Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengubah nama Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) menjadi Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia. Penggantian nama akan diresmikan 30 Oktober 2021 untuk menindaklanjuti Peraturan BRIN No 13/2021 yang telah diundangkan sejak 28 Oktober 2021 serta PP 4/2012 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menerangkan Politeknik Teknologi Nuklir menjadi tonggak sejarah ketiga bagi pendidikan vokasi yang berdiri sejak 1985 dan berubah menjadi STTN pada 2001 tersebut. “Dan Poltek Nuklir diharapkan menjadi pusat pendidikan vokasi terkait teknologi nuklir tidak hanya di Indonesia, tapi juga di regional,” ujar Handoko dalam keterangan tertulis, Jumat, 29 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perubahan kelembagaan itu berdasarkan amanat Peraturan Menteri Menristekdikti Nomor 54 tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Program Diploma dalam Sistem Terbuka pada Perguruan Tinggi. Dalam aturan itu, program vokasi dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi sampai tingkat sarjana, magister maupun program doktor terapan. Sementara, STTN sebelumnya hanya menyelenggarakan program diploma IV.
Perubahan kelembagaan, menurut Handoko, harus diikuti juga dengan penguatan program vokasi secara optimal, efektif, efisien dan bermutu sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) dan kebutuhan industri serta dunia kerja. Untuk itu, Handoko menambahkan, BRIN bersama Pimpinan di Politeknik Teknologi Nuklir memiliki beberapa target.
Dia merinci seperti peningkatan status akreditasi menjadi A, dan penambahan kapasitas menjadi 1.000 dari 400 mahasiswa saat ini. Serta menambah jumlah program studi mengikuti kebutuhan zaman, dan menyelenggarakan S2 dan S3 Terapan. “Termasuk peningkatan kualitas melalui penguatan global engagement dengan pendidikan tinggi dan institusi riset sejenis di luar negeri,” tutur dia.
Calon wisudawan STTN Batan Yogyakarta mendapat pembekalan dari psikolog Sheilla Varadilla, Rabu, 28 Agustus 2019. (Dok. STTN Batan)
Untuk mencapai target-target itu, Handoko melanjutkan, BRIN akan mendukung melalui beberapa kebijakan konkret antara lain pembebasan biaya masuk dan Uang Kuliah Tunggal bagi seluruh mahasiswa mulai semester depan. Dijanjikan pula penyediaan asrama bagi mahasiswa tahun pertama dan kedua, revitalisasi dan integrasi infrastruktur serta program pendidikan dan riset dengan BRIN Babarsari.
Dari segi pengajar, BRIN juga akan meningkatkan kualitas dan kuantitas dosen dengan percepatan kualifikasi melalui S2/S3 by-research, peningkatan mobilitas SDM antara Poltek dan BRIN dalam bentuk pembantu periset (research assistantship). "Selain itu, adanya mobilisasi periset BRIN menjadi dosen di Poltek, mobilisasi pensiunan menjadi dosen, dan seluruh dosen maupun mahasiswa wajib menguasai bahasa Inggris."
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.