Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Apa Itu Agnostik, Samakah dengan Ateisme?

Meskipun sebagian orang kerap menyamakan ateisme dengan agnostik, tetapi kedua aliran tersebut sangat berbeda. Lantas, apa itu agnostik?

2 November 2023 | 10.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi agnostik. Ulc.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Secara bahasa, agnostik berasal dari dua kata Yunani Kuno, yaitu a berarti tanpa dan gnosis berarti pengetahuan. Jika digabungkan, agnostik memiliki arti tanpa pengetahuan. Istilah tersebut diciptakan oleh Thomas Henry Huxley pada 1869 untuk menunjukkan pandangan skeptis tentang agama.

Selain itu, istilah tersebut juga disebut Huxley untuk menunjukkan bagaimana merujuk sikap dan prinsip yang percaya keberadaan Tuhan tidak dapat diketahui atau dibuktikan. 

Berdasarkan publikasi ejournal.uinib.ac.id, menurut salah satu filsuf, William L. Rowe, agnostisisme adalah pandangan bahwa akal manusia tidak mampu secara rasional membenarkan keyakinan tentang Tuhan atau apakah Tuhan ada atau tidak. Secara umum, agnostisisme adalah keyakinan bahwa seseorang tidak dapat memiliki pengetahuan tentang Tuhan dan tidak mungkin untuk membuktikan Tuhan ada atau tidak ada.

Beberapa orang mengungkapkan bahwa agnotisisme sama dengan ateisme atau skeptisisme. Namun, agnostisisme berbeda dengan skeptisisme atau atheisme. Penganut agnostik memiliki keraguan terhadap subjek yang mengetahui, sedangkan penganut skeptis meletakkan keraguan terhadap objek pengetahuan sehingga mudah menjadi ateis.

Agnostik tidak cenderung menjadi ateis karena menimbulkan sikap rendah diri dan merasa tidak mengetahui segala hal. Sebab, penganut agnostik meyakini bahwa ada hal-hal yang harus diterima terkait keterbatasan ilmu akibat objek sehingga menjadi sulit dan gaib.

Jauh sebelum Huxley menciptakan agnostik, istilah tersebut telah lahir pada abad ke-19, zaman setelah aufklarung atau era pencerahan. Sejak zaman pencerahan, lahir zaman yang bebas, merdeka, dan tidak lagi memerlukan kuasa apa pun dari luar, selain dari dalam diri sendiri.  Akibatnya, persoalan Tuhan sebagai bagian metafisika atau “Yang Ada” pun ikut dipertanyakan.

Agnostisisme mulai muncul dari aliran-aliran filsafat yang berkembang kala itu, terutama empirisme David Hume, kritisisme Immanuel Kant, dan positivisme Auguste Comte. Tiga aliran utama tersebut membahas dan menguraikan penjelasan tentang Tuhan dengan alasan baru sesuai era itu.

Namun, Tuhan dalam inti besar pemikiran ketiga filsuf tersebut tetap menjadi misteri yang tidak dapat ditelusuri lebih dalam secara filosofis dan ilmu pengetahuan. Bagi penganut agnostisisme, itu merupakan bukti bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan apa-apa tentang Tuhan, baik memberikan pembenaran maupun membantah keberadaan.

Mengacu muhammadiyah.or.id, menurut Ustad Hamsah dalam Pengajian Tarjih edisi ke-166, agnostik merupakan kelompok yang tidak terlalu peduli apakah Tuhan ada atau tidak. Berdasarkan gagasan pemikir abad ke-20, Bertrand Russel, bagi agnostik, mustahil mengetahui kebenaran dalam agama, seperti kebenaran tentang Tuhan dan hari akhir.

Lebih lanjut, Hamsah menguraikan tiga akar munculnya agnostisisme. Pertama, modernisme (akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20). Kemajuan pada zaman modern sebagai hasil rasionalitas menciptakan pandangan yang cenderung menilai agama sebagai penghambat perkembangan. Kedua, motivasi keagamaan. Sebagai turunan dari konsep Tuhan, agnostisisme menolak dogma dan indoktrinasi dalam agama dengan membandingkan melalui filsafat dan sains.

Ketiga, cara berpikir instan. Penganut agnostik tidak mempedulikan Tuhan ada atau tidak, sehingga dalam memandang doktrin agama cenderung berasumsi kesimpulan tanpa yang tidak relevan. 

Pilihan Editor: Catatan Pinggir: Agnostik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus