Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Kemenkes Konfirmasi 88 Kasus Cacar Monyet di Indonesia Sejauh Ini, Terbanyak di Jakarta

Setelah diperiksa, 54 dari 88 kasus Mpox tersebut terkait varian Clade IIb yang banyak menyebar melalui kontak seksual.

19 Agustus 2024 | 12.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah mengkonfirmasi adanya 88 kasus cacar monyet atau monkeypox (Mpox) di Indonesia hingga Sabtu, 17 Agustus 2024. Pemerintah memastikan sebaran 59 kasus di DKI Jakarta, 13 kasus di Jawa Barat, 9 di Banten, 3 di Jawa Timur, 3 di DI Yogyakarta, dan 1 lainnya di Kepulauan Riau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pelaksana Harian Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Yudhi Pramono, mengatakan 54 pasien dari 88 kasus Mpox yang dikonfirmasi itu memenuhi kriteria untuk mengikuti whole genome sequencing (WGS), metode untuk mengetahui varian virusnya. Dari hasil pemeriksaan, 54 kasus itu terkait varian Clade IIb.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah Mpox pada 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah, dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual," ujar Yudhi melalui siaran resmi, Senin, 19 Agustus 2024.

Sebanyak 87 dari 88 penderita Mpox juga telah dinyatakan sembuh. Jika dilihat dari tren mingguan kasus konfirmasi Mpox di Indonesia pada 2022 hingga 2024, kasus terbanyak muncul pada Oktober 2023.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan penyebaran Mpox sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC), pada 14 Agustus 2024. Langkah ini menyusul peningkatan kasus Mpox di Republik Demokratik Kongo dan sejumlah negara di Afrika.

Penetapan status PHEIC ini merupakan yang kedua selama dua tahun terakhir.  Pada Juli 2022, WHO juga menyatakan status darurat serupa akibat penyebaran Mpox di berbagai negara. Status PHEIC kemudian dicabut pada Mei 2023 seiring penurunan temuan kasus secara signifikan.

Mengikuti keputusan WHO, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC) juga menyatakan status darurat Mpox di Afrika sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat untuk Keamanan Kontinental (Public Health Emergency of Continental Security/PHECS) pada 13 Agustus 2024.

 

Dua Varian Mpox

Terdapat dua Clade Mpox virus, salah satunya Clade I yang berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin). Virus ini memiliki sub-clade 1a dengan tingkat risiko atau case fatality rate (CFR) lebih tinggi daripada clade lain. Penularannya melalui beberapa mode transmisi berbeda dengan subclade 1b yang menyebar lewat kontak seksual dengan CFR 11 persen.

Berbeda dengan Clade I, ada juga varian Clade II dari di Afrika Barat dengan subclade IIa dan IIb. Janis yang ini memiliki CFR 3,6 persen. Kasus Mpox yang menyangkut Clade II banyak ditemukan pada 2022, mayoritasnya berasal dari kontak seksual.

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan risiko penyebaran mpox bisa ditangkal dengan menghindari aktivitas seks yang menyimpang. Dicky sangat mewanti-wanti masyarakat Indonesia yang merupakan populasi berisiko tinggi.

" Maksud dari populasi berisiko tinggi itu, diartikan sebagai masih masifnya praktik prostitusi di negara kita. Bahkan banyak yang tidak sehat dan memudahkan penyebaran atau memicu hadirnya wabah ini," ucap Dicky.

Alif Ilham Fajriadi berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus