Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terbatasnya akses layanan kesehatan membuat para tenaga medis kesulitan menangani pasien Covid-19 yang ada di pulau-pulau terpencil. Tim mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia merancang Smart Integrated Ambulance Boat for Covid-19 alias Sinau Boat-19 untuk membantu mereka. Kapal dengan lambung ganda atau katamaran ini dilengkapi fasilitas untuk menangani dan memindahkan pasien Covid-19 ke fasilitas layanan kesehatan yang lebih baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim perancang Sinau Boat-19 adalah para mahasiswa Program Studi Teknik Perkapalan, yaitu Fadhil Nurrohman, Zahra Syahrika, dan Satria Bagas. Mereka mendesain kapal ini selama sebulan sejak akhir Juni lalu di bawah bimbingan dosen Achmad Riadi. “Untuk memenuhi kebutuhan angkutan pasien, terutama mereka yang hanya bisa diakses melalui jalur air baik lewat laut maupun sungai,” kata Achmad pada Selasa, 4 Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Achmad mengatakan tim memilih model katamaran dengan pertimbangan stabilitas yang lebih baik dalam mengangkut pasien. Apalagi kapal itu memuat sejumlah ranjang dan fasilitas kesehatan untuk memobilisasi pasien dan tim dokter. Tim FTUI merancang kapal sepanjang 21 meter itu bisa berlayar di perairan dengan tinggi gelombang mencapai 1,25 meter. “Pasien bisa tetap aman dan nyaman di atas kapal,” ucapnya.
Desain kapal ini telah dipresentasikan dalam Lomba Aplikasi Inovatif dan inspiratif untuk COVID-19 yang digelar Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya pada akhir Juli lalu. Dalam ajang yang diikuti 138 grup itu, tim Sinau Boat-19 menempati peringkat ketiga pada sub-lomba kapal transporter. “Sinau Boat-19 menjadi transporter pasien dan kami harap dapat menjawab kebutuhan akan akses terhadap fasilitas kesehatan penunjang,” ujar Fadhil.
Kapal itu memiliki desain dua dek terpisah yang mengurangi kontak langsung antara tim medis dan kru kapal untuk meminimalisasi paparan virus Covid-19. Para pasien dan tim medis berada di dek Zona Merah, sementara kru kapal menempati ruang teratas yang dinamai Zona Hijau. Meski awalnya dibuat untuk kebutuhan angkutan pasien Covid-19, menurut Achmad, Sinau Boat-19 juga bisa dioperasikan sebagai rumah sakit sementara. "Memungkinkan dioperasikan sebagai kapal puskesmas keliling, tinggal disesuaikan saja suplai dan peralatan medis untuk pasiennya,” katanya.
Kapal Ambulans Covid-19 Antarpulau/Ilustrasi/Djunaedi
Kapal ini dirancang menggunakan bahan utama berupa material komposit. Menurut Achmad, material komposit dinilai kuat tapi ringan. Dua keunggulan ini dapat membantu meningkatkan daya apung kapal. “Penggunaan material ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan operasional ketika nanti kapal dibangun,” ujarnya.
Tim juga memasang panel surya dengan kapasitas daya listrik sebesar 50,4 kilowatt-jam. Panel surya yang dipasang di dek atas kapal ini menjadi sumber energi pelengkap kapal yang beroperasi dengan mesin diesel. “Panel surya ini bisa menyuplai hingga 70 persen kebutuhan listrik di kapal sehingga pemakaian mesin diesel bisa dikurangi,” kata Achmad.
Kapal ini juga dilengkapi teknologi Internet of Things (IoT) berupa sistem pemanggil perawat, sistem pintu pintar, dan sistem lampu pintar yang dapat diakses langsung melalui smartphone tim medis dan pasien. Jika pasien membutuhkan bantuan dan keadaan darurat, perawat dan dokter dapat memantau kondisi pasien dengan bantuan IoT yang terkoneksi dengan aplikasi di gawai para tenaga medis. Fasilitas ini diharapkan dapat mengurangi kontak fisik antara pasien dan tim medis untuk mencegah meluasnya transmisi Covid-19 di dalam kapal.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo