Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Program Studi Produksi Media, Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI), berhasil menciptakan film dokumenter berjudul "African Roots: The Hearts of Little Black Sheep" dan lolos dalam Iluni UI Movie Award Competition (IMAC Film Festival 2025) dan telah ditayangkan di Taman Ismail Marzuki pada 14 Februari 2025.
Film dokumenter karya Piring Kotor Production ini bercerita tentang empat anak muda keturunan Afrika-Indonesia yang berbagi identitas diri, kebudayaan, serta diskriminasi yang mereka terima selama tumbuh di Indonesia. Keempat narasumber tersebut adalah Christian Jordan Immanuel, Mercy Queen Prince Ufomba, Janet Alo Igboke, serta Marylin Nnnenna Igboke.
Jordan Gersson Salim sebagai sutradara film, Danendro Putra Nuswantoro sebagai produser, dan Marylin Nnena Igboke sebagai Director of Photography, merupakan mahasiswa semester pertama. Mereka mengaku mendapatkan ilmu yang sangat mendukung proses produksi film tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gersson mengatakan salah satu pengalaman yang didapatkan adalah kelas mata kuliah Pengantar Produksi Media yang diampu oleh Raditya Dika. "Beliau benar-benar terbuka atas pertanyaan saya terkait film dan menjawab kebingungan saya dalam proses membuat film," kata dia melalui keterangan tertulis, Selasa, 11 Maret 2025.
Dia mengungkapkan bahwa pesan inklusivitas dan keberagaman menjadi wadah edukasi baru mengenai keturunan Afrika-Indonesia. Ide mengenai kehidupan keturunan Afrika-Indonesia sangat menarik dan sayang untuk dilewatkan. "Bahkan, isu mengenai mereka belum banyak disorot oleh masyarakat Indonesia," ucapnya.
Marylin, yang merupakan narasumber dan Director of Photography, menambahkan bahwa dirinya juga pernah mempunyai pengalaman kurang menyenangkan terkait ras oleh guru sekolahnya. “Ayah saya yang merupakan seorang Nigeria dianggap sering melakukan kebiasaan seperti merokok atau minum minuman keras karena hal tersebut biasa dilakukan orang berkulit hitam,” ujar Marylin.
Sementara Janet menceritakan bahwa ia sering menerima pandangan negatif saat bersekolah, terutama dari teman-teman sekelasnya. “Saya sering dikucilkan karena terlihat berbeda, baik dari segi ras maupun agama. Bahkan, mereka juga mengucapkan kata-kata yang tidak pantas dan bernada rasis,” ungkap Janet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun menghadapi stereotip negatif terhadap orang berkulit hitam, mereka tetap bangga dengan identitas dan eksistensi diri mereka. Justru, perbedaan tersebut dianggap sebagai sebuah anugerah.
Film dokumenter yang diproduksi sekitar dua bulan tersebut berhasil menjadi salah satu film yang terkurasi dan ditayangkan pada Parade Film MMTC #11, kompetisi yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Multi Media (MMTC) Yogyakarta.
Sebagai mahasiswa yang berfokus di industri kreatif, Gersson dan tim melakukan berbagai proses produksi yang cukup kompleks, mulai dari riset narasumber, pengambilan gambar, hingga penyuntingan yang memuat alur cerita menarik dari bahan wawancara.
Melalui film ini, Gersson dan tim berharap mendapatkan respons positif dan mengharumkan nama Universitas Indonesia ke tingkat nasional di bidang perfilman.
Pilihan Editor: BRIN Kembangkan Teknologi Mikroalga untuk Kurangi Emisi Karbon, Begini Cara Kerjanya