Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Anda, perlukah mengganti pelatih Wim Rijsbergen untuk meningkatkan prestasi tim nasional?
(12-19 Oktober 2011) |
||
Ya | ||
65,37% | (336) | |
Tidak | ||
31,32% | (161) | |
Tidak Tahu | ||
3,31% | (17) | |
Total | (100%) | 514 |
PENCINTA tim nasional sepak bola Indonesia rupanya sudah habis kesabaran. Setelah didera tiga kali kekalahan berturut-turut dalam kualifikasi Piala Dunia 2014, peluang Garuda berlaga di putaran final di Brasil kelak nyaris tertutup. Tak ayal lagi, Wim Rijsbergen, sebagai pelatih, dituntut bertanggung jawab: dia harus mundur. Setidaknya itulah hasil jajak pendapat di situs berita tempointeraktif.com sepanjang pekan lalu.
Adalah Iran, Bahrain, dan Qatar yang menciutkan kesempatan tim Merah Putih melaju ke sepuluh besar Asia—putaran terakhir sebelum babak final di Rio de Janeiro. Ketiga tim Timur Tengah itu berturut-turut membantai Garuda tanpa ampun. Bahrain dan Qatar bahkan mempermalukan Indonesia di kandang sendiri, stadion sepak bola keramat, GOR Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Kini Indonesia hanya bisa melaju ke babak selanjutnya jika mengalahkan ketiga lawannya dalam pertandingan berikut. Sebuah mission: impossible alias—menyitir pelawak Asmuni dari kelompok Srimulat—sebuah "hil yang mustahal".
Suara sumbang atas kepemimpinan Wim sebenarnya sudah mengemuka sejak kekalahan melawan Bahrain. Ketika itu, dalam konferensi pers seusai pertandingan, Wim mengeluhkan mental dan kondisi pemain Indonesia yang belum siap tampil di pentas dunia. Komentar pedas ini dibalas aksi mogok sejumlah pemain nasional.
Dalam pertandingan penentuan melawan Qatar, Garuda kembali keok. Padahal, di babak pertama, harapan fan sempat melambung melihat permainan dalam tempo cepat yang diperagakan tim Indonesia. Apalagi skor akhir di babak pertama juga imbang 2-2, sebelum Indonesia kecolongan satu gol di pertengahan babak kedua.
Mayoritas responden Tempo Interaktif bulat menuntut Wim mundur.
Indikator Pekan Ini PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya merombak kabinet. Ada tujuh menteri baru dalam reshuffle yang diumumkan Selasa pekan lalu itu. Lima menteri lama digeser posisinya dan 13 wakil menteri baru diangkat. Dalam pidato pelantikan kabinet ini, Yudhoyono menegaskan perombakan dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan efektivitas pemerintah. Sejak tiga bulan lalu, perdebatan publik mengenai efektivitas reshuffle mengemuka. Diskusi makin intens setelah nama baru para menteri diumumkan. Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies, J. Kristiadi, misalnya, meragukan perombakan kabinet bisa membawa perubahan bagi masyarakat. Dia menilai perubahan komposisi menteri Kabinet Indonesia Bersatu II tak akan mendongkrak kinerja pemerintah. "Masalah pemerintahan tak bisa diobati dengan reshuffle," katanya. Suara serupa datang dari kelompok oposisi. Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Tjahjo Kumolo menilai reshuffle tak bisa menyelesaikan persoalan bangsa. "Apalagi perombakan hanya berfokus pada penambahan wakil menteri." Namun yang mendukung juga tak kurang. Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham menilai adanya kader-kader partai koalisi di dalam kabinet akan mengharmoniskan hubungan antara parlemen dan pemerintah. Menurut Anda, apakah penggantian menteri kali ini akan mampu meningkatkan kerja kabinet SBY? Kami tunggu jawaban dan komentar Anda di www.tempointeraktif.com. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo