Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kanker merupakan penyakit mematikan yang hingga saat ini tetap menjadi tantangan bidang kedokteran untuk ditaklukan. Berbagai temuan dari penelitian telah banyak kita kenal, seperti alat penghancur sel ganas yang makin efisien, cara diagnosis dini, alat pendeteksi, hingga obat-obatan penyembuh. Banyak upaya dilakukan karena kanker memang masih menjadi momok dunia. Di Amerika Serikat, kanker menjadi penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung.
Salah satu temuan terbaru di bidang ini adalah alat canggih pendeteksi kanker. Tim peneliti dari Sekolah Kedokteran Universitas Washington di St Louis, Amerika Serikat, mengembangkan kacamata berteknologi tinggi yang bisa membantu ahli bedah memvisualisasi sel-sel kanker.
Teknologi ini telah diuji coba pertama kali pada 10 Februari lalu di Pusat Kanker Alvin J. Siteman di Rumah Sakit Barnes-Jewish dan Sekolah Kedokteran Universitas Washington. Kacamata ini mengandung teknologi video buatan, dengan tampilan sebesar kepala, yang ditargetkan dapat menangkap sejumlah molekul yang mengikat sel-sel kanker.
Bila dilihat dari balik kacamata, sel kanker berpendar biru. Seperti yang dipublikasikan dalam Journal of Biomedical Optics, peneliti mencatat tumor dengan diameter 1 milimeter (ketebalan sekitar 10 lembar kertas) dapat terdeteksi dengan menggunakan alat ini.
Sel kanker sangat sulit dilihat, bahkan dengan alat pembesar berkaliber tinggi. Dengan kacamata tersebut, ahli bedah bisa membedakan sel sehat dan sel kanker. Maka tidak ada sel tumor yang terlewat diangkat selama operasi.
"Teknologi ini masih tahap awal. Bakal ada lebih banyak pengembangan dan pengujian untuk kacamata ini, sebelum benar-benar bisa bermanfaat untuk pasien," kata Julie Margenthaler, profesor bedah payudara Universitas Washington, yang melakukan operasi pada 10 Februari lalu.
Karena sel kanker susah dibedakan, ahli bedah akan mengangkat tumor serta beberapa jaringan sel sekitarnya yang mungkin sehat. Lalu sampel dikirim ke laboratorium patologi untuk dilihat di bawah mikroskop. Jika petugas menemukan sel kanker pada jaringan contoh itu, akan dilakukan operasi berikutnya untuk mengangkat sel-sel ganas tersebut.
Margenthaler mengatakan 20-25 persen pasien kanker payudara akan menjalani prosedur itu karena teknologi selama ini tidak cukup menunjukkan luasnya penyebaran sel kanker pada operasi pertama.
Dengan kacamata pendeteksi sel kanker, ia berharap operasi bisa benar-benar tepat sasaran dan dilakukan sekali saja. Selain hemat waktu dan biaya, ini akan mengurangi beban mental pasien. "Harapan kami, teknologi baru ini akan mengurangi atau idealnya menghilangkan kebutuhan menjalani operasi kedua," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo