Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Jembatan kereta ringan (LRT) di kawasan Kuningan Jakarta tengah menunggu uji sertifikasi kelayakan fungsi. Beberapa pihak menilai jembatan lengkung itu bernilai spesial. Ahli jembatan dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Iswandi Imran membeberkan keistimewaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jembatan dengan bentang panjang itu, menurut Iswandi, tidak sederhana karena bentuknya sangat lengkung. Semula ada rencana untuk memasang pier (tiang jembatan) di tengah, namun tidak memungkinkan karena ruang yang tersedia terlalu sempit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara estetika, kata dia, pier di tengah jembatan dinilainya kurang bagus. "Secara pelaksanaan pun sangat sulit dan butuh waktu lama karena sudah banyak konstruksi terbangun di sana," katanya kepada Tempo, Sabtu, 7 Desember 2019.
Lokasi pendirian jembatan itu relatif kompleks. Di bawah ada underpass, ada jalan at grade di atasnya, kemudian ada fly over. "Kalau kita mau lakukan sesuatu (pasang tiang) di tengah pasti nggak sederhana banget dan mungkin butuh waktu yang malah lebih panjang lagi," ujar guru besar di Kelompok Keahlian Rekayasa Struktur ITB itu. Sementara waktu pembangunan terbatas.
Selain itu selama pembangunan jembatan tidak sampai menutup ruas jalan di bawahnya. Konsep pembuatan jembatannya memakai "balanced" cantilever yang dicor secara bertahap. "Namun sebenarnya tidak otomatis bersifat "balanced" karena bentuknya yang sangat lengkung," ujar Iswandi.
Tanpa pier di tengah jembatan pun kata dia, tetap ada kesulitan karena bentuk jembatan yang sangat lengkung. "Kalau bentuk (jembatan) lurus sih sudah umum tapi bentuk lengkung ini sangat khusus," katanya. Bentuk kelengkungan jembatan yang besar membuat perhitungannya tidak sederhana. Pelaksanaannya juga sulit karena ada gaya-gaya yang harus diantisipasi saat pembangunan hingga beroperasi nantinya.
Pembangunan jembatan itu oleh kontraktor Adhi Karya hasil rancangan Arvila Delitriana alias Dina, lulusan S1 dari Teknik Sipil dan S2 Geoteknik ITB 2003. Pemerintah saat meresmikannya 11 November lalu menyatakan jembatan lengkung kereta ringan itu sebagai yang terpanjang di dunia. Karya jembatan itu menuai pujian dari Presiden Joko Widodo juga beberapa menterinya.
Bagi kalangan engineer, kata Iswandi, jembatan lengkung LRT ini ikonik. "Karena mereka paham betapa sulitnya jembatan ini untuk dirancang dan dibangun."
ANWAR SISWADI