Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Teknologi & Inovasi

BRIN Kembangkan Sistem Diagnosis Malaria Berbasis Kecerdasan Buatan

Data yang digunakan BRIN dalam pengembangan sistem diagnosis malaria ini berasal dari berbagai pelosok Indonesia.

9 April 2025 | 11.20 WIB

Diagnosis malaria dengan menggunakan AI yang dikembangkan oleh BRIN. (Dok. Humas BRIN)
Perbesar
Diagnosis malaria dengan menggunakan AI yang dikembangkan oleh BRIN. (Dok. Humas BRIN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan inovasi berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) pada sektor kesehatan masyarakat. Salah satunya melalui pengembangan sistem diagnosis malaria. Sistem canggih ini dirancang secara otomatis menentukan status infeksi malaria pasien melalui analisis mendalam microphotograph sediaan darah tipis dan tebal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber (PRKAKS) BRIN Anto Satriyo Nugroho mengatakan data yang digunakan dalam pengembangan ini berasal dari berbagai pelosok Indonesia, sehingga memungkinkan sistem untuk mengenali beragam spesies parasit malaria.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Uniknya, pengembangan sistem ini memanfaatkan ekstraksi fitur morfo-geometris yang memungkinkan AI untuk mengidentifikasi karakteristik ukuran dan bentuk sel darah yang terinfeksi,” tutur Anto, melalui keterangan tertulis, Rabu, 8 Maret 2025.

Ia mengakui adanya tantangan dalam pengembangan sistem diagnosis malaria dengan adanya perubahan morfologi parasit malaria selama siklus hidup nyamuk tersebut. “Perubahan morfologi parasit malaria selama siklus hidupnya menjadi tantangan untuk diagnosis dan menjadi perhatian. Kami di BRIN sangat optimistis bahwa penelitian dan pengembangan AI yang berkelanjutan akan mampu menciptakan alat diagnosis yang sangat penting dan berkontribusi signifikan dalam upaya pemberantasan malaria di Indonesia,” katanya.

Anto menambahkan bahwa BRIN mendorong kolaborasi antara peneliti, industri, dan pemerintah untuk mempercepat pengembangan teknologi AI yang relevan dengan kebutuhan lokal. Pengembangan AI berbasis data lokal yang dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam berbagai aplikasi menjadi salah satu fokus utamanya.

Anto menekankan bahwa visi riset BRIN terkait AI adalah untuk mengembangkan AI agar bekerja sama dengan manusia, bukan menggantikannya. Risetnya berfokus dalam mendukung berbagai sektor strategis di Indonesia, termasuk pendidikan, kesehatan, dan keamanan siber.

“AI memiliki potensi besar untuk memberikan solusi inovatif terhadap tantangan nasional, terutama dalam era transformasi digital yang semakin pesat,” ujar Anto.

Anto menyebut penggunaan sistem Mobile Automated Multi-Biometric Identification System (MAMBIS) oleh Kepolisian untuk mengidentifikasi korban, seperti korban kecelakaan atau bencana, merupakan salah satu bentuk pemanfaatan AI yang telah digunakan saat ini.

Proses identifikasi ini, kata dia, dilakukan dengan menggunakan pemindaian sidik jari secara langsung atau melalui sidik jari laten, atau melalui pemindaian iris mata. “Setiap Kepolisian Resort (Polres) di tingkat kota atau kabupaten memiliki dua perangkat MAMBIS yang memudahkan mereka dalam mengidentifikasi korban di lokasi kejadian secara efisien,” katanya.

Tidak hanya itu, menurut Anto, saat ini telah ada teknologi pengenalan wajah (face recognition) yang diterapkan di Stasiun Solo Balapan untuk menyederhanakan proses masuk ke area peron kereta api. Inisiatif ini tidak hanya mempercepat proses masuk dengan waktu sekitar satu detik, dibandingkan cara manual lima detik, tetapi juga meningkatkan akurasi.

Teknologi ini didukung oleh peran pemerintah, termasuk Kementerian Dalam Negeri untuk spesifikasi teknis KTP-el, Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk menyusun Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait data biometrik dalam chip KTP-el, serta dukungan dari industri dan BRIN untuk pengembangan sistem autentikasi biometrik.

Menurut Anto, BRIN sebagai motor penggerak riset dan inovasi AI, berperan dan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia. “Kolaborasi adalah kunci keberhasilan riset AI di Indonesia. Dengan memanfaatkan data lokal dan sumber daya manusia yang kompeten, kita dapat menciptakan teknologi yang tidak hanya canggih tetapi juga sesuai dengan konteks Indonesia,” kata dia.

 

 

 


 

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus