Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyampaikan riset terbaru mengenai gejala yang dirasakan pasien Covid-19 subvarian JN.1. Hal yang paling signifikan dari gejalanya adalah tidak banyak lagi pasien yang mengalami hilang indera penciuman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jika pada awal kemunculan Covid-19 banyak yang mengalami gejala hilang penciuman, maka kini ada yang sedikit berbeda di infeksi subvarian JN.1 Covid-19. Sebab pasien yang hilang penciuman sangat jarang, bahkan di bawah 3 persen saja," kata Dicky kepada Tempo pada Jumat, 5 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dicky mengatakan, pernyataannya tersebut didasari dari data kasus-kasus terbaru pasien terinfeksi subvarian JN.1 Covid-19 di Eropa, khususnya Inggris. "Di sana yang lebih dominan adalah hidung berair atau ingus, serta batuk yang relatif cukup lama," ujar Dicky.
Selain itu, menurut data yang dimiliki Dicky, ia menilai demam dan meriang sangat jarang pula dirasakan oleh pasien yang terinfeksi subvarian JN.1 Covid-19. Mayoritas pasien yang terinfeksi hanya merasa lelah dan kesulitan tidur, disertai nyeri kepala.
"Nyeri saat menelan juga tidak terlalu dirasakan oleh para pasien, demam juga sangat jarang, serta hilang penciuman juga jarang. Rata-rata hanya tiga persen saja yang merasakan ini. Selebihnya lebih banyak hidung berair atau ingus," ucap Dicky melalui jaringan seluler.
Perbedaan dari dampak infeksi subvarian JN.1 Covid-19 itu menurut Dicky adalah hal yang wajar dan lumrah. Ia menuturkan bahwa terjadi evolusi dari virus Covid-19, akibatnya cara dan risiko terinfeksinya juga mengalami perubahan pula.
"Terpantau saat ini kalau evolusi dari infeksi Covid-19 memang mengarah ke menengah ringan, untuk stadium akutnya. Namun di sisi lain dalam konteks long-covid juga semakin menguat, terutama pada orang yang memiliki masalah imunitas," kata Dicky.
Walakin terdapat perubahan ke arah menengah ringan terhadap infeksi Covid-19, Dicky menyarankan kepada seluruh masyarakat dan pemerintah terkait supaya tetap menggiatkan capaian vaksinasi.
"Vaksinasi berguna untuk menjaga keberlanjutan proteksi kelompok rawan untuk terhindar dari keparahan long-covid maupun vitalitas infeksinya. Jangan pula terlena dengan perubahan infeksi yang sudah menengah ringan ini," ucap Dicky.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.