SURIPTO memperhatikan tangki sepeda motornya, Honda CB 100
keluaran 1979, biasanya akan penuh dengan isi 10 liter bensin.
Pekan lalu ketika ia mengisi sebanyak itu di sebuah pompa
bensin di Jalan Raya Jakarta-Bogor, tangkinya belum penuh. Ia
tak sempat memprotes. Antrean di belakangnya cukup panjang.
Banyak pemilik kendaraan bermotor tak cermat menghitung, tapi
mungkin mengalami nasib seperti Suripto. Persoalannya ialah
pompa bensin merk Tokheim, yang dipakai Pertamina sejak 1970,
sudah banyak yang aus dan cenderung merugikan konsumen.
Pertamina telah berniat menggantinya dengan merk baru: Avery
Hardol (bikinan Inggris), Schwelm (Jerman Barat), Bennet (USA)
dan Tatsuno (Jepang). Keempatnya sudah siap diteliti Direktorat
Metrologi, Departemen Perdagangan dan Koperasi, Bandung.
Dulu ketika akan dipakai di Indonesia, pompa buatan Tokheim NV,
Leiden Negeri Belanda, juga sudah mengalami pengujian. Semua
berjalan baik. Artinya, bensin yang masuk ke tangki mobil atau
sepeda motor, volumenya persis sama dengan angka yang
ditunjukkan di pompa itu. Namun setelah tiga tahun (1973)
dipergunakan, "bensin yang diterima konsumen cenderung minus,"
kata Djoko Sarwono, Kepala Subdit Pengawasan dan Penyuluhan
Direktorat Metrologi.
Minus itu seringkali 1 liter, bahkan di beberapa daerah mencapai
2,8 liter, setiap kali orang memompa 20 liter. Setelah diteliti,
penyebabnya ternyata bersifat teknis. Konstruksi badan ukur
pompa Tokheim itu mempunyai tiga buah piston yang dipasang
vertikal, terletak dalam tabung silinder.
Ketiga piston itu naik-turun bergantian, mengisap dan memompa
bensin keluar. Ada sebuah bola baja tahan karat -- sedikit lebih
besar daripada bola pingpong -- yang berfungsi mengatur ketiga
piston, agar turun dan naiknya bergantian sesuai dengan giliran.
Karena tak hentinya berputar, bola baja menjadi aus dan
gerakannya tidak pas lagi. Bola yang ada dalam Tokheim itu, kata
Djoko Sarwono, tidak mampu lagi mendorong piston sampai ke batas
maksimal. Akibatnya bensin berkurang memasuki tangki kendaraan
bermotor. Penyerahan yang minus itu tidak tercatat pada angka
penunjuk pompa.
Meski jelas konsumen dirugikan, pemakaian pompa merk Tokheim itu
belum dilarang. Sulit bagi Pertamina mencari penggantinya. Namun
Direktorat Metrologi, yang berkantor di Jalan Pasteur Bandung
dan gedungnya yang megah baru diresmikan bulan lalu, pernah
menyurati Pertamina tahun 1973. Pertamina pun sudah mengontak
Tokheim NV, yang kemudian mengirimkan petugasnya.
Mereka sudah mengganti bola baja dengan bola karbon yang
dianggap lebih tahan panas dan tak cepat aus. Penggantian itu
membawa perbaikan, tapi cuma beberapa bulan. Sesudahnya,
konsumen kembali menerima jumlah bensin yang minus.
Pertamina mengontak lagi, dan tahun 1980 Tokheim mengirimkan dua
teknisi. Mereka menolak saran Direktorat Metrologi agar
mengganti piston vertikal dengan yang horisontal. Dengan begitu,
bola -- dari baja atau karbon -- tak dibutuhkan lagi. Tapi
mereka cukup beralasan menolak. "Pompa yang sama juga dipasang
di Belgia, Jerman Barat atau di Negeri Belanda sendiri, tak
pernah mengalami kerewelan," kata teknisi Tokheim itu.
Mereka menuding BBM Indonesia kotor, yang menjadi penyebab
keausan. Juga karena pemakaian pompa yang terus-menerus, bahkan
ia menyalurkan 15.000 liter sehari di stasiun bensin yang laris.
Maka kemudian modifikasi dilakukan dengan memasang filter. Ada
pengaruhnya memang. Tapi, lagi-lagi cuma beberapa bulan.
Malahan, menurut Soeparman (Kepala Seksi Meter BBM Direktorat
Metrologi), muncul penyakit baru.
Normalnya pompa itu berkapasitas 50 liter/menit. "Setelah
diadakan modifikasi, pompa Tokheim di beberapa daerah ternyata
hanya mampu memompa 10 liter per menit," kata Soeparman.
Akibatnya terjadi antrean panjang di pompa bensin. Ada kerugian
lain, tenu saja, karena motor penggerak pompa harus bekerja
lebih berat.
Akhirnya Pertamina maupun Direktorat Metrologi berpikir untuk
mengganti pompa Tokheim dengan merk lain. Tapi semua merk baru
-- Bennet, Avery Hardol, Schwelm dan Tatsuno -- yang bakal
menggantikan semua pompa Tokheim yang tersebar di seluruh
Indonesia, mesti dimodifikasikan.
Meski hasil pengujian baik, tak tertutup kemungkinan semua pompa
baru itu akan mengalami kasus seperti Tokheim. Selain karena
bensin yang kotor, pemakaiannya yang terus-menerus memang bisa
membuat keadaan menjadi lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini