Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Bensin berkurang ke tangki

Pompa bensin merk tokheim yang dipakai pertamina sejak tahun 1970, sudah banyak yang aus dan cenderung merugikan konsumen, pertamina berniat akan menggantinya dengan merk lain. (ilt)

11 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SURIPTO memperhatikan tangki sepeda motornya, Honda CB 100 keluaran 1979, biasanya akan penuh dengan isi 10 liter bensin. Pekan lalu ketika ia mengisi sebanyak itu di sebuah pompa bensin di Jalan Raya Jakarta-Bogor, tangkinya belum penuh. Ia tak sempat memprotes. Antrean di belakangnya cukup panjang. Banyak pemilik kendaraan bermotor tak cermat menghitung, tapi mungkin mengalami nasib seperti Suripto. Persoalannya ialah pompa bensin merk Tokheim, yang dipakai Pertamina sejak 1970, sudah banyak yang aus dan cenderung merugikan konsumen. Pertamina telah berniat menggantinya dengan merk baru: Avery Hardol (bikinan Inggris), Schwelm (Jerman Barat), Bennet (USA) dan Tatsuno (Jepang). Keempatnya sudah siap diteliti Direktorat Metrologi, Departemen Perdagangan dan Koperasi, Bandung. Dulu ketika akan dipakai di Indonesia, pompa buatan Tokheim NV, Leiden Negeri Belanda, juga sudah mengalami pengujian. Semua berjalan baik. Artinya, bensin yang masuk ke tangki mobil atau sepeda motor, volumenya persis sama dengan angka yang ditunjukkan di pompa itu. Namun setelah tiga tahun (1973) dipergunakan, "bensin yang diterima konsumen cenderung minus," kata Djoko Sarwono, Kepala Subdit Pengawasan dan Penyuluhan Direktorat Metrologi. Minus itu seringkali 1 liter, bahkan di beberapa daerah mencapai 2,8 liter, setiap kali orang memompa 20 liter. Setelah diteliti, penyebabnya ternyata bersifat teknis. Konstruksi badan ukur pompa Tokheim itu mempunyai tiga buah piston yang dipasang vertikal, terletak dalam tabung silinder. Ketiga piston itu naik-turun bergantian, mengisap dan memompa bensin keluar. Ada sebuah bola baja tahan karat -- sedikit lebih besar daripada bola pingpong -- yang berfungsi mengatur ketiga piston, agar turun dan naiknya bergantian sesuai dengan giliran. Karena tak hentinya berputar, bola baja menjadi aus dan gerakannya tidak pas lagi. Bola yang ada dalam Tokheim itu, kata Djoko Sarwono, tidak mampu lagi mendorong piston sampai ke batas maksimal. Akibatnya bensin berkurang memasuki tangki kendaraan bermotor. Penyerahan yang minus itu tidak tercatat pada angka penunjuk pompa. Meski jelas konsumen dirugikan, pemakaian pompa merk Tokheim itu belum dilarang. Sulit bagi Pertamina mencari penggantinya. Namun Direktorat Metrologi, yang berkantor di Jalan Pasteur Bandung dan gedungnya yang megah baru diresmikan bulan lalu, pernah menyurati Pertamina tahun 1973. Pertamina pun sudah mengontak Tokheim NV, yang kemudian mengirimkan petugasnya. Mereka sudah mengganti bola baja dengan bola karbon yang dianggap lebih tahan panas dan tak cepat aus. Penggantian itu membawa perbaikan, tapi cuma beberapa bulan. Sesudahnya, konsumen kembali menerima jumlah bensin yang minus. Pertamina mengontak lagi, dan tahun 1980 Tokheim mengirimkan dua teknisi. Mereka menolak saran Direktorat Metrologi agar mengganti piston vertikal dengan yang horisontal. Dengan begitu, bola -- dari baja atau karbon -- tak dibutuhkan lagi. Tapi mereka cukup beralasan menolak. "Pompa yang sama juga dipasang di Belgia, Jerman Barat atau di Negeri Belanda sendiri, tak pernah mengalami kerewelan," kata teknisi Tokheim itu. Mereka menuding BBM Indonesia kotor, yang menjadi penyebab keausan. Juga karena pemakaian pompa yang terus-menerus, bahkan ia menyalurkan 15.000 liter sehari di stasiun bensin yang laris. Maka kemudian modifikasi dilakukan dengan memasang filter. Ada pengaruhnya memang. Tapi, lagi-lagi cuma beberapa bulan. Malahan, menurut Soeparman (Kepala Seksi Meter BBM Direktorat Metrologi), muncul penyakit baru. Normalnya pompa itu berkapasitas 50 liter/menit. "Setelah diadakan modifikasi, pompa Tokheim di beberapa daerah ternyata hanya mampu memompa 10 liter per menit," kata Soeparman. Akibatnya terjadi antrean panjang di pompa bensin. Ada kerugian lain, tenu saja, karena motor penggerak pompa harus bekerja lebih berat. Akhirnya Pertamina maupun Direktorat Metrologi berpikir untuk mengganti pompa Tokheim dengan merk lain. Tapi semua merk baru -- Bennet, Avery Hardol, Schwelm dan Tatsuno -- yang bakal menggantikan semua pompa Tokheim yang tersebar di seluruh Indonesia, mesti dimodifikasikan. Meski hasil pengujian baik, tak tertutup kemungkinan semua pompa baru itu akan mengalami kasus seperti Tokheim. Selain karena bensin yang kotor, pemakaiannya yang terus-menerus memang bisa membuat keadaan menjadi lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus