Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Soputan di Sulawesi Utara kembali meletus, Ahad, 16 Desember 2018 pukul 05.40, waktu setempat. Sebelumnya, pada Oktober lalu, gunung api itu juga mengalami erupsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Kronologi Erupsi Gunung Soputan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Gunung Soputan memiliki Volcanic Explosivity Index (VEI) 3," kata Koordinator Bidang Vulkanologi Pusat Penelitian Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung Mirzam Abdurrachman, Ahad, 16 Desember 2018.
Gunung Soputan yang terletak 50 kilometer barat daya Kota Manado, Sulawesi Utara, sejak Sabtu, 15 Desember 2018 terpantau menunjukkan peningkatan kegempaan vulkanik disertai suara gemuruh. Intensitasnya dari lemah hingga sedang sejak pukul 01:02 waktu setempat seperti dilaporkan oleh Pos Pengamatan Gunungapi Soputan yang berada 10 kilometer arah barat daya.
Baca juga: Ada 4 Hal yang Menarik dari Gunung Soputan
Letusan, kata Mirzam, dimulai pukul 02.21 waktu setempat yang ditandai oleh keluarnya pijaran lava. Kemudian diikuti kolom erupsi setinggi 7 kilometer seperti terlihat dari Desa Lobu, Toluaan pagi ini pukul 05.16. Menurut informasi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, tinggi kolom abu teramati sekitar 7.000 meter di atas puncak atau sekitar 8,8 kilometer di atas permukaan laut.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya. Aktivitas kegempaan dilaporkan masih tinggi dan masih terlihat kolom abu letusan. Saat ini Gunung Soputan berada pada status Level III (Siaga). PVMBG merekomendasikan agar masyarakat agar tidak beraktivitas di dalam radius 4 kilometer dari puncak gunung.
Wilayah sektor arah barat-barat daya gunung sejauh 6,5 kilometer merupakan daerah bukaan kawah, agar dihindari karena leleran lava dan awan panas guguran mengancam.
Selain itu, perlu diwaspadai terjadinya ancaman aliran lahar, terutama pada sungai-sungai yang berhulu di sekitar lereng Gunung Soputan, seperti Sungai Ranowangko, Lawian, Popang, dan Londola Kelewahu. Jika terjadi hujan abu, masyarakat dianjurkan menggunakan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi terhadap gangguan saluran pernapasan.
Melihat sejarah letusan Gunung Soputan sebelumnya yang sejak 2012, kata Mirzam, menunjukkan pola interval letusan 3 tahun. "Letusan kali ini sepertinya merupakan bagian dari siklus letusan Gunung Soputan yang memiliki Volcanic Explosivity Index (VEI) 3," katanya.
Volcanic Explosivity Index merupakan standard untuk mengukur skala relatif sebuah letusan gunung api. Pertama kali dikenalkan oleh Newhall dan Shelf (1982) dan kemudian disempurnakan oleh para banyak volkanolog. VEI secara sederhana diurutkan dari skala 1-8. Semakin tinggi angkanya, maka akan semakin besar dan bertenaga letusannya, namun semakin jarang terjadi dan sebaliknya.
Letusan Gunung Soputan pagi ini dengan VEI 3, kata Mirzam, dicirikan dengan kolom erupsi yang mencapai 7 kilometer. "Mohon mengikuti arahan PVMBG ke arah mana abu vulkanik akan sebagian besar terbawa oleh angin untuk mengurangi dampak paparannya."
Simak kabar terbaru seputar Gunung Soputan meletus hanya di kanal Tekno Tempo.co.