Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Ahli Pertama di Pusat Riset Antariksa Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Gerhana Puannandra Putri mencatat beberapa fenomena astronomi yang menarik pada 2025 dan bisa disaksikan di wilayah Indonesia. Di antaranya parade lima planet di awal tahun dan peristiwa gerhana bulan total.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut perempuan yang akrab disapa Puan ini, parade di langit itu seolah-olah ada lima planet yang berjejer dalam waktu yang bersamaan. “Biasanya tidak bisa diamati pada malam yang sama,” katanya di acara Dialog, Obrolan, Fakta Ilmiah Populer dalam Sains Antariksa secara daring, Senin 2 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun lima planet yang akan berparade itu adalah Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, dan Uranus. Sebanyak empat planet bisa dilihat langsung oleh mata tanpa bantuan alat teropong. Itu pun dengan kondisi langit malam sedang cerah. “Uranus bakal cukup redup terlihat langsung dibandingkan dengan empat planet lainnya,” ujar Puan.
Jejeran lima planet yang berparade itu tidak tersusun vertikal atau tidak membentuk suatu garis maupun bentuk tertentu. “Hanya istilahnya saja menggunakan parade, planet-planetnya sendiri tersebar di langit,” kata Puan kepada Tempo setelah acara. Keistimewaannya adalah fenomena itu bisa diamati dalam satu malam secara bersamaan, yaitu pada malam pertengahan Januari 2025.
Fenomena rutin lainnya adalah hujan meteor seperti Quadrantids di sekitar rasi bintang Ursa Mayor di langit arah utara mulai akhir Desember 2024 hingga pertengahan Januari 2025. Kemudian pada media April ada hujan meteor Lyrids, Mei hujan meteor Eta Aquarids yang berasal dari sisa komet Halley. Menyusul hujan meteor Perseid saat pertengahan Juli-Agustus, hujan meteor Drakonid dan Orionid pada Oktober, lalu November ada hujan meteor Leoinid, dan Geminid saat Desember.
Di luar yang rutin itu, ada peristiwa gerhana pada 2025. “Indonesia sepi gerhana, hanya satu yaitu gerhana bulan total,” kata Puan. Waktunya pada 7-8 September 2025 yang berlangsung dari pukul 22.30 hingga 03.30 WIB. Seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan gerhana tunggal itu.
Saat gerhana bulan total, kata Puan, bulan yang sedang purnama tidak akan serta merta membuat langit menjadi gelap sepenuhnya seperti gerhana matahari total. “Ketika puncak gerhana, bulan tidak menghilang melainkan menjadi sedikit kemerahan,” ujarnya. Warna kemerahan itu karena pembiasan sinar matahari oleh atmosfer bumi.
Pengamat bisa menyaksikan gerhana bulan total itu secara langsung tanpa bantuan alat optik. Namun syaratnya, langit sedang dalam kondisi cerah, tidak berawan dan tidak hujan.