Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untunglah, batu raksasa bercahaya itu tak melintas di langit pada 27 Januari lalu. Bisa-bisa meninggalnya Soeharto pada hari itu melahirkan cerita mistik baru. Asteroid, begitulah batu angkasa itu disebut, melesat pada Selasa pekan lalu. Ini jelas tak ada hubungannya dengan peruntungan, hari baik, feng shui, atau utak-atik mistik. Ini fenomena alam biasa.
Yang tak biasa, batu yang melintas sekitar pukul 17.30 WIB itu— untuk melihatnya harus dengan teleskop—berukuran tiga kali bentangan lapangan sepak bola. Untuk pertama kalinya pula asteroid sebesar itu berada sangat dekat dengan bumi. Dekat di sini berarti berjarak hanya 537.500 kilometer dari bumi atau satu setengah kali jarak bumi ke bulan.
”Asteroid bernama 2007 TU24 itu masuk kategori asteroid berbahaya,” kata Budi Dermawan, doktor yang menekuni studi asteroid dari Universitas Tokyo, pekan lalu. Budi menyebut dua kriteria asteroid menakutkan, yakni minimal berdiameter 100 meter. Kedua, melintas di jarak yang kurang dari 20 kali jarak bumi-bulan. Untungnya, TU24 tak menabrak satelit atau benda lain di angkasa luar.
Pada 11 Oktober 2007, para ilmuwan dari Catalina Sky Survey memang menemukan benda langit itu. Astronom di Badan Antariksa Amerika (NASA) dan badan antariksa di Eropa lantas membuntuti orbit TU24 yang mulai mendekati bumi. ”Asteroid ini bisa menerobos perisai atmosfer bumi dengan mudah,” kata Donald Yeomans, manajer program NASA.
Dengan kecepatan 9,6 kilometer per detik, hunjaman TU24 akan mengeluarkan energi 1.500 megaton. Jumlah itu setara dengan 100 kali ledakan bom atom di Hiroshima. Jika kecebur di laut, bakal terjadi tsunami dengan ketinggian gelombang mencapai enam meter.
Menurut Budi, TU24 akan berjumpa lagi dengan bumi pada 2046. ”Namun tak sedekat pada Selasa lalu,” kata Budi, yang menjadi staf di Observatorium Bosscha, Bandung, dan mengajar di Institut Teknologi Bandung.
Berdasarkan pengamatan dan ekstrapolasi ke masa depan, para ahli membuat jalur perjalanan asteroid. Mereka memperkirakan 300 ribu asteroid berseliweran di tata surya kita. Sebanyak 30 ribu asteroid melintas dekat dengan bumi.
Dari jumlah itu, beberapa asteroid masuk kategori berbahaya. Selain TU24, ada lagi 2004 MN4 atau dikenal juga dengan asteroid Apophis. Lintasan asteroid ini bakal dekat dengan bumi pada 2029 dengan jarak 500 ribu kilometer. Lalu 2004 VD17, yang mendekat pada 2041 pada jarak 7,6 juta kilometer.
Yang bakal paling dekat adalah asteroid 1999 AN10. Dari data para ahli, AN10 akan mendekati bumi pada 7 Agustus 2027 dengan jarak 37.000 kilometer. Namun, dari pengamatan terbaru, AN10 keluar dari kategori asteroid berbahaya.
Para astronom dan astrofisikawan juga mencemaskan keberadaan asteroid supermini dengan diameter kurang dari 50 meter yang jumlahnya miliaran. Benda langit ini bergentayangan secara random di tata surya bagian dalam. Tak hanya itu, ukurannya yang kecil membuat benda itu tak dapat terdeteksi teleskop-teleskop optik terbaik.
Benda langit ukuran mikro ini pernah menghunjam dan menyisakan kawah meteor Wabar di Arab Saudi. Pada 1863, asteroid berdiameter 10 meter memang jatuh di lautan pasir Ar-Rub’ al-Khali, tenggara Kota Riyadh. Benda ini mengempaskan energi 11 kiloton TNT dengan dentuman bunyi tumbukan terdengar ke segenap penjuru Jazirah Arab.
Ada lagi asteroid yang menjadi bahan pergunjingan kalangan astronom, yakni 1950 DA, yang ditemukan pertama kali pada 1950. Batu ini benar-benar raksasa karena diameternya mencapai 1 kilometer. ”Peluangnya kecil untuk tak menabrak bumi,” ujar Budi. Jika terjadi, katanya, cuaca global di planet ini akan berubah.
Namun, jangan khawatir, ancaman tumbukan itu baru terjadi pada 16 Maret 2880. Ia yakin, delapan ratus tahun ke depan, mitigasi bencana antariksa semakin canggih. Saat ini negara maju sudah menjadikan mitigasi tersebut sebagai bidang studi baru.
Bahkan pada 2010 badan antariksa Eropa meluncurkan proyek untuk melencengkan lintasan asteroid. Mereka akan membuat studi kasus pada asteroid yang tak masuk kategori bahaya. Caranya? ”Ada yang menabrakkan atau mencangkokkan sesuatu ke dalam asteroid itu,” kata Budi. Ini mirip film Armageddon yang dibintangi Bruce Willis dan Ben Affleck. Dalam film itu, para ahli meledakkan asteroid berukuran raksasa sebelum mencapai atmosfer bumi.
Untung Widyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo