Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian dari Dr. Simon Dubé, peneliti di The Kinsey Institute, Indiana University, menemukan bahwa cara seseorang menggunakan emoji dapat mencerminkan gaya keterikatan (attachment styles) mereka dalam suatu hubungan. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal PLOS ONE.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Earth.com, gaya keterikatan menggambarkan bagaimana seseorang membentuk ikatan emosional dan berperilaku dalam hubungan. Psikolog mengklasifikasikan gaya keterikatan menjadi empat tipe utama:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Keterikatan Aman: Orang dengan gaya ini merasa nyaman dengan kedekatan emosional dan kepercayaan. Mereka mampu menyeimbangkan kemandirian dan keintiman, sehingga mendukung dan percaya diri dalam hubungan.
2. Keterikatan Cemas: Individu dengan gaya ini sering merasa takut ditinggalkan dan membutuhkan kepastian terus-menerus. Mereka cenderung terlihat sangat bergantung atau khawatir terhadap komitmen pasangan.
3. Keterikatan Menghindar: Orang dengan gaya ini cenderung menghargai kemandirian dan menghindari kedekatan emosional. Mereka mungkin kesulitan membuka diri atau mengandalkan orang lain.
4. Keterikatan Tidak Terorganisir: Gaya ini menggabungkan elemen kecemasan dan penghindaran, sering kali akibat pengalaman traumatis atau pengasuhan yang tidak konsisten. Individu dengan gaya ini dapat menunjukkan perilaku yang tidak terduga dalam hubungan.
Menurut penelitian tersebut, orang dengan keterikatan aman lebih sering menggunakan emoji untuk mengekspresikan emosi dan membangun koneksi dengan orang lain. “Emoji adalah cara mereka untuk mengomunikasikan kasih sayang dan kehangatan dalam hubungan, termasuk dengan teman dan pasangan romantis,” tulis para peneliti, dikutip Kamis, 12 Desember 2024.
Sebaliknya, individu dengan keterikatan menghindar cenderung jarang menggunakan emoji karena mereka menghindari kedekatan emosional dan merasa tidak nyaman mengekspresikan perasaan mereka secara terbuka.
“Mereka menggunakan lebih sedikit emoji, terutama dengan teman dan pasangan romantis, karena mereka mungkin lebih suka menjaga emosinya tertutup atau merasa tidak nyaman menggunakan simbol yang mengekspresikan kasih sayang atau kerentanan,” ungkap penelitian tersebut.
Studi ini juga menemukan bahwa orang dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung lebih sering menggunakan emoji untuk mengekspresikan emosi mereka dengan jelas. Selain itu, faktor gender turut mempengaruhi pola penggunaan emoji. “Perempuan lebih sering menggunakan emoji dengan teman dan keluarga dibandingkan laki-laki,” kata para peneliti. Namun, perempuan dengan tingkat keterikatan menghindar tinggi cenderung lebih jarang mengirim atau menerima emoji.
Penelitian ini melibatkan 320 orang dewasa dan mengaitkan penggunaan emoji dengan gaya keterikatan serta kecerdasan emosional. Meski begitu, para peneliti mencatat keterbatasan studi ini karena mayoritas partisipan berasal dari latar belakang budaya, pendidikan, dan bahasa yang serupa.
“Komunikasi virtual mungkin mengungkapkan sesuatu yang lebih tentang diri kita. Ini bukan hanya tentang wajah tersenyum atau emoji hati: ini adalah cara untuk menyampaikan makna dan berkomunikasi lebih efektif, dan bagaimana Anda menggunakannya memberi tahu kami sesuatu tentang diri Anda,” kata penulis studi tersebut.