di mana saja mobil itu akan memperlambat jalannya. Kepada Tempo, seorang polisi yang menangani kasus ini menyebutkan jarak penembakan itu sangat dekat. ”Mungkin pistolnya ditempelkan di kaca jendela,” ujarnya. Ahli forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Mun’im Idris, menyimpulkan korban ditembak dengan jarak kurang dari satu meter. Dengan jarak demikian dekat, tak aneh memang jika penembak profesional itu bisa membidik dengan tepat sasaran yang diinginkan.

Salah seorang pejabat di lingkungan PT Rajawali Nusantara Indonesia menduga keras pembunuhan ini berkaitan dengan perselisihan antara Nasrudin dan sekelompok pejabat di perusahaan itu. Saat itu, ujarnya kepada Tempo, Nasrudin sempat melontarkan ancaman akan membuka sejumlah penyelewengan di tubuh perusahaan tersebut. ”Penembakan itu sebagai ucapan selamat tinggal,” katanya.

Salah satu kasus yang diungkit-ungkit korban untuk dibongkar adalah soal rekening dana investasi di PT Rajawali, yang nilainya mencapai Rp 1,7 triliun. Kasus lainnya soal ekspor kondom produksi PT Rajawali ke sejumlah negara yang ternyata tidak dimasukkan ke pembukuan.

Apakah aksi penembakan ini memang terkait dengan masalah itu, belum ada jawaban pasti. Penyelidikan polisi hingga pekan lalu belum menunjukkan perkembangan berarti. ”Masih mengumpulkan keterangan saksi-saksi,” ujar Kepala Kepolisian Resor Metropolitan Tangerang Komisaris Besar Hamidin, Kamis pekan lalu.

Polisi, menurut Hamidin, kini hanya berfokus mengejar pelaku penembakan Nasrudin. ”Tidak akan melebar ke permasalahan yang dihadapi Nasrudin atau soal riwayat percintaannya,” ujar Hamidin. Sampai kini, polisi telah memeriksa lebih dari 20 saksi, termasuk dua istri Nasrudin dan seorang perempuan bernama Tika, 21 tahun, yang disebut-sebut memiliki hubungan istimewa dengan Nasrudin.

Pihak PT Rajawali Nusantara Indonesia yang dimintai konfirmasi memastikan tak ada masalah dalam hubungan kerja Nasrudin di kantornya. Soal konflik Nasrudin dengan petinggi PT Rajawali Nusantara, kepala humas perusahaan itu, Budi Prabawa Aji, membantah. ”Kalau perbedaan pendapat dalam meeting itu biasa. Tapi kalau sampai amuk-amukan itu tidak ada,” ujarnya.

Mengenai tunggakan dana investasi, ujar Budi, itu memang utang PT Rajawali. ”Kami masih membayar,” katanya. Adapun soal produksi dan ekspor kondom yang dilakukan oleh anak perusahaan PT Mitra Rajawali Banjaran, ujarnya, hingga kini masih diaudit oleh auditor independen. ”Belum ada temuan ke sana, saya membantah isu itu,” katanya.

Komisaris PT Putra Rajawali Banjaran, Iswanto, membantah kematian Nasrudin berkaitan dengan kejanggalan laporan audit keuangan pejabat Putra Rajawali yang digantikan Nasrudin. Menurut dia, audit memang dilakukan terhadap Putra Rajawali. ”Dan itu wajar. Setiap kali ada pergantian pejabat, dilakukan audit untuk melihat posisi terakhir,” katanya. Hanya, ia menegaskan, hasil audit itu menyatakan tak ada yang janggal dalam laporan keuangan Putra Rajawali.

Ramidi, Ismi Wahid, Ayu Cipta (Tangerang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus