Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Bahasa Saparua Terancam Punah, Periset BRIN Ungkap Penyebabnya

BRIN melakukan riset kolaborasi dengan Endangeres Languages Documentation Programme Jerman untuk mendokumentasikan bahasa di Saparua.

11 Maret 2024 | 07.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Papan nama Gedung BRIN di Jakarta. Foto: Maria Fransisca Lahur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset kolaborasi dengan Endangeres Languages Documentation Programme (ELDP) Jerman untuk mendokumentasikan bahasa di Saparua.

"Kolaborasinya melibatkan periset BRIN, scholar dari Amerika, dan juga yang paling penting adalah melibatkan masyarakat melalui kolaborasi dengan masyarakat penutur atau masyarakat adat," kata Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN Herry Jogaswara melalui keterangan tertulis, Senin, 11 Maret 2024.

Bahasa Saparua merupakan bahasa daerah yang termasuk dalam kategori terancam punah yang dituturkan di Pulau Saparua, Provinsi Maluku. Berdasarkan data Ethnologue, diperkirakan jumlah penutur bahasa telah berkurang hingga 8500 penutur dan saat ini hanya menyisakan sekitar 1500 penutur. 

Peneliti Pusat Preservasi Bahasa dan Sastra (PR PBS) BRIN, Khairunnisa mengatakan, ada beberapa penyebab kepunahan bahasa Saparua. Di antaranya adalah pengaruh dari masa penjajahan Belanda selama 350 tahun di Maluku yang melakukan Kristenisasi. Menurut dia, hal ini cukup berdampak lantaran Bahasa Saparua dituturkan di desa dengan mayoritas masyarakat yang memeluk agama Islam.

"Terjadinya konflik Maluku di tahun 1998-2001 juga berdampak terhadap kepunahan bahasa Saparua, selain juga pengaruh migrasi, globalisasi, dan juga kebijakan wajib berbahasa Indonesia," kata Khairunnisa. 

Secara garis besar, kata Khairunnisa, upaya preservasi bahasa Saparua melalui program riset kolaborasi ELDP ini untuk mendorong dokumentasi dan penelitian lapangan,.

Peneliti dari Bennington College, Leah Pappas mengatakan, masyarakat penutur sering kali tidak menyadari sikap terhadap bahasa mereka sendiri. "Riset sikap bahasa dapat memberikan gambaran mendalam terhadap kondisi bahasa dan penutur yang mempengaruhi vitalitas bahasa. Di samping itu bahasa adalah milik penutur sehingga sikap mereka sangat mempengaruhi keberlangsungan bahasa," ujarnya.

Kepala PR PBS BRIN, Katubi menuturkan, banyak bahasa daerah yang terancam punah, khususnya di Papua. "Beberapa tim PR PBS BRIN telah melakukan pendokumentasian bahasa dan sastra di Papua. Namun karena saking banyaknya hal tersebut tidak bisa dilakukan dalam 1-2 tahun," tuturnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

 

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus