Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
M. Quraish Shihab
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kali ini kita akan belajar tentang apa itu arti insya Allah. Mengapa kita harus berkata insya Allah?
Kita akan katakan begini... tanda-tanda pengabdian kepada Allah dan kepatuhan kepada-Nya itu ada tiga. Pertama, menjadikan semua aktivitas Anda sebagai pelaksanaan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Itu namanya Anda mengabdi. Kedua, tidak menganggap apa yang berada dalam wewenang Anda, dalam genggaman tangan Anda, sebagai milik Anda. Tapi itu milik Tuhan yang diamanatkan kepada Anda.Ketiga, insya Allah ini. Tidak berkata atau memastikan bahwa saya akan melakukan hal ini sebentar atau besok, kecuali dia berkata, insya Allah jika dikehendaki Allah. Mengapa demikian? Mari kita lihat. Untuk mewujudkan sesuatu, diperlukan banyak hal dan tidak ada yang bisa menghimpun semua hal itu kecuali Allah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mari kita ambil contoh. Seseorang sudah membeli makanan serta sudah siap dihidangkan dan ditentukan bahwa ini milik si A. Tapi belum tentu dia bisa makan. Kenapa? Boleh jadi ketika makanan tersebut dia suapkan ke dalam mulutnya, dia muntah. Tidak dikehendaki Allah. Boleh jadi sudah disiapkan, ada kucing yang makan, sehingga tidak ada yang bisa terjadi kecuali dengan mengaitkan bahwa ini terjadi, ini akan saya laksanakan jika Allah menghendaki.
Tapi jangan berkata begini: insya Allah yang dimaksudkan adalah menggantungkan kegiatan itu semata-mata kepada Allah tanpa ada usaha dari Anda. Jadi, misalnya, besok kita ketemu, ya, terus dijawab insya Allah. Ada yang bilang, jangan insya Allah dong.
Kerap kali maknanya menjadi redusir ketika dia akan menghindar. Kalau menghindar, tinggal katakan insya Allah, dia tidak berniat untuk datang.
Nah itu yang tidak boleh.
Kemudian terkesan menyalahkan Allah.
Ucapan insya Allah pada hakikatnya tidak berkata bahwa saya baru akan usahakan kalau Allah menghendaki. Insya Allah diucapkan setelah menanamkan dalam diri bahwa saya bertekad untuk melakukannya, saya bertekad untuk mewujudkannya, tapi saya sadar bahwa upaya saya tidak akan berhasil kecuali kalau Allah menghendaki. Itu artinya insya Allah.Jadi kalau istilah ulama-ulama itu li tabarruk untuk mendapat keberkahan saja. Bukan menjadikan syarat untuk melakukan kegiatan. Karena memang seperti yang dikatakan tadi, kita tidak bisa menghimpun semua sebab itu. Orang sudah punya mobil, sudah siap sopirnya, mau pergi ke kantor janji jam sekian. Tiba-tiba ada demo, tiba-tiba bannya pecah. Nah, semua faktor yang bisa mendukung wujudnya sesuatu itu hanya dapat dihimpun oleh Allah SWT.
Karena itu, sekali lagi saya ingin katakan, sering-seringlah berucap la haula wala quwwata illa billah. Tidak ada kekuasaan dan kemampuan untuk mewujudkan sesuatu atau menghindar dari sesuatu kecuali dengan Allah. Itu juga sebabnya, dikatakan bahwa sebenarnya pangkalan tempat muslim bertolak itu adalah Allah. Dan pelabuhan tempat dia bersauh adalah Allah. Semua dari Allah. Maa syaa Allahu kaana wamaa lam ya sya'lam yakun. Apa yang dikehendaki Allah, itulah yang terjadi. Yang tidak dikehendaki, tidak akan terjadi. Saya kira itu.
Tulisan ini disarikan dari Shihab n Shihab, tanya-jawab Najwa Shihab dengan M. Quraish Shihab. Video dialog tersebut bisa disimak di www.narasi.tv.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo