KETIKA pecah berita Meksiko diguncang gempa, mestinya perasaan masyarakat kawasan Tokai, Jepang, kecut tidak keruan. Soalnya, merekalah yang sedang menunggu-nunggu gempa. Dua provinsi di kawasan itu, Shizuoka dan Aichi, sudah diramalkan akan dilanda gempa bumi yang dahsyat. Awal ramalan adalah pendapat seorang ahli gempa, Katsuhiko Ishibashi, yang dikemukakannya pada 1976 dalam sebuah seminar di Universitas Tokyo. Ia mengungkapkan, dalam waktu dekat Tokai, yang terletak di tenggara Tokyo - tempat Gunung Fuji berada - akan dilanda guncangan besar. Tak dinyana, dalam beberapa bulan pendapat ini didukung sejumlah ahli bidang yang sama, di antaranva Prof. Toshi Asada dari Universitas Tokyo pula. April 1977, setelah ada kepastian perhitungan, kemungkinan bencana itu diumumkan. Sejumlah kepanikan pun terjadi, dan persiapan besar-besaran mau tak mau disiagakan. Parlemen (Diet) segera menyetujui pasal baru dalam undang-undang yang intinya mengesahkan segala kegiatan menangkal gempa besar yang disebut berkekuatan magnitude kelas 8 - ukuran yang di perkirakan akan menimpa Tokai. Dibentuk pula Dewan Gempa Tokai, yang terdiri dari enam profesor dan dua pejabat JMA (Japan Meteorological Agency). Pada waktunya, bila tanda-tanda tiba, dewan ini harus menetapkan - dalam 100 menit - apakah gempa benar-benar akan datang. Bila ya, keputusan harus segera disampaikan pada Perdana Menteri. Beliaulah yang akan mengumumkan datangnya Tokai Jishin, gempa yang dimaksud itu. Sejumlah peralatan modern di sekitar kawasan Tokai, dimobilisasikan. Bukan cuma seismograf, tapi juga alat pengukur pergeseran tanah dan dasar laut, alat pengukur pasang surut laut. Peralatan yang diperlengkapi komputer dan dijaga 24 jam, dengan tetap mengirimkan data secara telemetris (jarak jauh) ke JMA. Maka, tanda selemah apa pun akan masuk dalam kalkulasi keseluruhan. Mengapa ramalan itu begitu dipercaya? Data-data ternyata memang mendukung. Catatan historis menunjukkan, gempa raksasa senantiasa terjadi di kawasan Tokai, setiap 100 tahun dengan kekuatan yang kurang lebih sama. Sejumlah naskah kuno menunjukkan gempa terjadi di 1498, lalu 107 tahun kemudian di 1605, dan juga 1707 dengan jarak 102 tahun. Pada catatan modern, gempa diketahui terjadi tahun 1854 berjarak 131 tahun dari 1985. Kondisi tanah Jepang sendiri memang rawan gempa - 10% gempa di dunia terjadi di Jepang. Di antara daerah rawan itu, Tokai, yang terletak di Semenanjung Izu, termasuk yang paling gawat. Seluruh Kepulauan Jepang, berdasar Teori Dataran Tektonik, terletak pada dua dataran besar yang bertumpuk seperti tangga. Gawatnya posisi Semenaniung Izukarena di situlah letak pertemuan dua dataran tektonik itu - terlihat pada dasar lautnya, di bawah Teluk Sagami. Kedudukan dataran ini ternyata tidak stabll, dataran yang permukaannya lebih rendah bergerak masuk dengan kecepatan 3-4 sentimeter per tahun. Akibatnya, muncul berbagai distorsi tektonik (permukaan kerak bumi). Di timur Semenanjung Izu, terjadi dilatasi (perenggangan) dasar laut yang kemudian menghasilkan lembah dasar laut. Akibat lain, Shizuoka, ibu kota Provinsi Shizuoka - yang berpenduduk setengah juta jiwa - dalam waktu 70 tahun turun sebanyak 40 sentimeter. Kondisi di atas menunjukkan, kedua dataran tektonik itu saling menanggung. Dan dalam perhitungan, bila salah satu dataran tak lagi mampu menahan, terjadilah gempa besar di garis pertemuan kedua dataran itulah Tokai Jishin. Kesiagaan yang sudah bertahun-tahun disiapkan di Provinsi Shizuoka dan Provinsi Aichi tak ubahnya persiapan menghadapi keadaan perang. Biayanya, terhitung sejak 1978, sudah mencapai 184 milyar yen. Di antaranya digunakan untuk membangun bendungan penyimpan air, konstruksi bangunan khusus antigempa, pompa pemadam kebakaran, dan penyusunan 4.800 organisasi masyarakat untuk menghadapi gempa. Dalam lima tahun mendatang, masih akan didrop 134 milyar yen lagi. Toh, setelah ditunggu sembilan tahun, Tokai Jishin tak juga menjelang. Yang mengkhawatirkan bila gempa datang mendadak, tanpa tanda-tanda, sehingga semua persiapan dan kecemasan dramatis akan sia-sia. Jim Supangkat Laporan Seiichi Okawa (Tokyo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini