Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini sedang viral trend ASI bubuk. Inovasi itu dibuat untuk membantu wanita karier yang kerap kesulitan mengatur waktu menyusui bayinya. Inovasi itu juga diapresiasi dalam sebuah ajang inovasi. ASI bubuk merupakan ASI yang dirubah. Pembuatannya dilakukan melalui metode freezerdrayd atau menghilangkan air dalam susu hingga menjadi bubuk. Metode tersebut menyublim ASI hingga kandungan airnya hilang.
Selain membantu para wanita karier dalam manajemen menyusui, ASI kering bisa disimpan lebih lama dan hal itu diklaim sebagai kelebihan. Jika ASI biasa dapat bertahan selama 6 bulan saat disimpan dalam freezer, ASI bubuk diklaim dapat bertahan hingga 3 tahun lamanya.
Inisiasi ASI Bubuk oleh Mahasiswa ITB
ASI bubuk pertama kali dirintis oleh mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka tergabung dalam Tim Mengasihi yang mengikuti ajang Inovasi Digital dan Teknologi Astranauts 2023. Dalam kontes inovasi tersebut, setiap peserta menyajikan karya inovasi yang dimulai dari berfikir dan mencari solusi dari berbagai masalah dan kendala di sekelilingnya.
Kebetulan saat itu, para anggota Tim Mengasihi sepakat membuat solusi untuk para wanita karier yang kerap kesulitan menyusui bayinya. Alhasil tim yang terdiri dari Zakaria Khoiri Hermawan, Desya Zalfa, Muhammad Razan dan Adi Mahendra Wibowo berinovasi membuat ASI bubuk.
Dengan ASI bubuk, tim berpendapat, para wanita karier lebih mudah menyusui bayi mereka. Inovasi ASI bubuk mereka memukau dewan juri dan berhasil memenangkan kategori Out Of The Box yang melombakan ide baru dan unik.
Pembuatan susu bubuk ASI itu tidak seperti susu sapi bubuk yang yang bisa diproduksi dan dikonsumsi secara massal. Peminat nantinya membawa simpanan ASI miliknya untuk diolah menjadi susu bubuk setelah dibekukan. Dalam pengolahannya, ASI yang diserahkan tidak lantas dicampur dengan ASI konsumen lain melainkan masing-masing. “Untuk menghindari terjadinya saudara sepersusuan,” kata Desya.
Label Kinasih diberikan untuk menamai produk ASI bubuk inovasi mereka. Desya menceritakan inspirasi pembuatan ASI bubuk didapat ketika mendengar cerita dari seorang ibu pekerja yang mengeluh harus mengirimkan ASI untuk anaknya dengan jasa angkutan umum, namun sayangnya setelah berusaha ternyata ASI tersebut telah rusak ketika sampai.
Harga olahan ASI menjadi susu bubuk menurutnya di kisaran Rp 350-400 ribu per liter. Dari satu liter ASI itu akan menghasilkan 100 gram susu bubuk.
Tanggapan IDAI tentang ASI Bubuk
Ketua Satgas ASI Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K) mengatakan proses pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze-drying memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI.
“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” kata Dr Naomi berdasarkan keterangan pers yang diterima, Kamis.
Pembekuan ASI yang dilakukan pada praktik rumahan, telah diteliti dapat menimbulkan serangkaian perubahan fisik pada komponen utama ASI seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan misel kasein, penurunan komposisi faktor bioaktif protein seiring lamanya penyimpanan beku.
Metode freeze-drying juga tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya. Dalam hal ini, pasteurisasi sengaja dihindari untuk menjaga probiotik vital yang ada dalam ASI. Dengan demikian maka risiko kontaminasi tetap menjadi ancaman, khususnya pada saat rekonsiliasi penambahan air pada bubuk freeze-dryed ASI sebelum dikonsumsi bayi.
Metode pembekuan asi dan menjadikannya ASI bubuk merupakan hal baru serta belum dibuktikan melalui penelitiaan secara ilmiah, sehingga belum ada aturan atau rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan seperti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), AAP, atau FDA.
Satgas Asi Ikatan Dokter Anak Indonesia juga tidak merekomendasikan pemberian ASI bubuk untuk bayi dengan kondisi medis tertentu seperti bayi prematur atau bayi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.
Satgas Asi Ikatan Dokter Anak Indonesia juga tidak merekomendasikan pemberian ASI bubuk untuk bayi dengan kondisi medis tertentu seperti bayi prematur atau bayi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.
TIARA JUWITA | ANWAR SISWADI
Pilihan Editor: Alasan IDAI Tak Sarankan ASI Dijadikan Susu Bubuk
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini