Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Surabaya - Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (Unair), Andria Saptyasari, mengatakan minat masyarakat terhadap permainan Koin Jagat lambat laun akan pudar, terutama bila ada aplikasi baru yang lebih menarik. Meski begitu, permainan mencari koin virtual yang bisa ditukar dengan uang asli itu sudah membuktikan kecanduan generasi muda terhadap teknologi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mereka terlalu bergantung pada teknologi untuk menghilangkan frustasi, stres, dan penat," kata Andria melalui keterangan tertulis pada Jumat, 17 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain soal hal baru, ujar Andria, antusiasme masyarakat terhadap Koin Jagat juga dianggap menggambarkan pelarian masyarakat yang terhimpit masalah ekonomi kepada teknologi. Permainan itu mengubah persepsi masyarakat tentang konsep uang dan harta. Ruang virtual seolah mendatangkan rezeki secara instan.
“Menghilangkan rasa penat sekaligus cuan semakin menarik mereka untuk melakukannya (mencari koin virtual),” kata Andria, “Padahal esensi manusia mencari rezeki harusnya berdasarkan pada how dan why.”
Koin Jagat menantang para pemain untuk mengumpulkan koin virtual yang tersebar di dunia nyata. Permainan ini berlokasi di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Koin yang telah dikumpulkan bisa ditukar dengan uang tunai. Nilai koinnnya bervariasi dari yang hanya senilai Rp 300 ribu hingga yang terbesar menyundul Rp 100 juta.
Ketergantungan terhadap aplikasi, Andria meneruskan, juga bisa menyebabkan penyalahgunaan atau eksploitasi data pribadi. Fitur pemainan berburu koin dari aplikasi Jagat yang diluncurkan pada 2022 sudah diunduh sebanyak 5 juta kali. Artinya, ada jutaan pemain yang dihantui risiko pelanggaran privasi.
Pilihan Editor: Pulau Penangkaran Buaya di Batam Jebol, Nelayan Minta Perusahaan Terbuka Jumlah yang Lepas