DI kalangan ilmuwan Inggris, nama Maurice Ward tak masuk hitungan. Ia tak mempunyai prestasi akademis yang mencorong, tidak pernah menulis di jurnal ilmiah. Maklum, ia memang tak pernah masuk universitas. Tapi namanya kini mendadak menjulang. Ia diakui sebagai penemu starlite, komposit plastik yang kabarnya tahan terhadap sinar laser dan mampu menahan sengatan suhu sampai 10.000 derajat Celsius. Penemuan Maurice ini disebut-sebut dalam jurnal populer International Defence Review, yang terbit di London akhir Maret lalu. Keruan saja, banyak pakar teknologi polimer yang terheran-heran. ''Penemuan ini benar-benar spektakuler,'' ujar Prof.John Stanford, pakar material komposit dari Institut Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Universitas Manchester, Inggris. Sampai-sampai, Prof. Stanford tidak dapat membayangkan bagaimana komposisi material baru itu. Di Universitas Manchester sendiri komposit plastik yang paling mutakhir cuma tahan panas sampai 500 derajat Celsius. ''Tapi kami memang berorientasi pada industri luas,'' ujar ahli komposit itu beralasan. Starlite sendiri rupanya telah diakui oleh lembaga bergengsi seperti NATO dan NASA. NATO sedang menjajaki kemungkinan material itu dipakai untuk landasan pesawat terbang di kapal induk. Sedangkan NASA punya rencana memanfaatkannya sebagai pelapis badan pesawat ulang-alik atau tangki roket pendorongnya. Material baru ini disebut-sebut pula cocok untuk pelapis dinding bangunan reaktor PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir), yang bila salah urus dapat menyebabkan semburan panas ribuan derajat Celsius. Salah satu laboratorium NASA sempat melakukan uji coba simulasi. Hasilnya, luapan panas reaktor yang terbakar tak membuat starlite itu runtuh. Maurice Ward sendiri telah menghabiskan waktu luangnya selama 20 tahun untuk menghasilkan starlite. Pelbagai racikan komposit diuji coba. Sampai akhirnya bekas pemangkas rambut ini menemukan racikan yang terdiri dari 21 macam polimer, sejumlah kopolimer keramik, dan beberapa bahan tambahan. Maurice tentu merahasiakan racikan kompositnya. Alasannya, hak paten. Komposit konvensional biasanya dibuat dari campuran dua macam polimer, matriks dan benang. Bahan matriksnya bisa dari jenis polyester, polyuretane, atau epoxy. Sedangkan benangnya bisa berupa serat karbon, serat kaca, atau kevlar. ''Ibaratnya, serat itu tulang, dan matriks itu dagingnya,'' ujar Zaenal Abidin, kandidat doktor di Universitas Manchester yang sedang mendalami masalah komposit. Yang membuat dosen muda ITB ini heran, tak satu pun serat atau matriks yang dikenal saat ini tahan sampai ribuan derajat Celsius. Padahal, menurut Zaenal, dalam komposit, bahan baku tak mengalami perubahan fisik maupun kimia. Kesimpulannya, Maurice Ward harus menciptakan polimer sendiri. ''Itu sangat tidak mudah,'' ujar Zaenal, meragukan. Memang, dalam membuat starlite Maurice memakai kopolimer yang bisa mendorong polimer plastik itu membentuk sejumlah besar gugus radikal. Lantas, gugus radikal itu yang membuat ikatan menjadi lebih kukuh, tahan suhu tinggi. Kendati begitu, Prof. Stanford meragukannya. ''Sulit diterima dengan teori yang ada,'' ujarnya. Apa pun yang terjadi, hasil karya Maurice ini telah diakui NASA dan NATO, dua lembaga yang punya otoritas tinggi dalam pemakaian teknologi. Mungkin, teknologi memang tak harus lahir di laboratorium. PTH (Jakarta) dan MK (Birmingham)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini