Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Kemenkes Pastikan Covid-19 Varian Delta Plus AY.4.2 Belum Ditemukan di Indonesia

Covid-19 varian Delta yang banyak beredar di Indonesia mirip dengan yang ditemukan menular di Singapura. Banyak ditemukan dalam temuan kasus Juli lalu

17 November 2021 | 08.59 WIB

ilustrasi - Dokter memegang botol ampul kaca mengandung sel molekul virus corona Covid-19 asal Inggris yang telah mengalami mutasi RNA menjadi varian baru. (ANTARA/Shutterstock/pri.)
Perbesar
ilustrasi - Dokter memegang botol ampul kaca mengandung sel molekul virus corona Covid-19 asal Inggris yang telah mengalami mutasi RNA menjadi varian baru. (ANTARA/Shutterstock/pri.)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan memastikan kalau virus baru penyebab Covid-19, varian AY.4.2 atau Varian Delta Plus, belum ditemukan di Indonesia. Ini seperti dituturkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi di Jakarta, Selasa 16 November 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Nadia mengingatkan kepada seluruh pihak untuk tetap waspada. "Yang pasti kita bukan kemudian tenang, tapi tetap harus waspada karena ternyata varian ini turunan dari varian Delta," katanya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Nadia menjelaskan bahwa varian virus corona Delta Plus AY.4.2 termasuk turunan dari varian Delta. Saat ini ini sudah ada sampai 60 turunan varian Delta dan di Indonesia sudah ada 22 turunannya. Adapun Delta Plus diketahui mendominasi lonjakan kasus baru di Inggris.

Dia menerangkan varian Delta yang banyak beredar di Indonesia mirip dengan yang ditemukan menular di Singapura yaitu varian Delta AY.2.3. Varian yang satu ini disebutnya yang banyak ditemukan dalam temuan kasus Juli lalu. "Lebih cepat menular, memperbesar tingkat kematian, tingkat keparahan," katanya tentang varian itu.

Lebih dari itu, Nadia menambahkan, kewaspadaan diperlukan karena dominasi varian Delta maupun turunannya merupakan varian yang paling banyak ditemukan saat ini. "Artinya potensi terjadinya lonjakan kasus memungkinkan."

Mengenai efikasi vaksin terhadap varian baru, Nadia juga memastikan vaksin yang ada dan digunakan di Indonesia masih cukup protektif menghadapi virus corona varian baru. Meskipun, dia menambahkan, ada beberapa penelitian mengatakan kemungkinan terjadinya penurunan kekebalan selama beberapa periode waktu.

Nadia menegaskan orang yang sudah divaksin memiliki kemungkinan lebih kecil terinfeksi virus corona varian baru ketimbang orang yang belum divaksin. Oleh karena itu dirinya mengingatkan agar masyarakat melakukan vaksinasi sebagai perlindungan.

Saat ini sebanyak 131,2 juta orang di Indonesia telah menerima vaksin Covid-19 dosis pertama dan 85,3 juta orang telah melengkapi dosis vaksinasinya. Sementara, sebanyak 1,1 juta orang yang telah mendapatkan vaksinasi booster atau tambahan dosis ketiga.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus