"SOEKANTO mulai tugasnya dengan penuh kesulitan, serba penuh
kekurangan, bukan saja dalam menghadapi kekacauan dan
pertempuran yang timbul akibat pendaratan Belanda yang
membonceng lewat nama Sekutu, tapi segala sesuatu yang
menyangkut perlengkapan kepolisian." Kisah tersebut tercantum
dalam skripsi seorang mahasiswa Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian
yang mendapat nilai memuaskan. Dan jangan kaget, bia skripsi
setebal 169 halaman itu hanya berkisah tentang liku-liku hidup
Soekanto Tjokrodiatmodjo, kepala Kepolisian RI pertama.
Memang, agak menyimpang dari kebiasaan akademis selama ini, PTIK
mulai tahun lalu membolehkan penulisan biografi sebagai skripsi.
Tahun itu muncul tujuh skripsi biografi di antara 156 skripsi.
Dan dari 170 sarjana baru PTIK angkatan ke-18, yang diwisuda
Juni yang lalu, 34 di antaranya menuliskan skripsi riwayat hidup
tokoh kepolisian kita, antara lain Hoegeng Imam Santoso dan
Anton Sudjarwo.
Mengundang pertanyaan, seperti yang pernah dilontarkan dalam
rubrik surat pembaca di sebuah harian Jakarta, bila cuma sebuah
tulisan riwayat hidup bisakah sama nilainya dengan skripsi yang
membahas liku-liku peredaran narkotika, misalnya? "Dengan
mengungkapkan biografi seorang polisi," kata Dekan PTIK Prof.
Dr. Harsja Bachtiar, "kita dapat mengetahui perkembangan
kepolisian."
Menurut dekan PTIK sejak 1980 ini, dari biografi itu banyak hal
bisa dicatat: jenis kejahatan pada periode tertentu, persoalan
kepolisian pada tahun-tahun tertentu. "Malahan, kalau skripsi
itu dibuat dengan mendetil dan baik, bisa saja mengungkapkan
kelemahan kepolisian yang selama ini tak diketahui," tambah ahli
sejarah dan sosiologi keluaran Harvard University itu.
Masalahnya agaknya, memang bukan apakah skripsi itu berwujud
biografi atau bukan. Tapi, seberapa jauh skripsi itu memenuhi
syarat sebagai laporan ilmiah, seperti dikatakan Direktur
Jenderal Pendidikan Tinggi. "Bila sebuah skripsi sudah
mengandung hipotesa, penelitian lapangan atau literatur, dan ada
kesimpulan yang ditarik dari data-data yang dikumpulkan," kata
Prof. Dr. Doddy Tisna Amidjaja, Direktur Jenderal itu, "itu
sudah cukup."
Dua skripsi biografi PTIK yang tahun ini dianggap baik, tentang
Soekanto dan Anton Sudiarwo, memang menyajikan data-data dan
peristiwa dengan akurat. Terang ini membutuhkan ketekunan
pengumpulan data dan kekritisan pengecekan salahbenarnya. Tapi
dari peristiwa yang disajikan lantas tidak disuratkan apa yang
tersirat. Dalam skripsi Kapten (Pol) Deddy Komarudin tentang
Jenderal Soekanto misalnya. Diceritakan betapa Soekanto
mempertahankan kedudukan Jawatan Kepolisian ketika mau
dipindahkan dari Kementerian Dalam Negeri ke Kehakiman. Tak
disinggung di sini, makna peristiwa itu bagi kepolisian kita.
Skripsi biografi PTIK memang sekadar membeberkan perjalanan
hidup seseorang.
Tapi mutlakkah skripsi? Menurut Ir. A.M. Luthfi, seorang dosen
ITB, keharusan menyusun skripsi bagi mahasiswa Arsitektur ITB
baru dimulai awal 1970-an. "Dulu cuma ujian khusus untuk tiap
mata kuliah," katanya. Dan menurut Ir. Boy Mewengkang, dekan
Fakultas Teknik UI, keharusan menulis skripsi bagi mahasiswa
fakultas teknik hanyalah untuk "memaksa mereka belajar
menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan." Tapi bagi Dr. Nurhadi
Magetsari, dekan Fakultas Sastra UI, skripsi memang perlu
ditulis bagi calon sarjana. Dari skripsi bisa diketahui
pemahaman mahasiswa terhadap semua mata kuliah yang pernah
diterimanya, selain kemampuan menuliskan pemikirannya, katanya.
Agaknya, untuk tiap bidang disiplin ilmu kebutuhan adanya
penulisan skripsi berbeda. "Bagi disiplin ilmu yang lebih
membutuhkan kerja praktek, kedokteran misalnya, skripsi boleh
tak ada," kata Harsja. Itu sebabnya Harsja ketika menjadi dekan
FSUI, 1969-1975, pernah menghapus keharusan menyusun skripsi
bagi mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan FSUI. Jurusan itu bagi
Harsja lebih membutuhkan kerja praktek. Kalau kini ia agak
melonggarkan penulisan skripsi di PTIK, mungkin itu sebagai
perintisan usaha penulisan sejarah kepolisian RI. Kenyataannya
data dan peristiwa sejarah kepolisian belum banyak diungkapkan.
Dalam buku Almanak Kepolisian RI, misalnya, sejarah kepolisian
hanya diuraikan singkat dan kurang jelas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini