Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Etalase

Tarawih di Masjid Tua

8 September 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ramadan bulan penuh berkah. Sesekali cobalah bersalat tarawih di masjid-masjid tua Ibu Kota. Bukan mustahil, nuansa perjalanan sejarah Islam akan mendatangkan kesan mendalam bagi ibadah Anda.

Masjid Angke
Nama aslinya Masjid Al-Anwar. Usianya hampir dua setengah abad. Keempat tiang agungnya yang bak Menara Masjid Demak di Jawa Tengah masih berdiri kukuh. Mimbarnya khas Banten. Pengaruh arsitektur Cina tampak pada pintu masuk, yakni berupa atap susun berlapis dua serta karpus yang menyerupai ujung atap kelenteng.
Lokasi: Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat.

Masjid Jami As-Salafiyah
Pangeran Jayakarta mendirikan masjid ini pada 1620. Lalu 80 tahun kemudian, Pangeran Sugeri, putra Sultan Fatah dari Banten, memugarnya. Kekhasan masjid ini tampak pada kaligrafi Arab berbentuk sarang tawon di dalam plafon menara masjid.
Lokasi: Jalan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.

Masjid Cut Meutia
Mulanya ini kantor NV Bouwploeg milik Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879-1955), seorang pengembang dan arsitek asal Belanda. Bangunan bergaya art nouveau ini pernah jadi kantor Jawatan Kereta Api Belanda dan kantor Kempetai Angkatan Laut Jepang. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin-lah yang menjadikannya rumah ibadah pada 1970.
Lokasi: Jalan Cut Meutia, Jakarta Pusat.

Masjid Jami Kebon Jeruk
Bangunan bundar ini didirikan pada 1718 oleh imigran asal Cina, Chan Tsin Hwa, dan istrinya, Fatima Hwu. Keempat tiangnya yang penuh ukiran masih berdiri kukuh. Sayang, menaranya sudah lama runtuh. Atap daun nipah telah berganti genting. Mimbar kayu kembangnya pun kini jadi penghuni Museum Fatahillah.
Ketika Tempo bertarawih di sana Jumat pekan lalu, masjid penuh oleh jemaah pria berbusana gamis. Sebagian dari mereka bersiap untuk bermalam di masjid. Tas dan alas tidur menumpuk di pojok-pojok masjid. Di sisi kiri ada ruang khusus untuk jemaah wanita. Ayat-ayat Al-Quran yang panjang mengalun di sepanjang tarawih yang 23 rakaat itu.

Masjid Pekojan
Dulu masjid ini bernama An-Nawier, dibangun pada 1740, oleh seorang kontraktor Cina. Arsitekturnya merupakan gabungan gaya Arab dan Eropa. Mimbarnya yang penuh ukiran khas abad ke-18 terpelihara baik, konon merupakan pemberian Sultan Pontianak, Kalimantan Barat.
Lokasi: Jalan Pekojan Nomor 79, Tambora, Jakarta Barat.


Jejak Maya

Info Dunia Islam
www.eramuslim.com

Situs ini kaya akan informasi terbaru seputar dunia Islam. Anda pun dapat melakukan konsultasi keagamaan dan membaca kisah-kisah keteladanan nabi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus