Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setidaknya lebih dari 40 tahun lebih Khong Guan hadir melengkapi sajian lebaran saat Idul Fitri bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kaleng kemasan produk biskuit dan wafer ini pun sudah jadi trademark tersendiri, terutama karena lukisan khas yang terpampang di kaleng berbentuk kotak yang identik dengan warna merah itu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski sedang tidak lebaran pun, umumnya masyarakat kita masih sering menjumpai kaleng Khong Guan, biasanya ibu-ibu rumah tangga memanfaatkan kaleng bekas tersebut untuk menyimpan beragam jenis makanan lain.
Daya kedap udaranya yang baik membuat kaleng Khong Guan sayang untuk dibuang dan dijadikan wadah kerupuk, keripik, dan tak jarang rengginang. Rengginang sendiri merupakan makanan dari ketan yang dikukus atau direbus, kemudian dibentuk sesuai selera dan dijemur hingga kering dan digoreng seperti menggoreng kerupuk.
Beralih dari Rengginang, selain sering dimanfaatkan ulang untuk wadah makanan lain, kaleng Khong Guan yang menampilkan gambar seorang ibu tengah menikmati biskuit dan teh bersama dua anaknya, ternyata juga menarik perhatian.
Banyak yang membuat spekulasi dan teori mengapa sang ayah tidak hadir dalam gambar di kaleng Khong Guan. Ada yang menduga karena sang ayah yang memotret momen tersebut, ada juga yang membuat lelucon dan menjadikannya meme.
Dilansir dari ANTARA, Bernardus Prasodjo, sosok dibalik lukisan di kaleng Khong Guan yang legendaris ini mengungkapkan alasan mengapa tidak ada sosok ayah di dalam gambar tersebut. Bernadus mengaku tidak tahu persis alasan ketidakhadiran sosok ayah, ia hanya menggambarkan apa yang diarahkan oleh kliennya saat itu. Namun menurutnya, ketidakhadiran sosok ayah tidak terlalu penting karena biasanya yang belanja adalah ibu-ibu.
“Menurut saya itu cara untuk mempengaruhi ibu rumah tangga supaya membeli. Jadi yang penting ada ibunya di situ, karena yang belanja ibunya kok,” kata Bernadus.
Bernadus juga menuturkan proses pembuatan gambar di kaleng Khong Guan, gambar dibuat berdasarkan komposisi sesuai pesanan, namun sebelum melukis gambar tersebut, dirinya membuat sketsa untuk ditunjukkan kepada kliennya sampai pada akhirnya mereka setuju barulah Bernadus mulai melukisnya. “Kita sketsa dulu. Kira-kira seperti ini mau gak. Sampai sudah setuju kira-kira komposisinya seperti itu, baru kita lukis,” tutur Bernardus.
Berdasarkan ingatan Bernadus, lukisan tersebut dibuatnya pada tahun 1970-an, tahun di mana Khong Guan Biscuit Factory Indonesia mulai didirikan di Indonesia. Waktu itu, dirinya tengah naik daun dan banyak mendapat pesanan untuk menggambar dari sebuah perusahaan separasi film. “Mereka pesan banyak sekali gambar ke saya. Salah satunya Khong Guan itu,” kata Bernardus.
ANTARA | HENDRIK KHOIRUL MUHID