Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Memberi Nama pada Nisan

Jenazah korban Adam Air kemungkinan besar sukar diidentifikasi. Korban hanya bisa dikenali dengan uji DNA.

22 Januari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ke Makassar ia menyusuri keberadaan empat anggota keluarganya, dengan pesawat pencari, dengan perahu karet. Di udara, di laut. Benny Sumolang, 50 tahun, salah satu anggota keluarga korban hilangnya pesawat Adam Air, Ahad dua pekan lalu tiba di pantai Barru, Sulawesi Selatan. Di sana ia melihat sisa pesawat yang dicarinya sudah berupa serpihan-serpihan kecil. ”Mungkin tidak ada harapan penumpangnya hidup. Tapi saya sudah siap membawa pulang jenazah keluarga saya,” ujarnya kepada Tempo.

Hingga akhir pekan lalu, yang dapat ditemukan tim pencari: beberapa jumput rambut dan kulit kepala. Ini pun belum tentu milik korban Adam Air. Jika pun ini serpihan penumpang, di dalam pesawat ada 98 orang di luar keluarganya—pendeta Ingrid Sumolang, suaminya pendeta David Batubara, serta anak mereka Mathew (3 tahun) dan Milka (9 bulan). Cuma ada satu cara untuk mengetahui jatidiri pemilik rambut itu: analisis DNA. ”Ini satu-satunya cara untuk menguak jatidiri korban yang sudah hancur,” ujar Herawati Sudoyo, Kepala Laboratorium Identifikasi DNA Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta.

DNA alias deoxyribonucleic acid adalah materi genetik yang diwariskan orang tua kepada anak-anaknya. Walhasil, material ini bisa dipakai untuk mengungkap identitas korban dengan cara membandingkan DNA korban dengan DNA orang tua atau saudara kandungnya. Material genetik ini terdapat di hampir seluruh sel tubuh, jadi analisis ini sanggup memberi nama berdasar serpihan tubuh, termasuk rambut (lihat infografik).

Identifikasi DNA mulai populer setelah dipakai mengidentifikasi 230 jenazah korban pesawat TWA 800 yang jatuh di perairan Long Island, New York, pada Juli 1996. Teknik yang sama kemudian dipakai pada korban pesawat Swissair, yang nahas di lepas pantai Nova Scotia, Kanada, September 1998, dan Egypt Air, yang jatuh di Samudra Atlantik pada 1999. Teknik ini pula yang dipakai menguak identitas korban serangan teroris ke WTC, New York, pada September 2001. Di dalam negeri, tes DNA digunakan untuk mengungkap jatidiri korban dan pelaku pengeboman di Bali.

Belum jelas apakah korban Adam Air bakal ditelisik dengan tes DNA. Namun, ketua tim pencari, Marsekal Pertama TNI Eddy Suyanto, mengatakan uji ini diperlukan untuk menguak jatidiri pemilik rambut dan mungkin potongan-potongan tubuh korban jika nanti ditemukan. ”Namun, ini perlu waktu yang panjang karena seluruh keluarga penumpang harus dites untuk mencocokkan DNA-nya dengan organ-organ tubuh yang ditemukan.”

Apakah waktu jadi halangan jika ini satu-satunya cara untuk menamai nisan korban Adam Air?

Yosep Suprayogi, Irmawati, Adek Media, Sunudyantoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus