Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Secara geografis, Indonesia berdiri di atas tiga lempeng yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Inilah salah satu penyebab Indonesia sering dilanda gempa tektonik.
Saat terjadi gempa, muncul istilah yang sering disebut, seperti magnitudo dan skala Richter. Lalu bagaimana keduanya digunakan sebagai ukuran kekuatan gempa bumi?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Magnitudo gempa merupakan besaran yang menyatakan kekuatan gempa melalui energi seismik yang dipancarkan oleh sumber gempa. Magnitudo dicatat menggunakan alat ukur bernama seismograf. Getaran yang ditimbulkan oleh pergerakan permukaan tanah dicatat oleh seismograf. Bentuknya berupa garis-garis zig-zag yang menunjukkan variasi amplitudo gelombang oleh sumber gempa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari britannia.com, ukuran gempa bumi sangat bervariasi. Sebagai perbandingan, perlu dikompres dengan kisaran amplitudo gelombang yang diukur pada seismogram menggunakan alat matematika. Charles F. Richter salah satu Seismolog Amerika pada tahun 1935 membuat skala magnitudo gempa bumi sebagai logaritma ke basis 10 dari amplitudo gelombang seismik maksimum. Hasilnya akan direkam pada seismograf dengan jarak 100 km dari pusat gempa.
Baca: Mengapa gempa Ada yang Berpotensi Tsunami dan tidak?
Besaran magnitudo baru digunakan sebagai skala pengganti untuk mengukur kekuatan gempa. Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggunakan skala Richter. Dalam skala Richter, kekuatan gempa diukur menggunakan amplitudo. Sementara, amplitudo tidak menggambarkan energi lengkap dari gempa.
Masih dalam britannia.com, skala Richter atau yang disebut juga dengan Magnitude Lokal (ML) dalam praktiknya tidak umum digunakan lagi. Terkecuali untuk gempa bumi kecil lokal. Yang dapat diukur hanyalah ML dan magnitudo gelombang permukaan dengan periode pendek. Sedangkan untuk semua gempa lain yang lebih besar, skala magnitudo momen atau Moment Magnitude adalah yang lebih akurat.
Besaran magnitudo didasarkan pada sifat fisik gempa. Datanya diperoleh dari analisis bentuk gelombang yang terekam dari getaran yang ditimbulkan. Pertama, momen seismiknya dihitung. Momen seismik ini kemudian diubah menjadi besaran yang dirancang agar kisarannya sama dengan skala Richter.
ANNISA FEBIOLA