Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Bahan Bakar Limbah Biomassa

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengembangkan bahan bakar dari limbah biomassa. Kalorinya lebih tinggi daripada wood pellet.

27 Mei 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LIMBAH biomassa, seperti ampas kopi dan serbuk kayu, dapat diolah kembali menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Peneliti dari Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lisman Suryanegara, mengembangkan formula untuk mengolah limbah biomassa itu menjadi bahan bakar dengan nilai kalori tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahan bakar yang disebut biopelet itu juga mengkombinasikan material dari limbah biomassa lain, seperti sampah ekstraksi daun teh dan tandan sawit. Kadar air dalam produk olahan juga disesuaikan hingga kisaran 10 persen. "Punya kalori yang tinggi sehingga bisa dipakai sebagai bahan bakar alternatif," kata Lisman, Rabu pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Biomassa merupakan material organik, terutama dari tumbuhan, yang bisa digunakan sebagai bahan bakar. Biomassa tergolong sumber energi terbarukan berbasis pada siklus karbon dan relatif lebih cepat diproduksi. Adapun bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batu bara, tergolong energi tak terbarukan dan makin langka.

Menurut Lisman, biopelet merupakan pengembangan dari produk wood pellet, yang lebih dulu ada di pasar. Wood pellet adalah bahan bakar berbentuk butiran kecil yang dibuat dari kayu atau sisa olahan kayu. "Biopelet mengoptimalkan potensi limbah biomassa yang sebelumnya tak terpakai," ujarnya.

Produk wood pellet sudah banyak diproduksi dan dipakai di berbagai negara untuk bahan bakar tungku pemanas dan industri. Eropa menjadi pengguna wood pellet terbesar dengan konsumsi lebih dari 20 juta ton per tahun.

Wood pellet bahkan sudah menggantikan peran batu bara di sejumlah industri pengolahan. Batu bara ditinggalkan karena dinilai lebih mencemari lingkungan dan bukan tergolong bahan bakar terbarukan. "Beberapa negara ada yang memakai wood pellet untuk pembangkit listrik," kata Lisman.

Hasil penelitian yang dilakukan Lisman menunjukkan nilai kalori biopelet bisa lebih tinggi daripada wood pellet. Nilai kalori wood pellet berkisar 4.200 kalori per gram. Adapun biopelet ampas kopi memiliki nilai kalori di atas 5.000 kalori per gram. "Pembakaran lebih panas dan bersih, tidak menimbulkan asap dan jelaga," ucapnya.

Lisman mengatakan Pusat Penelitian Biomaterial LIPI mengembangkan produk biopelet ini untuk industri kecil di Indonesia. Sasaran awalnya adalah fasilitas pengolahan makanan tradisional, seperti pabrik tahu dan kerupuk, yang selama ini memakai wood pellet. Mereka menggunakan bahan bakar alternatif ini karena lebih murah dibanding gas. "Efisiensinya bisa 30-40 persen dan lebih mudah dipakai," ujar Lisman.

Formula biopelet dari Lisman sudah dipatenkan. Lisman mengatakan LIPI akan menggandeng mitra untuk memproduksi dan memasarkan biopelet dalam jumlah besar. "Rencananya akhir tahun ini bisa diluncurkan dan diaplikasikan untuk industri," katanya.


Perbandingan Kalori
» Wood pellet: 4.500 kalori per gram
» Standar biopelet: 4.000 kalori per gram
» Antrasit (batu bara kelas tertinggi): >7.700 kalori per gram
» Lignit (batu bara cokelat, kelas rendah): <5.000 kalori per gram
» Biopelet ampas kopi:
- Kadar air 3,45 persen (5.632 kalori per gram)
- Kadar air 0,7 persen (6.128 kalori per gram)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus