GEDUNG yang baru di Senayan itu direncanakan untuk tidak
menambah sumpek dan gersang belantara gedung Jakarta. Hujan,
bagaikan restu, mengguyur Ibukota beberapa saat setelah Presiden
meresmikan kompleks tersebut di tengah musim kemarau Rabu lalu.
"Taman Hutan", dengan 2.000 jenis pohon yang ditanamkan di
sekitar gedung itu, memang diharapkan menjadi kantung hujan buat
kawasan Jakarta. Gedung itu sendiri menjadi markas pejabat dan
pengusaha kehutanan seluruh Indonesia. Sesuai fungsinya, maka
oleh Presiden Soeharto dinamakan Manggala Wanabakti.
Seluruh kompleks Departemen Kehutanan yang terletak dekat arena
olah raga Senayan itu meliputi 12 ha lebih. Denahnya mirip
lapangan softball -- tempat pemain lari setengah lingkaran di
sini adalah jalan masuk kompleks yang menyusuri taman. Sudut
pusat permainan adalah gedung Manggala Wanabakti (MW) yang
terdiri dari enam blok itu. Blok I menjulang setinggi 16 lantai
menjadi perkantoran Departemen Kehutanan. Blok ini diapit dua
gedung berlantai dua yang dipergunakan untuk auditorium (blok
III) dan Klub Perkayuan atau Lumbering Club (blok II).
Blok IV, yang dibangun 11 lantai dalam bentuk simpang tiga dan
dilengkapi kolam renang, menjadi gedung sewaan -- sebagai sumber
biaya pemeliharaan kompleks. Dua blok lainnya -- masing-masing
berlantai dua -- adalah tempat mesin-mesin listrik (blok V) dan
museum kehutanan (blok VI).
Bagi mata awam, gedung MW ini menimbulkan kesan ruwet dan
nyentrik. Baik di luar maupun ruangan-ruangannya berbentuk
bagaikan pecahan kristal (amorf). Lantai dasar yang membentang
1,5 ha lapang dan terbuka. Semuanya memberi kesan hutan liar.
Juga, "ada gaya monumental untuk mencerminkan kebesaran lembaga
kehutanan," kata Menteri Kehutanan Soedjarwo pada peresmian
gedung itu.
MW dirancang arsitek aliran modern penganut gaya De Stijl,
Almarhum Ir. Sujudi, bersama rekan-rekannya di PT Gubahlaras.
"Di samping kekuatan artistik, kami juga menghormati bangunan
yang telah ada," kata Nurpontjo, 48 tahun, yang ikut merancang.
Yang dimaksud arsitek lulusan ITB ini yakni kompleks "telinga
gajah" MPR/DPR, yang juga buah cipta Sujudi. "Ciri Indonesia,
yakni konsep bangunan Jawa dan Bali, kami bentuk juga
berkesinambungan di sini," tambah Nurpontjo.
Sesuai kehendak Presiden, bahan gedung hampir semuanya produksi
dalam negeri. Hanya rangka baja dan atap pelat tembaga yang
diimpor. Selebihnya, dari kayu-kayuan, keramik sampai marmar,
semuanya barang lokal. Repotnya, karena banyak bahan belum
diproduksi secara standar, maka harga pesanan khusus ini
jatuhnya lebih mahal. Total biaya pembanunan, Rp 50 milyar, ini
alhasil memberi kesan "wah" juga: Di lantai dasar tersusun
pualam dan di lantai selebihnya beralas bahan kayu.
Ruangan-ruangan diberi nama menurut bahan kayu yang dipakai,
misalnya, Meranti Room, Jati Room, Ramin Room, dan sebagainya.
Sejak peletakan batu pertama, 1976, kompleks yang dirancang
Sujudi pada 1973 itu harus mengalami 16 kali perombakan dan
perbaikan selama masa pembangunannya. Konon arsitek luar negeri
yang meninjaunya tercengang mendengar MW hanya dikerjakan oleh 9
arsitek Gubahlaras. "Di Jepang atau Eropa, karya seperti ini
dikerjakan paling tidak oleh 40 arsitek," kata Nurpontjo dengan
bangga. Sayang perancangnya, Sujudi, meninggal sebelum gedung
itu diresmikan. "Pekerjaan sudah rampung, lalu ia sakit dan
meninggal pada 1981," kata lr. Abukasan Atmodirono, direktur
Gubahlaras.
Persyaratan praktis dan keamanan dipenuhi gedung Manggala
Wanabakti. Ada pemancar radio, SSB, dan satu skuadron helikopter
melengkapi sarana komunikasi telepon dan teleks. Agaknya, "angin
hutan" bisa menerbangkan kertas-kertas kerja dalam ruangan itu,
seperti pernah dialami gedung MPR/DPR, sehingga perlu dipasang
AC. Di kompleks kehutanan itu memang bukan hanya urusan
kayu-kayuan melulu kegiatannya. Berbagai perusahaan perkayuan,
bank, sampai restoran telah menyewa 55% ruangan di blok IV,
dengan tarif dollar antara Rp 18 ribu-Rp 22 ribu per meter per
bulan. "Kami akan mengusahakan akhir tahun sudah tersewa 85%,
supaya biaya perawatan gedung bisa tersedia," kata Menteri
Soedjarwo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini