Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI berencana mengaktifkan kembali kemitraan lama di bidang penggerak roket yang pernah dijalin bersama Thales Belgium, entitas bidang alat pertahanan asal Belgia. Manajemen PTDI diketahui pernah mendapat lisensi untuk memproduksi motor roket kaliber 2,75 inci atau 70 milimeter pada 1985-1996.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Niaga, Teknologi, dan Pengembangan PTDI Mohamad Arif Faisal mengatakan proyek era 1980-an yang dieksekusi kembali ini menunjukkan kesiapan perseroan dalam memenuhi kebutuhan roket di dalam negeri. Perwakilan PTDI dan Thales menginisiasi ulang kemitraan ini di sela pelaksanaan Bali International Airshow pada September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami saat itu membahas soal rencana Thales untuk melakukan ekspansi dan investasi di bidang sektor pertahanan di Indonesia,” kata Arif melalui keterangan tertulis pada Rabu, 15 Januari 2025.
Baik PTDI maupun Thales Belgium sudah menyiapkan kerangka kerjasama atau Framework Agreement yang mencakup kemitraan produksi dan pemasaran roket kaliber 2,75 inci di pasar domestik dan pasar regional. “Nantinya PTDI akan menggunakan kode RD dan WD untuk produk roket yang dipasarkan di Indonesia,” tutur Arif.
Dalam proyek ini, Thales Belgium akan merakit sistem roket tersebut di fasilitas produksi roket milik PTDI di Bandung. Keterangan tertulis PTDI juga menyebut rombongan Thales berkunjung ke fasilitas produksi Folding Fin Aerial Rocket (FFAR) dan Wrap Around Fin Aerial Rocket (WAFAR), dua produk roket PTDI.
Perakitan tersebut diikuti proses transfer produksi untuk mendongkrak nilai komponen dalam negeri atau TKDN roket PTDI menjadi lebih dari 40 persen. Dalam kunjungan Thales Belgium, perwakilan kedua pihak juga membahas peluang pengembangan unguided rocket dan guided rocket.
Sempat memakai nama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) hingga 1985, PTDI sudah memproduksi dan mengirimkan lebih dari 43 ribu unit roket FFAR dan WAFAR 2,75 inci dengan TKDN berkisar 20-40 persen. Kapasitas produksinya mencapai 10 ribu unit per tahun.
PTDI telah mengantungi sertifikasi Military Air Weapon Type Certificate (TC) dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) untuk beberapa komponen strategis, seperti smoke warhead WD-703 dan rocket motor RD-7010 pada 2019. Sertifikasi sejenis juga diperoleh PTDI pada 2021, salah satunya untuk produk rocket motor RD-702 Mod.4.
Dengan lisensi dari Thales Belgium, PTDI berhasil mengintegrasikan roket 70 milimeter tersebut ke berbagai pesawat milik TNI 1985 hingga 1996. Implementasinya mencakup pesawat rotary wing maupun fixed wing.
Beberapa platform pada pesawat TNI yang cocok dengan roket produksi PTDI adalah helikopter AS555 Fennec, BO105, Bell 212, NBell 412, NAS332 Superpuma, pesawat F-16, serta Embraer Supertucano. Roket dari PTDI juga bisa dipasang pada helikopter apache, Mi-35P dan S70 Blackhawk.