Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah sistem amunisi yang meledak setelah dikeluarkan dari Joint Strike Fighter F-35B Korps Marinir di Pangkalan Udara Korps Marinir Yuma, Arizona, awal bulan ini menyebabkan kerusakan pada badan pesawat tempur siluman itu, menurut Marinir AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
Tabrakan dengan Jet Tanker, Puing F-35B Marinir Berserakan di California
F-35B, yang mampu melakukan lepas landas pendek dan pendaratan vertikal, sedang melakukan misi dukungan udara dekat malam hari pada 12 Maret di Yuma Range Complex ketika PGU-32/U Semi-Armor Piercing High Explosive Incendiary-Tracer (SAPHEI-T) 25mm meledak setelah meninggalkan meriam pesawat tempur, juru bicara Korps Marinir Kapten Andrew Wood mengonfirmasi kepada Military.com pada hari Selasa, 23 Maret 2021.
Jet tempur itu diikutkan ke VMX-1, skuadron uji dan evaluasi berbasis di Yuma, kata Wood.
Pesawat itu mendarat dengan selamat, menurut laporan Naval Safety Center, yang mencatat insiden itu. "Kecelakaan itu tidak mengakibatkan cedera pada personel, dan penyelidikan atas insiden itu sedang dilakukan," kata Wood dalam email.
Kecelakaan itu diberi label Kelas A, klasifikasi paling parah, yang menunjukkan kerusakan setidaknya bernilai US$ 2,5 juta (Rp 36 miliar) atau hilangnya sebuah pesawat terbang.
Belum jelas apakah peluru itu sengaja ditembakkan. Mengutip investigasi yang sedang berlangsung, Wood tidak memberikan rincian lebih lanjut.
F-35 menggunakan senjata Gatling GAU-22. GAU-22 dipasang di pod senjata eksternal di bawah badan pesawat jet pada F-35B Marinir dan varian C Angkatan Laut. Varian A Angkatan Udara membawa senjata itu secara internal.
Angkatan Laut mulai mengevaluasi amunisi pembakar bahan peledak tinggi yang menembus lapis baja PGU-32 untuk F-35B dan F-35C pada tahun 2013. Pengujian tembakan langsung dari pod senjata dimulai pada tahun 2016, menurut The Drive.
Pada tahun 2019, Marinir di Pasifik melakukan "hot reload" F-35B pertama di laut di sana, yang memungkinkan pesawat untuk menjatuhkan bom 1.000 pon secara berurutan pada target di tengah Laut Solomon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Marinir dari kapal serbu amfibi Tawon membawa serta "tomat pembunuh", sebuah target merah besar yang melayang di lepas pantai Papua Nugini. Jet Joint Strike Fighter meninggalkan kapal dengan dipersenjatai GBU-32 Joint Direct Attack Munition 1.000 pon dan bom berpemandu laser GBU-12 Paveway II seberat 500 pon.
Selama tes yang sama - yang menandai hot reload kapal pertama di wilayah Indo-Pasifik - Marinir juga menguji sistem SAPHEI-T 25mm, menurut sebuah rilis.
Dengan kapasitas 220 peluru, pod meriam 25mm jet F-35B dapat menembak dengan kecepatan hingga 3.300 putaran per menit.
Sumber: MILITARY.COM