Tanggung Jawab Redaksi

MAJALAH ini sering juga memuat kisah sukses perusahaan di rubrik Ekonomi & Bisnis. Bahkan kisah sukses tokohnya pernah tampil sebagai Tamu Kita, seperti Dick Gelael, pemilik dan pengelola supermarket Gelael, yang makin terkenal seteiah mendapat lisensi untuk menjual ayam goreng Kentucky dan es krim Swensen dari Amerika. Sementara pembaca, yang mungkin menilai pemuatan itu sebagai semacam iklan "terselubung", secara setengah bergurau memberi komentar, "Eh, di bayar berapa, tuh." Dan ketika kami menampilkan pengusaha besar Liem Sioe Liong sebagai gambar sampul, beberapa surat pembaca yang masuk bahkan protes, karena merasa tokoh yang banyak dibicarakan itu kurang dikritik sepak terjangnya dalam dunia bisnis. Kritik dan komentar pembaca, betapapun, kami muat dalam rubrik Kontak Pembaca dan Komentar yang terbit setiap minggu. Tapi, banyak pembaca yang, barangkali, belum bisa menerima suatu kisah sukses sebagai berita. Bagi TEMPO, selama berita itu memenuhi persyaratan layak untuk dimuat, akan kami tampilkan. Dan, tentu saja, dalam kriteria "layak TEMPO" yang kami pegang teguh itu, tak ada pertimbangan komersial, dalam arti dibayar sebagai iklan. Bisa dan tidaknya suatu berita dimuat sepenuhnya berada di tangan Redaksi. Lain halnya kalau berita itu ditulis orang luar, dan ingin dimuat sebagai suatu artikel sponsor. Untuk itu, divisi iklan TEMPO yang dipimpin oleh Mahtum akan dengan senang hati memuatnya, sepanjang itu dinilai tak merusakkan citra majalah, dan cocok tarifnya. Itu pun kami muat dengan huruf yang berbeda, disertai catatan "iklan", agar membedakannya dengan berita. Dalam pengumpulan bahan berita pun, baik meliput peresmian suatu perusahaan baru, atau mewawancarai seorang pengusaha, para reporter selalu kami ingatkan agar menghindari kemungkinan bias. Untuk itu, mereka diharuskan tetap berpegang pada prinsip obyektivitas, antara lain dengan mewawancarai dua atau lebih pihak, terutama kalau menyangkut suatu sengketa. Ada kalanya, sepulang dari lapangan, beberapa wartawan membawa amplop, berisi uang, yang tak jarang cukup besar di mata seorang wartawan. Tanpa bermaksud buruk, atau menyakiti orang lain, kami mengembalikan pemberian yang mungkin saja bermaksud baik itu, disertai surat pengantar dari pimpinan Redaksi. Aturan seperti itu memang sudah cukup lama berjalan di TEMPO. Mungkin itu terdengar "sok", tapi benar. Setiap wartawan TEMPO, yang di samping bertugas mencari dan menulis berita, juga dilibatkan dalam proses penyusunan perencanaan perusahaan PT Grafiti Pers, paling tidak setahun sekali. Terakhir, sesuai dengan tertib anggaran, para reporter juga diminta untuk rembukan, dan mengusulkan jumlah dana yang mereka butuhkan untuk lobi: menjamu, dan bukan hanya dijamu, pihak luar dalam waktu-waktu tertentu. Suatu proses belajar yang mengharuskan wartawan tak cuma pandai menggelar berita, tapi juga mampu mengatur diri sendiri, dan menjaga citranya di mata orang lain. Semua ini terdorong kami kemukakan, karena - seperti halnya para dokter - kami ingin menjaga kode etik. Suatu pekerjaan sulit dan tak mudah dipercaya, tapi bukan mustahil, karena dalam hal itu bukan TEMPO sendiri yang melakukannya.