Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADA yang berbeda terlihat di kaca belakang mobil minibus yang dikendarai oleh M. Suwandi, pengemudi taksi online. Sementara kebanyakan mobil taksi online menampilkan iklan bergambar dengan media stiker, mobil berwarna jingga tersebut menampilkan iklan berformat video, layaknya videotron. "Iya, sudah lebih dua bulan, mobil saya dipasangin beginian," ujar Suwandi di bilangan Tebet, Jakarta, Kamis lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wadah beriklan tersebut merupakan produk yang dibikin oleh perusahaan rintisan di bidang periklanan digital out of home (OOH), Adroady. Start-up ini digawangi oleh Edward Halley, Diki Risnandar, dan Greg Marchand. Edward dan Diki adalah profesional digital mantan karyawan PT Elang Mahkota Teknologi (Emtek) Tbk. Adapun Greg Marchand merupakan praktisi digital di Singapura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Edward, potensi bisnis di sektor OOH yang amat menggiurkan menjadi salah satu alasan kuat dirinya untuk melepas pekerjaan tetapnya di Emtek. Namun pilihan jatuh ke model video lantaran sudah banyaknya perusahaan rintisan serupa yang lebih dulu hadir sejak beberapa tahun terakhir. "Sudah bisa dikatakan budgeting untuk iklan di berbagai channel, termasuk OOH, sudah masuk perencanaan perusahaan-perusahaan," ujar dia.
Tim Adroady memilih video lantaran memiliki banyak keunggulan yang bisa ditawarkan ke pemilik merek untuk memasarkan produk. Perusahaan ini menyediakan slot penayangan video hingga delapan jam per hari. Dengan format video, klien bisa membikin konten promosi yang lebih beragam. "Masyarakat kalau lihat iklan di televisi kan menarik ketimbang iklan berbentuk poster statis," ujar Edward yang menjabat Kepala Eksekutif Adroady.
Adroady juga memiliki banyak paket menarik yang ditawarkan. Klien bisa memesan penayangan iklan per 15 detik hingga delapan jam penuh. Tarifnya pun terbilang murah, mulai dari Rp 125 ribu. Selain itu, otomatisasi sistem digital yang menyediakan platform pengaturan sendiri bagi klien makin memberi keleluasaan untuk mengutak-atik iklan secara bebas, yang bisa dilakukan di mana dan kapan saja.
Iklan Video Berjalan
Untuk meyakinkan klien, Edward mengatakan, Adroady memiliki sistem pencatatan yang mutakhir. Semua terwujud berkat instalasi kamera sebagai paket videotron. Rekaman imaji yang tertangkap bisa mencatat jumlah mobil, sepeda motor, atau pejalan kaki yang melewati videotron dengan dimensi 60 derajat kanan-kiri. "Kami juga bertanggung jawab ke klien untuk selalu mengingatkan pengemudi online yang terlacak tak menjalankan mobilnya," kata dia. Yang penting para pengemudi tak perlu khawatir visibilitas spion belakang terhalang. Adroady turut memasang kamera belakang dan layar pengganti spion belakang.
Bisnis yang dijalankan sejak April 2017 tersebut sudah mulai berjalan baik. Satu setengah tahun berjalan, sudah ada puluhan brand yang masuk channel Adroady. Mereka mulai dari perusahaan berbasis digital seperti Lazada hingga perusahaan properti seperti Agung Podomoro. Jumlah mobil yang berkeliling berpromosi sudah menembus 150 unit. Edward hakulyakin bakal ada lebih banyak lagi mobil pengiklan karena tim penjualan sedang intens menawarkan produk secara door to door.
Kepala Operasional Adroady Diki Risnandar mengatakan masih banyak potensi yang digali perusahaan. Berbagai rekaman aktivitas yang tercatat secara real time masih bisa dianalisis untuk dijadikan pendalaman layanan turunan. Misalnya, mesin pembelajaran bisa diolah untuk bereaksi terhadap merek mobil atau tempat yang berada di jangkauan kamera. "Misalnya, kalau di wilayah tertentu sudah dekat dengan restoran klien kami, bisa langsung ada tampilan penunjuk arah untuk menuju ke sana," ujar dia.
Adroady saat ini sedang berfokus memperbanyak klien iklan yang berasal dari kalangan usaha kecil. Arus kas perusahaan cukup seret lantaran para klien existing melakukan kontrak panjang yang pembayarannya di belakang. "Setiap instalasi bisa menghabiskan ongkos produksi sekitar Rp 8 juta," kata Diki.
Selain ongkos produksi, Adroady memiliki kewajiban membayar komisi mitra pengemudi hingga Rp 1,3 juta per bulan. Karena itu, penjajakan pencarian modal usaha juga sedang dalam pembicaraan intens dengan berbagai investor potensial.
Soal pajak, Adroady sedang menjajaki Badan Retribusi dan Pajak Daerah DKI Jakarta. Diki ingin memberikan manfaat kepada pemerintah karena produk ciptaannya merupakan turunan produk papan reklame. "Karena itu kami masih fokus di Jakarta saja, meski sebenarnya sudah siap beroperasi di luar negeri di kawasan Asia Tenggara," ujar dia. ANDI IBNU
Iklan Video Berjalan
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo