Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KUNTUM bunga sakura mulai muncul. Udara sejuk menandai hampir rampungnya musim gugur di Tokyo, Jepang, pekan lalu. Namun, di balik kesejukan itu, ternyata di pusat penjualan perangkat elektronik Shibuya, Tokyo, genderang perang justru baru ditabuh. Adalah Bill Gates, bos raksasa perusahaan komputer di Amerika Serikat, Microsoft, yang me-mulai perang. Ia meluncurkan produk permainan baru ala Microsoft, yakni Xbox.
Rupanya, Bill Gates langsung menyerang jantung markas dua raja video game terbesar saat ini di Jepang, Sony dan Nintendo. Memang, saat ini Sony dengan produk PlayStation2 (PS2) dan Nintendo dengan GameCube sedang merajai pasar perangkat game dunia.
Mampukah gebrakan sekaligus gertakan Xbox meruntuhkan pertahanan dua musuh utama itu? Jangan-jangan, belum sempat Xbox mengeluarkan jurus andalannya, ia sudah kelelahan dihantam PS2 dan GameCube.
Tilik saja data awal tahun 2002. Sebanyak 26 juta kotak mainan video (video-game console) PS2 terjual ke seluruh dunia. Bersamaan dengan itu, GameCube terjual 2,7 juta. Hampir separuh pangsa pasar mereka ada di Jepang. Sedangkan Xbox, setelah diluncurkan di negeri asalnya, Amerika, pada November 2001, baru terjual 1,5 juta buah.
Tak mengherankan bila kalangan pengamat permainan video di Jepang meragukan sukses Xbox di Negeri Sakura. Apalagi para penggemar permainan video di Jepang dikenal punya karakter khusus. Mereka, kata Yukie Saito, pengamat permainan video, sebagaimana dikutip oleh kantor berita Associated Press, tak puas hanya dengan permainan video dar der dor versi Amerika. Mereka menginginkan jenis permainan yang senantiasa berkembang.
Pendapat senada juga diutarakan Hidetoshi Hirota, 21 tahun. "Saya menyukai permainan yang berseri," kata mahasiswa pecandu video game itu. Tanpa permainan berseri, seperti diberitakan lewat Latimes.com, agaknya Xbox sulit laku di Jepang.
Jelas, hal itu menjadi kendala serius buat Xbox. Saat diluncurkan, ia hanya menawarkan 12 judul permainan. Bandingkan dengan PS2, yang sudah memiliki 400 judul. Bahkan PS2 masih bisa digunakan untuk 3.900 judul permainan buatan perusahaan lain.
Untuk itu, Microsoft harus segera memperkaya jenis permainan dalam Xbox. Bisa pula ia bekerja sama dengan produsen permainan video seperti Konami, Koei, Capcom, Namco, ataupun bahkan Sega.
Ada lagi ganjalan buat koboi Xbox bila bertarung dengan samurai PS2 dan GameCube, yakni ukurannya. "Ukuran Xbox lebih besar daripada rata-rata meja kopi yang ada di rumah-rumah orang Jepang," kata Daryl Pitts, seorang ahli desain interior yang lama bekerja di Jepang. Buat pasar Jepang, yang terbiasa dengan perangkat kecil dan ringan, tentu ukuran Xbox bisa berdampak buruk pada penjualannya.
Tak cuma itu kendalanya. Harga Xbox US$ 260, sehingga lebih mahal ketimbang harga PS2 dan GameCube, yang masing-masing US$ 220 dan US$ 190. Jadi, prospek sang koboi di Negeri Sakura kurang cerah?
Tentu saja perkiraan miring itu ditepis Bill Gates. Soalnya, ia datang ke Jepang tak sekadar mengapalkan 250 ribu kotak mainan Xbox. Ia juga menunjukkan kelebihan khusus Xbox dalam soal kemampuan prosesor. Permainan video ini punya prosesor 733 MHz, jauh di atas PS2 yang 300 MHz ataupun prosesor GameCube yang 485 MHz. Dengan kelebihan itu, Xbox memberikan jalan masuk lebih lapang ke dunia internet dibandingkan dengan PS2 dan GameCube.
Darmawan Sepriyossa
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo