Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama, Muhammad Zain, meminta guru madrasah untuk mempersiapkan diri dalam menerapkan kurikulum prototipe. Untuk itu, kata dia, guru madrasah perlu mengubah mindset dalam pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang sedang menggagas kurikulum prototipe harus dapat direspon dengan baik oleh madrasah. Sebab, kurikulum ini lebih fleksibel dan meneguhkan peran utama guru sebagai pendidik profesional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Guru harus mempersiapkan diri dalam mendesain pembelajaran yang membebaskan dan sesuai minat siswa. Guru juga harus hadir sebagai sahabat siswa,” kata Zain seperti dikutip di laman resmi Kementerian Agama pada Rabu, 2 Februari 2022.
Zain juga menekankan pentingnya peran guru dalam membentuk karakter baik para siswa di tengah banjirnya berita dan informasi di media sosial. Dia melihat anak-anak saat ini banyak mengalami adiksi dan kecanduan gawai. “Peran orang tua dalam mengontrol anaknya juga sangat vital terkait pembentukan akhlakul karimah anak,” tuturnya.
Kurikulum prototipe merupakan kurikulum yang disederhanakan sebagai opsi tambahan untuk diterapkan oleh satuan pendidikan pada tahun ajaran 2022/2023. Setiap lembaga pendidikan dihadapkan pada pilihan penggunaan Kurikulum 2013 atau kurikulum prototipe dengan harapan dapat mendorong pembelajaran sesuai kemampuan siswa dan memberi ruang yang lebih luas pada perkembangan karakter serta kompetensi dasar.
Zain mengatakan pemberlakuan kurikulum prototipe dapat mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Kurikulum ini juga diharapkan mampu memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi.
Zain menjelaskan, ada tiga karakter utama kurikulum prototipe. Pertama, pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skill dan karakter seperti iman, takwa, akhlak mulia, gotong royong, kebinekaan global, kemandirian, nalar kritis, dan kreativitas. Kedua, fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
“Ketiga, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal,” paparnya.
Terkait langkah-langkah implementasi kurikulum pototipe pada madrasah, Zain menjelaskan enam tahapan berikut. Pertama, sesuai konteks dan karakteristik madrasah. Kedua, penerapan secara terbatas pada setiap tingkat RA, MI, MTs, dan MA di setiap provinsi.
Ketiga, disiapkan regulasi yang longgar sebagai penguatan KMA 184 Tahun 2019 tentang Implementasi Kurikulum Pada Madrasah. Keempat, pemberdayaan jabatan fungsional pengembang teknologi pembelajaran dan pengawas untuk mengawal penjaminan mutu implementasi kurikulum prototipe di madrasah.
Kelima, perlu penyesuaian kebijakan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan secara terbatas pada pelaksana kurikulum prototipe terkait implementasi Simpatika, sistem informasi pendidik dan tenaga kependidikan Kementerian Agama dan perangkat administrasi lainnya. “Terakhir atau keenam, penguatan pelaksanaan supervisi pembelajaran,” kata dia.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.