Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Membaca laporan tim investigasi TEMPO berjudul "Sampai Kapan Keluarga Cendana Menikmati Pertamina" (10-16 November 1998), saya sebagai TKI hanya bisa mengelus dada. Uang negara sebanyak itu merupakan uang rakyat, tapi hanya dapat dinikmati segelintir orang yang sebetulnya sudah tidak kekurangan lagi. Sementara itu, rakyat banyak menjerit ke sana ke mari hanya untuk mengisi perut. Ironisnya, sampai sekarang pemerintah tidak segera membersihkan praktek-praktek yang tidak benar di Pertamina. Kami (TKI--Tenaga Kerja Indonesia) hanya bisa berangan-angan, tidak banyak rakyat Indonesia menjadi TKI dengan segala beban mental (citra bangsa Indonesia di luar negeri babak belur, apalagi setelah perisitiwa 13-14 Mei) dan harus rela banting tulang di negeri orang. Kami hanya bisa memendam sakit hati melihat kesan pandangan sebagian orang kepada TKI, dengan segala keadaan selalu dianggap menciptakan berbagai masalah. Mulai dari menambah tingkat kejahatan, memperparah penyakit sosial masyarakat, sampai dianggap mengurangi hak rakyat setempat menggunakan fasilitas umum (telepon dan angkutan), serta berbagai kesan yang menyakitkan. Kami hanya bisa berharap semoga Bapak-Bapak yang di atas peduli atas nasib kami, yang sebenarnya lebih mencintai kerja di negeri sendiri. Kami mungkin belum bisa menerima julukan dari sebagian orang bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa perusuh. Kembalikan hak kami, hapuskan KKN, ciptakan pemerintahan yang bersih dan peduli rakyat. Terima kasih.
SUMANTRI
TKI – Malaysia
Nomor Paspor AA 014643
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo