Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Elize, 33 tahun, adalah wanita yang tertangkap tangan oleh polisi saat hendak menyerahkan paket bom kepada seseorang yang akan memasangnya di Taman Mini Indonesia Indah, pertengahan Januari silam. Menurut polisi, warga Jalan Suwiryo 48, Jakarta Pusat, ini dapat diringkus berkat laporan warga masyarakat.
Ketika diperiksa, mula-mula Elize mengaku, dirinya mendapat perintah dari Tommy, bekas teman sekolahnya dulu. Tommy sendiri pulalah yang menyerahkan paket bom itu kepada Elize dalam suatu pertemuan pada suatu malam, 14 Januari lalu, di pinggir Jalan Cilacap, Menteng, Jakarta Pusat. Elize juga mengaku diberi tiga cek oleh Tommy, masing-masing senilai Rp 25 juta, sebagai imbalan.
Belakangan, Elize meralat ucapan bahwa yang menemuinya di Jalan Cilacap adalah orang yang mirip Tommy. Cek itu ternyata juga merupakan traveler’s check yang tak bernama dan belum tentu dari Tommy.
Responden rupanya memercayai keterangan terakhir Elize. “Masa, Tommy sebodoh itu, sih,” kata Totok Murwanto, 40 tahun, warga Kampungmelayu, Jakarta Timur. Meskipun demikian, ternyata responden masih ragu-ragu menuduh Tommy juga terlibat dalam kasus peledakan sejumlah bom di malam Natal tahun lalu. Keraguan itu terlihat dari hampir samanya jumlah mereka yang percaya bahwa Tommy terlibat dan yang tidak.
Keraguan responden bisa dipahami, mengingat cukup sulitnya menunjuk hidung secara tepat siapa sebenarnya yang berada di belakang tragedi 24 Desember itu. Penyelidikan polisi masih jauh dari titik terang. Hasil investigasi tim independen seperti Forum Indonesia Damai juga belum diumumkan resmi. Selain itu, muncul juga pelbagai versi tentang pelaku dan kelompok yang dicurigai merancang aksi keji itu, tanpa bukti akurat. Akibatnya, publik tak punya cukup pengetahuan untuk berpendapat atau memercayai sesuatu.
Apa yang bisa ditarik sebagai kesimpulan dari semua pendapat itu? Masyarakat tampaknya sudah punya persepsi sendiri terhadap kasus peledakan bom dan Tommy. Persepsi itu bahkan cenderung berubah menjadi stigma kepada Tommy. Pendeknya, sejauh menyangkut Tommy, publik cenderung memercayai atau justru menafikan fakta-fakta tertentu sesuai dengan apa yang ingin dipercayainya, dan bukan fakta yang memang benar-benar fakta. Itu termasuk kepercayaan sebagian besar responden bahwa Tommy bersembunyi di balik lindungan sejumlah jenderal.
Walhasil, untuk mengungkap tuntas kasus bom itu, agaknya Tommy perlu keluar dari persembunyiannya dan membuat klarifikasi. Tapi, apakah mungkin?
Wicaksono
Apakah Anda percaya pada pengakuan Elize Maria Tuwahatu bahwa ia mendapat perintah dari Tommy untuk meledakkan bom di sejumlah tempat? | |
Percaya | 72% |
---|---|
Tidak percaya | 28% |
Apakah Anda percaya bahwa Tommy menyerahkan sendiri paket bom kepada Elize Maria Tuwahatu? | |
Percaya | 40% |
Tidak percaya | 60% |
Apakah Anda percaya Tommy Soeharto juga terlibat dalam kasus peledakan bom di malam Natal Desember 2000? | |
Percaya | 54% |
Tidak percaya | 46% |
Bila ya, mengapa Anda menjawab demikian? | |
Tommy punya dana dan kekuasaan | 68% |
Tommy punya motif kuat | 49% |
Untuk menjatuhkan pemerintahan sekarang | 12% |
Untuk mengulur waktu penangkapan Tommy | 9% |
* Responden boleh memberikan lebih dari satu jawaban | |
Bila tidak, mengapa Anda menjawab demikian? | |
Polisi belum punya cukup bukti | 76% |
Pengakuan Elize belum tentu benar | 34% |
Hanya rekayasa politik | 5% |
Tommy cuma jadi kambing hitam | 4% |
Masih dalam penyelidikan | 1% |
* Responden boleh memberikan lebih dari satu jawaban | |
Apakah Anda percaya Tommy Soeharto bersembunyi dalam lindungan sejumlah jenderal? | |
Percaya | 79% |
Tidak percaya | 21% |
Metodologi jajak pendapat :
MONITOR juga ditayangkan dalam SEPUTAR INDONESIA setiap hari Minggu pukul 18.30 WIB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo