Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat hujan deras, genangan air biasanya terjadi di mana-mana, termasuk di jalan raya. Hal ini akibat drainase buruk dan serapan jalan kurang bagus. Untuk mengatasi masalah ini, tim peneliti Institut Teknologi Bandung yang dipimpin dosen program studi Teknik Fisika, Bambang Sunendar Purwasasmita, membuat blok batu GeoPore.
GeoPore merupakan hasil pengembangan material geopolimer alami seperti keramik. Bahan ini sangat kuat, tahan lama, dan tak beracun. Geopolimer adalah campuran material alumina dan silika yang diaktivasi larutan alkali. Karakternya mirip spons, yakni menyerap air dengan cepat.
Untuk memaksimalkan peresapan air, struktur blok GeoPore tidak memakai campuran semen ataupun aspal di lapisan teratas. "Jalan GeoPore tetap bisa dibuat mulus dan pengerjaannya seperti membuat jalan biasa," kata Bambang, Rabu pekan lalu. Riset penggunaan geopolimer untuk jalan ini dimulai sejak tujuh tahun lalu.
Selama penelitian, Bambang dibantu tim Laboratorium Pemrosesan Material Maju ITB. Anggotanya adalah Lia Asri, Heri Setiawan, Raisa Khairani, dan Adi Surya Pradipta. Model struktur jalan berpori ini didemonstrasikan dalam pameran karya dan produk inovasi di Aula Barat ITB pada 5 Maret lalu.
Struktur GeoPore adalah lapisan jalan setebal 40 sentimeter yang terbagi menjadi lima lapis. Paling atas adalah jalan blok berpori. Pada lapisan ini geopolimer digunakan sebagai pengikat material pengganti semen. Di bawah blok berpori ini ada lapisan yang terdiri atas pasir, kerikil, batuan, dan geotekstil.
Rangka besi digunakan sebagai alas pembuatan jalan raya yang dilintasi kendaraan berbobot lebih dari lima ton. Menurut Bambang, kekuatan material jalan dari geopolimer puluhan kali lipat ketimbang semen. Daya tahannya bisa mencapai 40 tahun.
Penggunaannya juga bisa disesuaikan dengan jenis jalan. Untuk jalan yang tidak menahan beban berat, bisa digunakan pasir kasar dalam komposisi agregat atau campuran bahan. Sebaliknya, untuk jalan berbeban berat, geopolimer dikombinasikan dengan pasir halus.
Para peneliti juga mempelajari penggunaan material limbah, seperti abu batu bara di pembangkit listrik di Jawa, sebagai bahan campuran. Jenis abu akan menentukan komposisi bahan GeoPore yang dipakai. "Berpengaruh terhadap kekuatan ikat material dan kecepatan pengeringan," kata Bambang.
Hasil perhitungan menunjukkan daya serap GeoPore mencapai 1.000 liter air per meter persegi setiap menit. Namun, sebelum GeoPore dipasang, dibutuhkan studi geologi terkait dengan kondisi batuan. Tujuannya mengetahui apakah peresapan air ke dalam tanah menimbulkan masalah baru, seperti longsor atau tanah bergerak.
GeoPore dibuat dalam dua ragam. Pertama berupa blok batu yang dapat dipakai untuk trotoar atau area parkir. Material ini bisa dipasang di lingkungan rumah tinggal dan ruang publik. Bambang mengatakan sudah memasang batu blok berpori ini di sekitar rumahnya.
Adapun geopolimer berbentuk curah, dipakai untuk membuat jalan raya. Menurut Bambang, GeoPore jenis ini berfungsi seperti pengikat material atau dikenal sebagai lem komposit. Tahun ini tim tersebut berencana membuat jalan GeoPore di rumah dinas Gubernur Jawa Barat dan di kampus ITB.
Tim peneliti juga telah menguji kekuatan geopolimer dalam menahan beban kendaraan di lingkungan pabrik PT Krakatau Steel di Cilegon, Banten, sejak September 2016. Jalan sepanjang 25 meter dan lebar 4 meter itu memakai limbah bekas baja tahan api. Limbah dihancurkan hingga menjadi serbuk atau kerikil halus. "Selama ini limbah itu menggunung dan tak digunakan," katanya.
Dari hasil pantauan selama lima bulan, jalan berbahan geopolimer tersebut masih awet. Sebagai pembanding adalah jalan beton di sebelahnya. Formula geopolimer seperti itu, kata Bambang, direncanakan dipakai untuk membangun landasan pesawat terbang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo