Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Makanan Ultra-Olahan Menambah Nafsu Makan

Pada diet ultra-olahan, orang makan sekitar 500 kalori lebih banyak per hari.

22 Mei 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
pizza

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Makanan olahan sudah menjadi konsumsi sehari-hari sebagian besar orang. Makanan olahan dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengalami perubahan bentuk dari aslinya. Ketika makanan ini mengalami proses lebih lanjut, terciptalah jenis makanan baru yang disebut makanan ultra-olahan atau ultra-processed food.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut penelitian di National Institutes of Health, Amerika Serikat, makanan ultra-olahan mengandung banyak kalori dan berpotensi meningkatkan nafsu makan. Akibatnya, berat badan orang yang mengkonsumsinya bertambah, bahkan bisa mengalami obesitas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Contoh makanan ultra-olahan adalah sereal, cokelat batangan, minuman ringan, dan beragam makanan ringan buatan pabrik. Umumnya produk ini berkalori tinggi, rendah serat dan mikronutrien, serta tinggi lemak, gula, dan garam. Buah dan sayuran pun bisa disebut sebagai makanan ultra-olahan ketika dicampur dengan garam, gula, minyak, lemak, dan zat aditif tertentu.

Untuk melihat efek makanan ultra-olahan, dilakukanlah studi skala kecil terhadap 20 sukarelawan dewasa yang dilakukan oleh para peneliti dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). Studi tersebut menggunakan metode kontrol acak dan telah dipublikasikan dalam jurnal Cell Metabolism, pekan lalu.

Para sukarelawan diminta memakan makanan ultra-olahan tertentu, seperti memakai minyak terhidrogenasi, sirup jagung fruktosa tinggi, zat penyedap rasa, dan pengemulsi. Selain itu, mereka diminta memakan makanan alami tanpa proses pengolahan berat. Kemudian hasilnya diamati.

"Hasil dari percobaan ini menunjukkan perbedaan jelas dan konsisten di antara dua makanan," kata Kevin D. Hall, peneliti senior NIDDK dan penulis utama studi ini. "Ini studi pertama yang menunjukkan kausalitas bahwa makanan ultra-olahan menyebabkan nafsu makan meningkat sehingga berat badan bertambah."

Para peneliti mengamati 20 sukarelawan dewasa sehat, 10 pria dan 10 wanita, selama satu bulan penuh dan secara acak selama dua pekan pada setiap jenis makanan. Mereka diberi makanan yang terdiri atas makanan ultra-olahan dan makanan tanpa olahan atau minim olahan.

Sarapan ultra-olahan terdiri atas roti dengan krim keju dan daging kalkun. Sedangkan sarapan tanpa olahan adalah oatmeal dengan pisang, kenari, dan susu tanpa lemak. Kedua diet ini memiliki jumlah kalori, gula, serat, lemak, dan karbohidrat yang sama. Para peserta dibolehkan makan sebanyak atau sesedikit yang mereka inginkan.

Hasilnya, pada diet ultra-olahan, orang makan sekitar 500 kalori lebih banyak per hari daripada yang mereka lakukan pada diet makanan yang tak diolah. Mereka juga makan lebih cepat pada diet ultra-olahan dan menambah berat badan. Sebaliknya, mereka kehilangan berat badan pada diet makanan yang tak diolah.

Berat badan peserta rata-rata bertambah 0,9 kilogram saat mereka menjalani diet ultra-olahan dan kehilangan jumlah yang setara saat mengkonsumsi makanan tanpa olahan.

"Kita perlu mencari tahu apa aspek spesifik dari makanan ultra-olahan yang mempengaruhi perilaku makan seseorang," kata Hall. "Langkah selanjutnya adalah merancang studi serupa dengan makanan ultra-olahan yang diformulasikan ulang untuk melihat apakah perubahan itu dapat membuat efek diet pada asupan kalori dan berat badan menghilang."

Direktur NIDDK, Griffin Rodgers, mengatakan bertambahnya jumlah kalori dan berat badan dapat membuat buruk kondisi kesehatan. "Penelitian ini dilakukan untuk memahami peran nutrisi dalam kesehatan dan membantu orang mengidentifikasi makanan yang bergizi agar tetap sehat untuk jangka panjang," kata dia.

SCIENCEDAILY | HEART.ORG | NIH | FIRMAN ATMAKUSUMA


Hindari Makanan Tak Sehat

Kebanyakan makanan yang kita makan sehari-hari sudah melalui proses pengolahan, dari sayuran hingga cokelat batangan. Kebanyakan makanan olahan sudah ditambahkan zat tertentu agar rasa dan tampilannya serupa dengan aslinya dan, terutama, lebih tahan lama. Bahkan makanan dengan label “organik” atau “natural” bisa juga telah mengalami proses pengolahan.

Perhatikan makanan sumber garam
-Roti
-Ayam
-Pizza
-Sup
-Daging
-Sandwich

 

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus