Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ilmuwan di Departemen Fisika, Kimia, dan Farmasi University of Southern Denmark menciptakan Aquaman Crystal. Nama itu terinspirasi dari tokoh komik DC, Aquaman, yang mampu bernapas di dalam air. Para ilmuwan itu telah mengembangkan kristal yang dapat mengikat dan menyimpan oksigen dalam konsentrasi tinggi. Fungsi kristal itu mendekatkan kenyataan bahwa manusia bisa bernapas di dalam air. "Ya, suatu hari nanti penyelam dapat meninggalkan tangki oksigen di rumah dan memilih menggunakan butiran kristal yang menyimpan cukup oksigen untuk bernapas," kata Profesor Christine McKenzie.
Bahkan, menurut McKenzie, materi kristal itu dapat menyerap oksigen dari air di sekitar penyelam sehingga penyelam hanya perlu membawa beberapa butir. Kristal itu menyerap 21 persen oksigen di udara sekitar kita. "Kristal penyerap udara ini juga berguna untuk pasien paru-paru, yang sampai kini masih harus membawa tabung oksigen ke mana-mana," kata McKenzie.
Reaksi zat dengan oksigen sebenarnya sesuatu yang lazim. Menurut McKenzie, hal itu banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari meski jumlah oksigen yang diserap dalam hal ini tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Misalnya makanan bisa basi bila terkena oksigen, rasa anggur dan aromanya bisa berubah secara perlahan ketika diangin-anginkan. Tubuh kita pun tidak dapat berfungsi jika tidak bernapas.
Hebatnya, kata McKenzie, materi ini dapat menyerap dan melepas oksigen berkali-kali. Oksigen bisa dilepaskan dengan perlahan melalui panas dan tekanan. "Ibaratnya seperti mencelupkan spons ke dalam air, meremas spons untuk mengeluarkan airnya, dan mengulangi proses itu berkali-kali."
Komponen kunci dari Aquaman Crystal, yang kode ilmiahnya {(bpbp) Co2II (NO3)} 2 (NH2bdc)] (NO3) 2 * 2H2O), adalah elemen cobalt, yang terikat dalam molekul organik yang dirancang khusus. Cobalt memberikan molekul materi baru dan struktur elektronik yang memungkinkan menyerap oksigen dari sekitarnya. Mekanisme ini dikenal di semua makhluk hidup yang bernapas di bumi. "Sejumlah kecil logam sangat penting untuk penyerapan oksigen, sehingga tidak begitu mengejutkan melihat efek ini pada materi baru kami," kata McKenzie.
Hingga kini para ilmuwan masih mempelajari apakah dapat menggunakan cahaya untuk memicunya melepaskan oksigen. Namun tahap ini masih terbatas pada formula kimia yang kompleks, sehingga belum bisa menggunakan zat ini secara sintetis. "Kami sekarang bertanya-tanya, jika cahaya juga dapat digunakan sebagai pemicu untuk melepaskan oksigen, hal ini akan memiliki prospek di bidang fotosintesis buatan."
Ilmuwan dari University of Southern Denmark ini mendapat bantuan dari ilmuwan University of Sydney, Australia, yang membuat peralatan khusus untuk pengukuran serapan gas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo